Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Roseana mendaratkan bokongnya perlahan diatas lantai kayu ruangan latihan, disisi Lisa yang menjatuhkan tubuhnya dengan kasar sembari menempelkan es batu pada wajahnya.
"Kau baik-baik saja?" tanya gadis tinggi itu dengan perasaan khawatir. Lalisa yang tengah memejamkan matanya menganguk sambil bangun dari tidurnya dan dengan segera mencari-cari sesuatu, yang ternyata adalah sepotong cokelat batangan yang sudah terbuka setengahnya. Dengan tergesah-gesah dibukanya batangan cokelat itu dan memakannya. Roseana mengernyit menggigit bibir bawahnya sebelum meneguk air mineralnya dalam sekali tegukan.
"Aku lihat kau makan dalam jumlah banyak akhir-akhir ini' celetuk gadis tinggi itu usai menuntaskan semua dahaganya. Lalisa menolehkan kepalanya sekilas sebelum kembali sibuk dengan kegiatannya sendiri.
"Hmm ya" tanggapnya sambil meletakan begitu saja bungkusan cokelat yang dimakannya ke lantai dan berusaha untuk menelan semua cokelat yang sudah ada didalam mulutnya. Sedikit terheran dengan tingkah Lalisa bukan hanya hari ini tapi juga beberapa waktu belakangan ini, namun belum terpikirkan olehnya untuk membicarakannya.
"Tapi sebanyak aku makan, sebanyak itu juga berat badanku merosot" ujarnya santai sembari meneguk air. Roseana mengernyit.
"Benarkah?" Lisa menganguk sambil menutup botol air yang baru saja diminumnya, dan meletakannya begitu saja disebelah kakinya tanpa menatap lawan bicaranya.
"Kau ingat pemotretan terakhir?" Rose menatap Lisa sambil meletakan botol yang dipegangnya di sebelah milik Lisa yang sudah lebih dulu diletakan disana, dan menggeser posisi duduknya agar dekat dengan Lisa.
"Eumh ya, mereka menurunkan dua nomor dari ukuran normal pinggangmu. Apa telah terjadi sesuatu?" gunamnya sambil menyentuh lutut wanita berponi itu. Lalisa mengendik dengan kepala tertunduk, lengkap dengan jemari yang memijit keningnya.
"Hei apa kau baik-baik saja?" Roseana menyentuh lengan Lalisa dengan wajah panik, tapi wanita itu masih saja menunduk dan kali ini dengan kedua lutut yang terangkat menyangga kedua sikunya, membantu kedua tangannya tengah memegang kepalanya.