Hello, Hi
Sembari mengibaskan rambut cokelatnya yang pagi ini ia tata bergelombang, Syvia melintasi lobi sekolah. Ketika melihat teman-temannya, Dino, murid laki-laki berkacamata dan Merry yang berambut lurus sepunggung juga mengenakan kacamata, Syvia melambaikan tangan.
"Hello, hi," sapa Syvia riang pada mereka.
Dino hanya tersenyum kecil seperti biasa, sementara Merry balas melambaikan tangan riang sembari membenahi posisi kacamatanya.
"Gimana liburan kalian?" tanya Syvia.
Dino mengedik kecil. "Biasa aja."
"Kemarin waktu di Singapore, aku sempat lihat kamu, No," sebut Merry. "Kamu sama kakakmu?"
Dino mengangguk kecil. "Kakakku lagi ngurus kantor di sana, jadi aku sekalian ngabisin liburanku di sana."
Syvia mendecak kesal. "Padahal aku mau nraktir kalian ke Jepang biar kita bisa liburan bareng."
"Liburan bareng apanya ..." cibir Merry. "Yang ada kamu bakal pamer sepanjang liburan tentang kamu dapat peringkat pertama angkatan di semester kemarin."
Syvia tersenyum bangga. "Kalian emang paling tahu aku. Harusnya kalian pura-pura nggak tahu dan ikut liburan aja sama aku. Sekali-sekali nyenengin aku, gitu."
Dino dan Merry mendengus geli sembari melengos.
"Udah, jangan patah semangat gitu," kibas Syvia. Ia merangkul Dino di kanannya. "Peringkat Kedua," panggilnya pada Dino, lalu merangkul Merry dan memanggil, "Peringkat Ketiga, selamat berjuang juga di semester ini."
Merry dan Dino mendesis kesal dan melepaskan rangkulan Syvia. Syvia tergelak puas melihat kekesalan mereka.
"Kamu ganti contact lens lagi?" tegur Merry.
Syvia mengangguk sembari mengetuk ujung matanya. "Cocok, kan?"
Merry hanya geleng-geleng kepala.
"Kamu juga mending pakai contact lens deh, Mer. Pakai kacamata gitu nggak ribet emangnya?"
"Lebih enak gini," jawab Merry sembari menaikkan kacamatanya yang agak melorot.
Di sebelahnya, Dino manggut-manggut. Syvia mendesis pelan. Terkadang, ia merasa menjadi orang ketiga di hubungan pertemanan mereka ini.
"Syvia, Dino, Merry!" Panggilan itu membuat mereka bertiga menoleh ke satu arah. Tampak Bu Lina, wali kelas mereka berjalan menghampiri mereka. "Pas banget kalian bertiga di sini. Baru aja Ibu mau ke kelas." Bu Lina lalu membagikan tiga map yang dibawanya pada Syvia, Dino, juga Merry.
"Ini apa, Bu? Materi lomba?" tanya Dino.
Bu Lina mengangguk dan tersenyum. "Lomba debat bahasa Inggris buat bulan depan. Semester lalu kalian berhasil dapat juara satu, kali ini Ibu juga nggak perlu khawatir, kan?" Bu Lina tersenyum bangga. "Kapan aja kalian butuh dispensasi buat latihan, kalian bisa langsung ngomong ke Ibu, oke?"
Syvia, Dino, dan Merry saling tatap, lalu sama-sama mengangguk pada Bu Lina. Bu Lina menepuk bahu Syvia sebelum akhirnya pergi.
"Aku nggak mau jam belajarku kepotong buat lomba kayak gini," protes Dino.
"Totally agree," sahut Merry.
"No problem. Kita bisa latihan sambil makan siang, kayak biasanya." Syvia membuka map di tangannya, memilih topik. "Hari ini topik nomor satu. Dino mau pro atau kontra?"
"Kontra," jawab Dino setelah membaca topik dari mapnya.
Syvia mengangguk. "Good luck with the evidences, Mer," katanya sembari menepuk pundak Merry.
KAMU SEDANG MEMBACA
To Choose an Enemy (End)
Teen FictionDaniel sudah cukup membuat masalah dengan hidupnya. Ia ingin menjalani tahun ketiganya di SMA dengan tenang. Namun, ia justru harus berurusan dengan gadis yang luar biasa angkuh dan keras kepala. Sebagai musuhnya. Sialnya, Daniel memilih musuh yang...