Bab 4 - Girl Like You

1.7K 205 40
                                    

Girl Like You

Daniel menggaruk kepalanya meski tidak gatal saking canggung dan bingungnya melihat tantenya mengobati lutut Syvia yang berdarah di ruang tamu rumahnya. Di rumahnya. Kenapa tidak di rumah tantenya saja?

"Habis ini, kamu harus tanggung jawab dan antarin Syvia pulang, Niel!" titah tantenya. "Kamu kan, katanya mau belajar bertanggung jawab."

Daniel menghela napas. Daniel harus bertanggung jawab ketika yang membuat kesalahan adalah Syvia sendiri. Situasi macam apa ini?

"Maaf ya, Syvia," ucap tantenya pada gadis itu penuh penyesalan. Seolah benar-benar Daniel yang bersalah di sini.

Tepukan keras, –mungkin bisa dibilang pukulan, di punggungnya, membuat Daniel mengerang kesakitan. Ia menoleh pada omnya untuk protes, tapi Angga lebih dulu berkata,

"Kamu yang harusnya minta maaf sama cewekmu!"

"Dia bukan ..."

"Nggak pa-pa kok, Om, Tante," Syvia memotong. "Aku tahu kok, Kak Niel nggak sengaja." Syvia lalu tersenyum sok manis pada Daniel.

Terkutuklah panggilan sialan itu! Kak Niel? Gadis itu menjatuhkan kewarasannya di mana sebenarnya?

"Kamu ngapain melototin Syvia kayak gitu?" tegur Angga sembari menjitak Daniel.

Daniel mendesis kesal dan mengusap bekas jitakan Angga. Ketika melihat tatapan tajam tantenya, Daniel kembali berusaha menjelaskan,

"Tante, aku sama dia ..."

"Kamu harus cek terus kakinya Syvia sampai dia sembuh!" sembur Ara.

"Tapi, Tante ..."

Daniel terpaksa menutup mulutnya ketika melihat mata Ara semakin menyipit tajam. Bukan pertanda bagus. Akhirnya, dengan sangat terpaksa, Daniel menjawab,

"Iya."

Ara mengangguk puas seraya berdiri. "Udah jam segini, sekalian aja Syvia makan malam di sini, ya?" tawar Ara sembari menatap Syvia.

Daniel seketika menggeleng panik. "Dia dicariin orang tuanya, Tante," ucap Daniel asal.

Semua mata tertuju padanya kini. Daniel berdehem dan menatap Syvia. "Iya, kan?" Ia memberi penekanan dalam suaranya, berharap gadis itu akan menyerah.

Namun, Syvia kemudian tersenyum dan menggeleng. "Nggak, kok, Kak. Aku udah izin pulang telat juga hari ini. Soalnya kan, tadinya kita mau jalan."

Ingin rasanya Daniel membungkam mulut berbisa gadis itu, tapi ia mati-matian menahan diri.

"Makasih, Tante," lanjut Syvia sembari menatap Ara.

Ara tersenyum dan mengangguk. "Ya udah, kamu tunggu di sini sama Daniel, ya. Tante pulang dan masak dulu buat makan malam. Kamu mau makan apa? Ayam? Ikan?"

"Apa aja, Tante. Aku nggak pilih-pilih makanan, kok."

"Tapi, pilih-pilih minuman," cibir Daniel refleks.

Ketika om dan tantenya menatapnya, Daniel segera menjelaskan sebelum diomeli, "Dia cuma doyan susu cokelat."

"Tapi, air putih juga doyan kok, Tante, Om," sahut Syvia.

Daniel mendengus.

"Kemarin katanya nggak kenal? Kok tahu banget kesukaan Syvia?" goda Angga sembari menyenggol Daniel cukup keras.

Daniel sempat oleng dan melotot kesal pada omnya itu.

"Ya udah, kamu istirahat dulu di sini, ya. Di kulkas ada susu cokelat juga, kok. Kamu habisin aja nggak pa-pa. Daniel nggak pernah mau. Dia susah minum susu," Ara berbicara pada Syvia.

To Choose an Enemy (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang