Bab 13 - Broken Heart

1.9K 213 118
                                    

Broken Heart

"Niel, itu tadi apa?" tuntut Ara begitu Syvia pergi.

Daniel melengos, menolak menjawab.

"Apa yang kamu lakuin ke dia sampai dia mau balas dendam ke kamu segitunya?" tanya Dera penasaran.

Daniel menghela napas. "Justru dia yang gangguin aku karena aku ngelawan dia," balasnya. "Anak itu terkenal kayak gitu di sekolah. Semua yang berani ngelawan dia bakal jadi musuhnya dan kena masalah."

"Tapi, bukan berarti kamu bisa bersikap sekasar itu ke dia, Niel," tegur Prita. "Gimana bisa kamu ngundang Syvia ke sini dan ngomong kayak gitu ke dia di depan kita semua?"

Daniel mendengus. "Tante, dia yang salah. Dia deketin keluarga kita juga buat balas dendamnya."

"Kalau emang dia datang ke sini cuma buat balas dendam, kenapa dia sampai nangis kayak gitu?" tanya Lyra. "Tanggung jawab tuh, bikin cewek nangis."

"Aku nggak peduli," tepis Daniel. "Lagian, dia yang salah, kok!"

"Tapi, kamu udah beneran jatuh cinta sama dia, ya?" tanya Nessa.

Daniel mendengus tak terima. "Nggak mungkin, lah!"

"Trus, kenapa kamu semarah ini?" balas Nessa. "Kamu nggak pernah tuh, marah-marah ke aku kayak kamu marah-marah ke Syvia. Kamu ngelakuin ini karena kamu sebenarnya sayang kan, sama dia? Dan kamu juga terluka karena dia. Itu, Daniel, kalau kamu belum tahu, namanya cinta."

Daniel mengernyit.

"Seenggaknya, kamu harus dengar penjelasan dia, kan?" Ara berkata.

"Wah, Niel nggak bertanggung jawab banget, nih. Sembarangan bikin nangis anak orang. Pakai ngusir segala. Emangnya dia tahu jalan? Nanti kalau dia nyasar ..."

Daniel tak mendengarkan kelanjutkan kalimat Anna dan berbalik pergi, berlari menyusul Syvia.

Di pertigaan jalan, Daniel akhirnya melihat Syvia. Namun, ia melihat sebuah mobil berhenti di depan Syvia. Lalu, Dino dan Merry turun dari mobil itu dan menghampiri Syvia. Merry langsung memeluk Syvia, sementara Dino menatap ke arah Daniel. Seketika, Daniel menepi, bersembunyi di balik pohon.

Daniel menghela napas sembari menunduk. Setidaknya, Syvia tidak akan tersesat.

***

Syvia keluar dari kamar dan melihat Dino dan Merry masih ada di ruang tamu apartemennya.

"Kamu nggak pa-pa, Vi?" tanya Merry.

Syvia hanya mengangguk, meski ia merasakan matanya bengkak. Syvia menjatuhkan tubuh di sofa.

"Kalian kenapa belum pulang?" tanya Syvia.

"Gimana bisa kita pulang ninggalin kamu sendiri kayak tadi?" balas Merry.

Syvia meringis. Ia tak ingat ia menangis sampai jam berapa tadi, sampai ia tertidur.

"Oh iya, hadiah kalian buat Tasya ..."

"Kita udah minta sopir buat ngantar ke rumahnya," jawab Dino.

Syvia mengangguk.

"Sempat-sempatnya kamu mikirin hadiah buat anak itu setelah apa yang dilakuin Daniel ke kamu di depan keluarganya." Merry merengut.

"Itu kan, bukan salah Tasya. Dia nggak tahu apa-apa. Daniel juga keterlaluan. Harusnya dia ngizinin aku ngasih hadiahku buat Tasya dulu sebelum marah-marah."

Dino dan Merry tak menanggapi. Mereka saling tatap canggung. Syvia berdehem.

"Sayang banget, padahal aku udah hampir bikin dia jatuh cinta, ya?" Syvia mencoba bercanda.

To Choose an Enemy (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang