Bab 11 - Falling Slowly

1.7K 214 107
                                    

Falling Slowly

Syvia yang baru selesai mandi, mendengar suara ribut di bawah. Samar, ia mendengar suara Anna berteriak pada Rendra. Apa semua berkumpul di sini? Syvia dengan penuh semangat mengambil baju ganti yang sudah disiapkan Ara.

Syvia meringis melihat lagi-lagi ia mendapat one piece dress yang kali ini berwarna pink. Namun, ia tak berlama-lama mengeluhkan itu seperti minggu lalu dan langsung memakainya. Syvia menyisir rambutnya dengan cepat, agak asal-asalan, sebelum buru-buru keluar.

Dari tangga, Syvia bisa melihat ramainya lantai bawah. Dilihatnya Rendra dan Crystal berlarian, tak lama Tasya muncul mengikuti mereka sambil tertawa, diikuti Aryan di belakangnya. Syvia tak dapat menahan senyum ketika menuruni tangga dengan cepat.

Namun, di dua anak tangga terbawah, Syvia tersandung kakinya sendiri. Ia memekik panik ketika tubuhnya terlempar ke depan. Syvia memejamkan mata, bersiap terjatuh dengan memalukan di depan keluarga besar ini.

Sebuah pelukan yang mengakhiri pendaratannya membuat Syvia membuka mata. Ia tak tahu siapa yang menahan jatuhnya dengan pelukan ini. Namun, ia kemudian merasakan tubuhnya terangkat, sebelum kakinya mendarat di lantai bawah. Syvia perlahan mundur dan akhirnya bisa melihat penyelamatnya, Daniel.

"Kamu ngapain lari-lari?" Daniel tampak kesal.

"Karena dengar suara ramai di bawah, aku pengen cepat turun," aku Syvia seraya meringis. Ia lalu menatap sekeliling, mencari anak-anak. Syvia sudah akan menyusul anak-anak yang berlarian di halaman, tapi Daniel menahan tangannya. Syvia menoleh kaget. "Kenapa?"

"Kamu mau ke mana? Tante nyuruh aku manggil kamu buat sarapan," ucap Daniel dengan nada agak kesal.

"Tapi, anak-anak ..." Syvia menunjuk ke luar.

"Mereka udah makan," jawab Daniel sebal.

"Oh, oke ..." Syvia akhirnya mengalah, lalu pergi dengan Daniel ke ruang makan.

"Syvia cantik banget ya, pakai dress warna cerah gitu," celetuk Nessa.

"Niel, jantung aman, kan?" timpal Anna yang menggoda Daniel.

"Pagi-pagi udah main peluk-peluk segala," ledek Dera.

"Udah, jangan digodain terus, merah tuh mukanya," tegur Ara.

Syvia menoleh dan melihat wajah Daniel benar-benar memerah hingga telinganya. Syvia tersenyum geli. Ia melongokkan kepala di depan pria itu dan tersenyum.

"Aku cantik, kan?" sombong Syvia.

Daniel mengerjap, lalu mengalihkan tatap saat berkata, "Kamu nggak nyisir rambutmu?"

Syvia tersadar dan menyentuh rambutnya. Ia merengut dan menyisir rambutnya dengan tangan.

"Tadi aku buru-buru turun," jelas Syvia sembari duduk dan menarik rambutnya ke satu sisi lehernya. Padahal Syvia paling anti muncul di depan umum dengan rambut berantakan. Saking bersemangatnya, ia sampai melewatkan aturan penting hidupnya yang satu itu.

Namun, ketika Syvia mulai makan, rambutnya jatuh ke wajahnya, mengganggunya. Selalu seperti ini. Syvia mendecak kesal dan hendak menyingkirkan rambutnya, tapi tangan lain sudah menarik rambutnya ke belakang.

"Rambutmu diikat dulu bisa, nggak?" Daniel terdengar kesal.

Syvia merengut. "Aku nggak pernah ngikat rambutku."

Daniel mendengus pelan. Laki-laki itu lalu pergi. Syvia sudah akan melanjutkan makannya ketika Daniel kembali dan tiba-tiba meraup rambut Syvia di punggungnya.

To Choose an Enemy (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang