eighteen : sickness

160 6 0
                                    

"Kamu pucet."

Vanessa mendongak begitu nada tegas keluar dari mulut pacarnya.

"Nggak pa-"

"Kemarin ngurusi sekretariat pasti nggak makan kan?"

Vanessa menggeleng. Eunwoo mau ngamuk tapi disela Vanessa duluan, "Makan. Trus udah tidur. Kan kakak yang nemenin lewat chat kemarin."

Eunwoo diam, tapi matanya masih mengamati pacarnya yang udah kayak nggak punya semangat hidup.

"Trus kenapa? Salah makan? Ini baru jam 6.30 perasaan," cerocos Eunwoo lagi.

Jadi ceritanya Vanessa datang ke sekolah udah lemes karena lagi haid ditambah kemarin kecapekan ngurusin POR, trus nggak lama kemudian Eunwoo nyamperi tapi nggak bilang-bilang. Main ngomel-ngomel aja.

"Aku masih dapet, Kak. Tambah capek sama stress juga, jadi tambah sakit. Diem aja kenapasih, bikin kepalaku tambah pusing aja," jawab Vanessa lirih.

"Ya aku paling nggak bisa liat kamu sakit, terus kenapa?"

Vanessa menghela nafasnya pelan.

"Udah ke UKS aja! Siniin BPSmu, aku cariin tanda tangannya Pak Kyuhyun," kata Eunwoo sambil mengambil tasnya Vanessa lalu mencari-cari buku hijau itu.

"Perlu digendong nggak?" tanya Eunwoo lagi.

"NGAPAIN?!" Akhirnya, Vanessa ngamuk.

Eunwoo menghela nafasnya untuk meredakan emosinya lalu mengusap-usap rambut Vanessa dengan lembut, "Kalo sakit, bilang. Aku beliin obat. Ayo ke UKS."

Mumpung masih pagi dan belum banyak orang, Eunwoo bisa masuk ke UKS putri, nemenin Vanessa sebentar.

"Nanti surat izin keluar kelas jam berapa?" tanya Eunwoo waktu Vanessa udah tiduran dan diselimutin cowok itu.

Vanessa mengangkat 4 jarinya lalu Eunwoo mengangguk paham. Cewek itu tidur menyamping, menghadap ke Eunwoo.

"Merem," ucap Eunwoo sambil mengelus lengan Vanessa, sesekali memijatnya pelan.

Vanessa malah menggeleng, "Kak Eunwoo tumben ganteng hari ini."

Eunwoo mendengus.

"Sakit banget ya? Nggak mau minum obat?" tanya Eunwoo lagi. Rasa khawatir yang berlebihan jelas tersirat di wajahnya.

Vanessa menggeleng lagi.

"Aku nggak cocok minum obat gituan. Sembuhnya cuma dengan tidur. Jadi enakan. Pinggangku sakit, betisku juga. Tapi ini tuh masih nggak sebanding sama ibu hamil tau, Kak."

"Kamu kalo lagi sakit haid bisa mellow gini ya," ledek Eunwoo.

Vanessa terkekeh lalu merem.

Ia bisa merasakan tangannya Eunwoo bergerak memijat lengannya dan betisnya bergantian.

Vanessa melek lagi, "Kakak tau nggak?"

"Apa?"

"Sekuat-kuatnya laki-laki, kelemahannya adalah wanita yang dicintainya. Selemah-lemahnya wanita, kekuatannya adalah laki-laki yang dicintainya."

"Lucky you, sekarang aku sayang sama Kakak."

Eunwoo menyempatkan diri untuk menatap kedua mata Vanessa lekat-lekat lalu tersenyum hangat, "I know. Inget kata-kataku kemarin, kan? Aku sayang dan aku mau berjuang. It sounds cheesy, but I will do it. Dengan cara apapun."

Vanessa mengangguk-angguk dengan pipi yang mulai bersemu merah.

"Bentar lagi bel. Udah ya, merem. Dengerin aku ngomong, jangan dibantah. Jangan dibales, try to sleep. Nggak usah mikirin macem-macem, BPSmu aku yang urusin. Nanti aku jenguk jam ke 4. Kalau masih sakit bilang ke sekret yang lain."

[1] invariably | :eunwoo:Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang