"Jeon.. aku mencintaimu.."
"Tetaplah di sini , bersamaku.."
"Tak ada yang bisa kita lakukan.."
"Kau harus tetap hidup.. pergilah.."
"KU BILANG PERGI JEON !"
Jungkook terbangun seketika , nafasnya memburu seiring keringat dingin yang terasa membasahi tubuhnya . Pemuda itu mengusak wajahnya kasar . Mimpi itu kembali datang , mimpi tentang Lisa yang terus berulang .
Jungkook menarik surai legamnya kasar dan sekejap berikutnya pemuda itu termenung dalam diam . Sesak terasa memenuhi rongga dadanya , menghantam dengan kuat setiap ia mengingat presensi Lisa .
Bukannya Jungkook hanya diam tanpa melakukan apapun . Selama dua bulan ini tidak bertemu dengan Lisa , terhitung tiga kali Jungkook mengendap endap di sekitaran rumah Lisa dan bermaksud untuk sekedar melihat dan memastikan jika Lisa baik2 saja . Namun hasilnya nihil , penjagaan di rumah itu sangat ketat dan tak ada celah sedikitpun bagi Jungkook .
Semakin hari rasa rindu itu semakin besar dan bergolak dengan hebat . Setelah berpisah dengan Lisa , keadaannya sangat buruk . Ia tak baik2 saja . Goresan2 baru memenuhi lengannya , wajahnya sangat kusut dengan mata hitam berkatung dan ia menjadi lebih kurus kendati tubuhnya tetap terlihat kekar . Jungkook hancur .
Tok tok tok..
Suara ketukan pelan di pintu seketika mengembalikan Jungkook pada kesadarannya . Pemuda itu menghela nafas pelan dan melangkah menuju pintu depan .
Pintu terbuka , Jungkook bergeser satu langkah dan membiarkan gadis di hadapannya untuk masuk . Gadis yang setiap pagi datang mengantar makanan untuknya .
Tanpa bicara , seperti biasa gadis itu masuk . Pandangannya mengedar ke sekeliling dan ia menghela nafas pelan . Pemandangannya selalu sama . Terlihat berantakan tak peduli berapa kali ia membersihkannya .
"Kau baru bangun ? Makanlah dulu ."
"Sudah ku katakan berapa kali Rose ? Berhenti mengirimkan makanan untukku . Aku bisa membelinya sendiri ." Ucap Jungkook seraya menutup pintu . Ia memang tak kehabisan uang , uang hasil kerjanya yang bahkan telah berakhir dua bulan yang lalu , masih tersisa dan mungkin tak akan habis meskipun ia tak bekerja lima bulan kedepan .
Rose menghela nafas . "Bagaimana aku bisa percaya kau akan mengurus makanan mu sendiri ? Sedangkan pekerjaan mu hanya mengurung diri dan terus menambah goresan2 baru di lengan mu ." Ucap Rose seraya melirik lengan Jungkook . Dadanya terasa sesak , setiap ia melihat lengan Jungkook pasti akan terdapat goresan baru di atas goresan yang bahkan belum mengering . Dan itu membuat Rose menahan tangis , bagaimanapun ia masih mencintai Jungkook meskipun ia tau Jungkook tak melihatnya sama sekali .
Jungkook melangkahkan kakinya gontai . Menjatuhkan dirinya di sofa dan terdiam . Pandangan mata pemuda itu tampak lurus namun kosong .
"Jungkook.." Rose mendudukkan dirinya di sebelah Jungkook tepat setelah ia meletakkan makanan yang ia bawa di meja .
"Jika aku hidup dengan baik , apa dia juga akan hidup dengan baik ? Jika aku makan , apa dia juga akan makan dengan lahap ?"
Rose terdiam . Ia tau Jungkook tengah berbicara tentang Lisa . Hatinya mencelos , namun tak ada yang ia lakukan selain menggenggam erat jari jemari Jungkook , seolah memberi pemuda itu kekuatan .
"Bagaimana kabarnya sekarang ? Apa dia sehat ? Apa gadis nakal itu tak kabur lagi dari para penjaganya ? Apa dia baik2 saja ?"
"Jung.." Tangan Rose terulur meraih kepala Jungkook dan menjadikan pundaknya sebagai sandaran Jungkook . Membiarkan Jungkook yang mulai terisak di pelukannya dan sesekali memberikan usapan lembut di punggung pemuda itu .
KAMU SEDANG MEMBACA
LOSER || Lizkook [ END ] ✓
Fanfiction[ BELUM DI REVISI ] [ Rate : Mature ] Jeon Jungkook , seorang pemuda yang hidup sebatang kara . Berandalan jalanan yang di pungut oleh keluarga Choi untuk menjadi bodyguard putri keluarga Choi dengan jaminan hidup layak dan gaji besar . Tapi apa jad...