Chapter 06

13 4 0
                                    

Diterik matahari yang panas kayak gini membuatku memutuskan untuk pergi kekantin, setidaknya membeli minuman yang dingin bisa menghilangkan hausku.

"Berapa?" tanyaku kepada penjaga kantin.
"Rp. 5.000,00" jawabnya.
Aku pun mengeluarkan uang yang pas tapi entah mengapa tangan seseorang lebih cepat menyodorkan uang kepada penjaga kantin.

"Ini uangnya." ucapnya sambil melihat kearahku dan tersenyum.
Aku yang diperlakukan seperti itu hanya berterima kasih dan berjalan melewatinya.

"Kau masih marah?" tanya seseorang yang tadi membayarkan minuman ku.
"Gak, aku gak marah. Hanya saja aku sibuk, jadi aku pergi dulu." ucapku dengan tidak enak hati kemudian pergi meninggalkannya.
Waktu istirahat masih lama dan aku putuskan untuk pergi keruangan klub memanah.
Dari kejauhan, terlihat pintu ruangan tersebut terbuka. Aku yang terkejut melihatnya seperti itu segera berlari karena khawatir. Tapi setelah aku berada tepat diambang pintu terlihat seorang siswa sedang bermain panahan dan melepaskan anak panahnya tepat disasaran.

"Apa yang kau lakukan?" tanyaku dengan dingin.
Ia yang mendengar pertanyaanku malah melihatku tanpa menjawab pertanyaanku.
Kemudian ia pun melepaskan anak panahnya lagi,tepat berada disasaran.

"Kau tidak boleh seenaknya datang kesini!" ucapku yang memperingatinya.
"Kenapa? Lagipula klub memanah sudah dibubarkan, daripada menjadikan tempat ini kosong lebih baik aku gunakan untuk bermain." ucapnya sambil tidak mengalihkan perhatiannya terhadap target.

"Apa maksudmu?" tanyaku dengan tatapan kosong.
"Maksudku adalah daripada tempat ini gak kepake lebih baik..."
"Bukan itu, mengenai klub memanah?" tanyaku yang memotong ucapannya.
"Kau lihat saja dimading!" ucapnya yang membuatku harus berlari secepat mungkin menuju mading.

'Apa ini?' tanyaku dalam benak.
'Mereka memutuskan hanya secara sepihak.' pikirku dan aku langsung pergi menuju ruangan Direktur.
Tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu aku langsung memasukinya.

"Apa maksudnya ini Pah?" tanyaku tanpa sadar memanggilnya Papah.
Direktur pun melihatku dengan terkejut.
"Bisakah kau mengetuk terlebih dahulu." ucapnya yang mengingatkanku kalau aku berada disekolah.
"Maaf saja pak, tapi kenapa Bapak memutuskan hal itu seenaknya tanpa bertanya terlebih dahulu. Bukankah klub memanah menyisakan anggota dan anggota itu adalah SAYA." ucapku sambil menekankan kata SAYA.
"Bukankah kemarin malam saya sampaikan alasan apa kau bisa menghentikan keputusan sekolah. Dengarkan ini, kau hanyalah siswa disekolah ini jadi ikuti kebijakan Sekolah kalau kau tidak bisa maka saya tak akan segan untuk mengeluarkanmu." ucapnya dengan tatapan tajam dan dinginnya hingga aku tidak bisa berkata apa-apa lagi dan keluar dari ruangannya dengan rasa kecewa.

~ yaahh pada akhirnya klub memanah resmi ditutup.
~ Kelanjutannya Nana bakal tetap dengan keputusannya gak yah?
~ Temukan jawabannya dichapter selanjutnya!

The last archerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang