chapter 16

20 4 0
                                    

"Untuk apa ini?" tanya Rian sambil memperhatikan ht dengan lekat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Untuk apa ini?" tanya Rian sambil memperhatikan ht dengan lekat.
"Pertandingan besok berada diarena bebas. Maka untuk jaga-jaga kalau kita berpisah, kita masih tetap bisa berkomunikasi." jawabku dengan tenang.
"Kau bisa menggunakannya kan?"tanyaku ragu.
"Tentu saja." jawabnya dengan yakin.
"Baiklah kalau begitu, aku akan memberitahu mu strategi untuk besok." ucapku kembali.
"Strategi? Seperti perang saja." ucap Rian tiba-tiba sambil kembali menyeruput minumannya.
"Yaa, seperti itulah. Kalau begitu aku akan keintinya saja lagian sudah malam. Aku takut Kepala Sekolah khawatir." ucapku sambil memainkan sedotan yang berada digelas yang masih terisi jus sirsak.
"Kau tahu dalam BOA sebuah tim terdiri dari 2 orang dimana yang satu mnejadi penyerang dan yang satu bertahan. Karena itu aku ingin memberitahu mu kalau kau..."timpalku yang tiba-tiba disela oleh Rian.
"Aku yang bertahan dan kau yang menyerang, seperti itu bukan?" ucapnya dengan naif.
"Kau salah, aku yang bertahan dan kau yang akan menyerang." elakku dengan tersenyum miring.
"Moh, itu mustahil. Aku..." ucapnya yang langsung kusela.
"Dalam bertahan maka ia harus mendekati lawan dan melindungi kawannya dan seseorang yang menyerang, ia menyerang dari jarak jauh. Seperti itulah permainan dalam BOA." jelasku.
"Bagaimana kau percaya aku bisa menjadi penyerang dan juga apa yang akan kita dapatkan jika aku menjadi seorang penyerang?" tanyanya sambil mengernyit kebingungan.
"Tentu saja aku percaya padamu karena kau partnerku. Lalu kau bertanya apa yang akan kita dapatkan jika kau menjadi penyerang? Kalau begitu akan ku jawab dengan pasti 'KEMENANGAN'. Kenapa kau masih tidak percaya?" tanyaku dengan mempertahankan nada tenangku.
"Tidak, sekarang aku percaya."
"Baiklah, untuk sekarang ayo pulang. " ucapku bergegas pergi.
"Lalu siapa yang akan membayar ini? " Tanya Rian sambil melihat arah meja yang sudah terdapat banyak piring kosong.
"Tenang saja,  aku yang bayar.  Lagipula aku tak akan menyuruhmu membayarnya. " jelasku dengan senyum simpul kemudian bergegas menuju kasir.

Diperjalanan menuju penginapan aku melihat seorang pedagang permen kapas kesukaanku.
"Ne,  Rian boleh beli itu? " tanyaku sambil menunjuk tempat pedagang itu berada.
"Lalu? " Tanya balik Rian bingung.
Aku pun menghembuskan napas dengan kasar.
"Bukan apa-apa. " jawabku sambil meniliknya kemudian berlari kecil menuju pedagang itu yang tidak terlalu ramai.

"Pak beli satu. " ucapku dengan tersenyum girang.
"Berapa pak? " tanyaku ketika pedagang itu menyerahkan permen kapas yang baru jadi.
"Dua puluh ribu neng. " jawab bapak tersebut.
"Ini uangnya Pak." ucap seseorang menduhuluiku menyerahkan uang tersebut.
"Ayo cepet pulang. " ucapnya yang tak lain Rian kemudian berjalan menduhuluiku Dan segera kususul.
"Terima kasih. " ucapku dengan tulus.
"Ka kau tahu aku membelikanmu bukan bermaksud apa-apa hanya saja tadi ketika di Restoran kau yang membayarnya jadi aku tak ingin ada hutang lagi kepadamu. " ucap Rian sambil menghentikan langkahnya.
"Tapi kau tahu untuk ukuran seperti itu kenapa mahal sekali? " tanyanya sambil melihat permen kapasku yang berukuran menurut pas untuk harga tersebut.  Tapi entah apa yang ia pikirkan,  entah karena permen kapas ini yang terlalu mahal atau karena Rian tidak punya uang.

~ maaf untuk chapternya akhir-akhir ini terlalu pendek.

The last archerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang