chapter 14

8 3 0
                                    

Sejak battle berakhir, Kak Jun tak pernah keluar dari kamarnya bahkan Ia pun melewatkan makan malam.

"Mah, kak Jun kenapa sih?" tanyaku disela kegiatan menonton tv.
"Memangnya kenapa?" tanya Mamah bali dengan lembut.
"Semenjak tahu partner Nana itu laki-laki, kak Jun selalu menjauh bahkan gak pernah nyapa." jelasku dengan tampang cemberut.
"Terus tadi kak Jun bilang kalau 'kau mengingatkanku tengang masa laluku'. Nana bingung deh, memangnya mengingatkan apa sih?" timpalku sambil memperagakan gaya bicara kak Jun.
Mama terkekeh mendengar penuturanku.
"Nana tahu gak kalau kak Jun dulu pernah ikutan BOA juga lima tahun yang lalu." ucap Mamh sambil membelai rambutku pelan.
"Iya mah. Tapi kak Jun cuman bilang itu doang." ucapku.
"Nah waktu itu kak Jun memiliki partner perempuan. Lalu sekarang Nana partnernya laki-laki kan, yang berpasangan seperti itu hanya Kak Jun karena semua partner itu berpasangan dengan sesama jenisnya lagi tapi kamu sama kak Jun memiliki partner lawan jenis dan mungkin itu mengingatkan kak Jun dengan partnernya." jelas Mamah sambil menyentil hidungku.
"Oooh...tapi Kak Jun gak pernah menceritakan tentang partnernya." ucapku penasaran.
"Waktu itu ada kecelakaan, partner Kak Jun meninggal melindungi kakakmu." jelas Mamah membuatku terkejut dan merasa sedih.
"Kecelakaan, apa maksudnya Mah?" tanyaku kembali.
"Entah kenapa waktu itu ada kelompok seperti perompak gitu. Mereka menggunakan senjata api dan Nana tahulah kepribadian mereka. Penanggung jawab  BOA waktu itu disalahkan karena kurangnya pengamanan. Sehingga BOA waktu itu dianggap gagal." jelas Mamah.
"Mamah gak kenapa-napa kan?" tanya aku dengan khawatir.
"Apa maksudnya?" tanya Mamah mengernyit tak mengerti.
"Ya kan Nana besok ikutan BOA, Mamah gak khawatir?" tanyaku.
"Kau itu bilang apa sih? Nana kamu itu anak Mamah ya jelas lah Mamah khawatir sangat khawatir malah. Tapi itu impian Nana dan pilihan Nana karena itu daripada melarangnya lebih baik Mamah mendukungmu dan Mamah yakin Allah SWT. akan melindungi Nana makanya Mamah selalu terlihat tenang karena apa? Karena Nana selalu dijaga oleh Allah SWT. makanya nanti ketika lomba teruslah berdo'a agar Allah SWT. senantiasa membantu Nana." ungkap Mamah yang membuatku terharu dan memeluknya erat.
"Makasih ya Mah, maaf kalau Nana selalu ngerepotin. I love you!" ucapku sambil menciumi pipinya.
"I love you too!" balas Mamah sambil membalas ciumanku.
"Udah persiapan buat besok?" tanya Mamah.
"Udah, Mah." jawabku singkat.
"Kalau gitu sekarang tidur ya." ucap Mamah.
"Oke, Mom good night!" ucapku sambil berlalu menuju kamar.

Sebelum memasuki kamar, aku memutuskan untuk pergi kekamar Kak Jun.
Ketika aku akan membukanya, pintunya terkunci membuatku harus mengetuk pintu. Namun tak ada balasan dari sang pemilik membuatku menghembuskan nafas dengan kasar.
"Kak udah tidur?" tanyaku stengah berteriak namun tak ada balasan apapun.

Aku pun menyerah dan menuju kekamarku.
Saat aku menikmati udara malam dibalkon tak sengaja aku melihat pintu balkon kamar kak  Jun terbuka.
Terpintas hal yang gegabah dipikiranku.
Aku membuat ancang-ancang, berlari kemudian melompat dengan sempurna tanpa ada hambatan untung saja pembatasnya tidak terlalu tinggi.
Kak Jun yang berfokus dengan bukunya langsung menutup bukunya dan terkejut melihat kedatanganku dibalkon membuat ia setengah berlari menuju pintu untuk menutupnya namun aku pun secepatnya berlari menahan pintu agar tidak tertutup.
Terlihat Kak Jun kewalahan hingga akhirnya mengalah dan berlalu menuju kasurnya untuk tidur.

Namun aku pun tidak menyerah, aku mengikuti menuju kasurnya dan duduk disamping Kak Jun berbaring lalu mencoba kembali untuk berbicara dengannya.
"Kak...Nana tahu Kakak belum tidur. Nana hanya ingin bilang makasih karena udah ngelatih Nana dan juga Nana minta maaf kalau Nana susah diatur atau kesalahan ketika belajar sama Kakak. Nana janji, Nana bakalan menang dan kembali dengan selamat jadi jangan khawatir." ucapku panjang lebar.
"Dan setelah itu Nana ingin kita battle lagi. Jadi tunggu Nana pulang ya!" ucapku sambil meciumi pipinya dan pergi namun tiba-tiba saja tanganku dicekal oleh Kak Jun hingga aku bertumbrukkan dengan dadanya Kak Jun.
"Kakak akan menunggumu." ucap Kak Jun lemah sambil memerat pelukan.
Aku pun hanya mengangguk dan membalas pelukannya.

Keesokan harinya, aku berangkat kesekolah lebih pagi dengan diantar oleh Kak Jun tanpa lupa maembawa peralatan untuk perlombaan karena hari ini aku harus sudah berangkat ke Yogyakarta.

Setibanya disekolah, disana sudah terdapat kepala sekolah beserta suaminya sebagai pembimbing, dan juga Rian sebagai partnerku.
Setelah aku berpamitan dengan Kakakku, kami pun segera berangkat menuju Yogyakarta menggunakan mobil sekolah dan dikendari oleh supir yang sudah dipercayai oleh pihak sekolah.

Hampir 1 hari kami berada diperjalanan akhirnya kami pun sampai ditempat tujuan dengan selamat.
Hari ini masih belum waktunya perlombaan hingga kami menginjakkan kaki kami dihotel bintang 3 ini untuk menginap kira-kira 3 hari kami berada disini.
Untuk sekolah kami karena partnernya berpasangan, pihak panitia memberikan dua kamar.
Satu ditempati oleh aku dan juga Ibu kepala Sekolah lalu satunya lagi tentunya untuk Rian, suaminya Kepala Sekolah dan juga supir.
Tak ada rasa khawatir atau apapun meski besok adalah hari dimana semuanya aku mempertaruhkan yang kumiliki.

Malam pun datang dengan cepat,  itu pula aku tidak keluar kamar. Untuk makan, aku sudah mempersiapkan banyak makanan karena itulah aku lebih menikmati cemilanku daripada harus jauh-jauh turun untuk makan.

"Na, bangun." ucap seseorang menbangunkan dari tidurku sambil mengguncangkan sebagian tubuhku.
Terlihat Kepala Sekolah dengan wajah datarnya.
"Ada apa bu?" tanyaku dengan hati-hati sambil mengumpulkan kesadaran.
"Udah jam setengah empat, ayo sholat dulu udah gitu mandi karena kita harus udah ada dilokasi jam setengan tujuh." jelas Kepala Sekolah hingga aku harus memberhentikan aktifitas tidurku kemudian pergi mandi terlebih dahulu kemudian sholat tahajud. Masih ada beberapa waktu sebelum adzan shubuh berkumandang, membuatku berkesempatan untuk tilawah sambil menunggunnya.

".......
Baik semuanya perkenalkan saya Toni Adiapuspita dan ini teman saya Rei Alfan yang akan menjadi MC untuk acara ini......" ucap panjang lebar seseorang yang ditemani sebagai MC diatas panggung.
Aku tidak terlalu memperhatikan apa yang mereka katakan hanya saja pastinya semua akan dimulai tak lama lagi.
Aku melihat Rian yang sudah siap dengan pakaian yang sama denganku karena kami sengaja membuat pakaian yang  untuk pertempuran ini.
Aku tersenyuk kearah Rian dengan semangat.
"Jangan sampai kalah!" itulah yang hanya bisa kukatakan kepadanya daripada menyemangatinya aku lebih suka memprovakasikannya.
"Aku tahu." ucapnya dengan tak kalah semangat dan kami pun berjalan ke arah yang berbeda.

The last archerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang