Chapter 12

9 3 0
                                    

Di GYM kami mencari tempat duduk yang masih kosong dan ternyata yang tersisa hanya ada dibawah ya terpaksa deh aku dan Zia duduk dibagian bawah yang jaraknya tidak terlalu jauh dengan lapangan.

Suara ramai mulai menggema di GYM. Para penonton menyemangati setiap tim yang main.
Apalagi giliran kelas X main para penonton begitu heboh karena pemainnya laki-laki yang baru menginjakkan kakinya dilapangan. Begitu juga Zia, dengan hebohnya dia menyuraki tim kelas X yang merupakan angkatan kita.
Pertandingan pun dimulai dengan wasit meniup peluit dan bola melambung keudara yang langsung disambat oleh pemain tim kelas X lalu ia mendribblingnya dengan cepat kearah lawan dan menembakkan bolanya menuju ring dalam jarak kira-kira 5 m, membuat kembali penonton menyuraki.
Permainan pun kembali berlangsung.
Kali ini pemain yang menembak bola dengan jarak kira-kira 5 m tadi harus melawan seniornya. Dengan postur tubuhnya yang tinggi membuatnya leluasa mengoper bola beda lagi dengan senior yang melawannya yang sudah kewalahan.
Ketika bola itu akan segera direbut oleh seniornya ia mendorong bola itu terlalu keras sehingga terlempar keluar lapangan dan
"Pluk." (suara tangkapan).
"Kau tidak apa-apa?" tanyaku sambil melihat Zia yang sudah menutup matanya dengan takut.
"Ah aku tidak apa-apa." jawabnya dengan bernafas lega ketika ia melihat bola basket ditanganku yang untung saja aku tepat waktu menangkapnya kalau gak bisa berabe kan.
Terlihat semua pemain yang dilapangan melihat kearah kami begitupun juga penonton yang penasaran.
Pemain dengan postur tinggi itu mendekatiku dengan berlari kecil.
"Kau tidak apa-apa?" tanyanya dengan nada khawatir kearahku.
"Dia tidak apa-apa." jawabku sambil melihat Zia yang sudah tenang.
"Maaf aku tidak sengaja." ucapnya dengan tulus.
"Tidak masalah." ucapku sambil melempar bola dengan tekhnik chest pass yang langsung ia tangkap dengan baik.
"Terima kasih." ucapnya kemudian berlari kembali kelapangan dan pertandingan pun kembali berlanjut.
"Untung saja bola itu tidak terbang kearah kepalamu. Lain kali jangan melamun." ucapku kembali duduk.
"Hehe iya, iya maaf dan juga makasih." ucapnya dengan nyengir.
"Tapi Na, tadi dia nanya keadaan kamu  tapi kenapa malah menjawab dengan keadaanku." tanyanya sambil cengar-cengirnya gak jelas.
"Lagian bolanya juga kalau gak aku tangkap, kepalamu yang kena jadi aku nyangkanya dia bertanya kepada kamu tapi kamu lama ngejawabnya ya udah deh aku jawab." jawabku panjang lebar dengan wajah datar. Kemudian pergi meninggalkannya daripada membicarakan yang menurutku unfaedah.
Ih Nana...tunggu dong." ucapnya memegang tanganku dengan mempertahankan cengirannya.
"Apa?" tanyaku dengan ketus.
"Pertandingannya belum beres." jawabnya sambik bergelayut manja ditanganku.
"Ya terus?!?" tanyaku kembali dengan jengah.
"Balik lagi yukk!" tawarnya.
"Gak mau." tolakku mentah-mentah.
"Kenapa? Gara-gara itu kan?" ucapnya sambil menaik-naikkan alisnya.
"Gara-gara apa sih?" tanyaku risih.
"Gara-gara ada dia kan???" jawabnya yang membuatku malas menanggapinya.
"Heh Zia, kalau mikir jangan kemana-mana aja deh." ucapku sambil menyentil keningnya yang sedikit tertutupi ciput.
"Aww.." ucapnya meringis sambil memegang keningnya.
"Tapi benar kan?" ucapnya yang masih mempertahankan argumennya.
"Heh Zia dengerin ya temanku yang In syaa Allah sholehah, pintar, cantik, besok lusa aku harus berangkat untuk BOA dan aku harus mempersiapkan segalanya jadi jangan berprasangka yang aneh-aneh ya." ucapku dengan memelankan nada bicara.
"Oh jadi gitu ya..yau udah kalo gitu aku balik lagi ya dan juga semangat." ucapnya dengan menepuk bahuku keras dan pergi meninggalkanku yang masih diam ditempat.

Tak ingin mengulur waktu, aku memutuskan untuk keruang klub memanah dan terdapat Rian yang masih setia latihan.
Aku yang melihatnya selalu latihan membuatku merasa bersalah dan mengambil alat panah lalu ikut berlatih disampingnya.

"Kau sudah siap?" tanyaku dengan pandangan yang masih fokus kearah titik tumpu sasaran.
"Tentu saja." jawabnya dengan yakin.
Mendengar jawabannya seperti itu membuatku lebih yakin kalau aku, bukan kalau kita bisa menang.
Aku melepaskan anak panah bersamaan dengan Rian dan kedua anak panah itu benar-benar tertancap kuat tepat disasaran.
"Baiklah kalau begitu." ucapku yang hanya didengar dan menyimpan kembali alat panah lalu berlalu keluar.
Waktu masih menunjukkan pukul 10.57 a.m hari ini sekolah memulangkan siswa-siswanya awal karena guru-gurunya melaksanakan rapat karena itu juga menjadikan alasannya pertandingan basket tadi dimeriahkan, yaa hitung-hitung menghilangkan bosan juga.

Entah kenapa aku yang ingin cepat-cepat pulang malah melangkahkan kaki menuju GYM.
Sepi ya iyalah pertandingan udah beres.
Aku melangkahkan kaki menuju lapangan tanpa lupa menyimpan tas diatas bangku pemain.
Mengambil bola lalu melakukan lay up dan bola itu masuk dengan baik.
"Prok..prok..prok.." entah kenapa suara seseorang yang sudah kukenali membuatku menoleh kearahnya.
"Gerakan yang bagus." ucapnya sambil meraih bola kemudian melakukan shooting dan bola itu kembali masuk dengan tepat.
Aku yang mendengar ucapannya seperti itu tersipu malu tanpa lupa mempertahankan wajah datarku.
"Terima kasih, Danil." ucapku dengan pelan yang masih bisa ia dengar.
Yup Danil, ia adalah pemain basktet dari kelas X dengan postur tubuhnya yang tinggi membuatnya cocok dengan bidangnya.
"Kudengar besok lusa kau mau lomba?" tanyanya ttiba-tiba.
"Seperti itulah." jawabku bingung.
"Semoga berhasil." ucapnya yang membuatku ternganga tak percaya. Pasalnya aku yang selalu cuek dan dia juga yang dingin membuatku membencinya karena selalu membuat jantungku berdegup dengan kencang mungkin bisa berhenti tapi aku harus melupakannya karena fokusku adalah belajar.
Sedikit senang dengan ucapannya membuatku harus cepat-cepat pergi.
"Assalamu'alaikum." pamitku singkat dan mengambil tasku dengan jalan santai tanpa harus menampakkan rasa senang.
"Wa'alaikumussalam." jawabnya dengan pelan.

"Huaah" setelah beberapa kali menguap aku mengistirathkan tubuhku diatas kasur yang empuk ini dan memulai memejamkan mata menikmati tidur siang setelah mendirikan sholat dzuhur.

~ Hanya segini ya buat chapter 12nya, maaf bila mengecawakan🙏.
~ dan juga terima kasih. Jangan lupa untuk terus baca kelanjutannya!
~ jangan lupa comment, vote atau kritikannya (jangan sungkan ya)!

The last archerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang