Pembukaan
Entahlah Alea merasa ia sudah melenceng dari hidup yang sudah ia rencanakan. Tidak ada terbesit sedikit saja dipikiran Alea untuk membiarkan orang lain masuk ke dalam kehidupannya. Dama Allarick Rivano, lelaki yang ia tolong tidak ia sangka bisa menjadi bagian dari hidupnya mulai saat ini. Alea tidak mengerti dirinya kenapa ia bisa bertindak konyol seperti ini apa yang ia pikirkan? yang Alea rasa saat ini entah dorongan dari mana Alea merasa butuh Dama dalam kehidupannya yang gelap. Entahlah mungkin takdir sudah merencanakan garis hidupnya nyatanya rencana yang ia buat saat ini tidak semuanya seperti yang ia inginkan. Namun Alea hanya bisa berharap semoga saja tidak ada masalah lain lagi setelah ini, semoga saja.
"Hai pacar kok bengong sih pagi-pagi" Dama mencolek pelan pipi Alea saat ia sudah duduk di kursi disamping Alea.
"Oh ya, udah sembuh belum kemarin alerginya?" Tanya Dama sambil memandang ke arah Alea.
"udah " Jawab Alea pelan sambil menoleh sekilas ke arah Dama setelahnya ia kembali fokus ke buku yang tengah ia baca.
Dama menumpukan kepalanya pada lengan yang ia tekuk mengamati Alea dari samping merupakan kebiasaan baru untuknya. Bagi Dama Alea sangat cantik jika sedang fokus seperti ini mata tajamnya seakan bisa menembus buku yang tengah ia baca saat ini. Pandangan Dama kembali teralih ke leher Alea yang tertutupi rambut yang saat ini tengah gadis itu gerai.
Dama mendekatkan bibirnya ke arah telinga Alea sambil berbisik "Lehernya udah sembuh belum?" Alea yang mendengar pertanyaan Dama langsung menoleh cepat ke arah Dama yang saat ini tengah menatapnya dengan tatapan menggoda ia bahkan menaik turunkan alisnya yang membuat Alea ingin sekali menabok bibir tipis itu.
"Belum pernah gue tabok tuh bibir" sinis Alea.
"Nanti deh kalo mau nabok bibirku tapi jangan disini nanti aja yang liat. Kamu kan liar" Dama kembali berbisik dan mendapatkan cubitan panas dari Alea yang membuatnya mengaduh kesakitan.
"Mulutnya gak ada akhlak" ujar Alea sambil memandang sinis ke arah Dama.
"Ampun bercanda sayang" Dama menghentikan tangan Alea yang hendak kembali mencubit perutnya.
"Oh ya, nanti aku ada latihan dance kamu ikut ya nemenin aku" sambung Dama sambil menyelipkan rambut Alea ke belakang telinga.
"Gue ga bisa ada urusan" jawab Alea sambil menutup bukunya dan menoleh kesamping menatap Dama.
"Urusan apa? Mau aku temenin?"
"Gak usah gue bisa sendiri kok, lo kan ada latihan"
"Tapi aku ga tenang Ale kalo biarin kamu pergi sendiri"
"Sebelum ada lo gue udah biasa sendiri jadi ga usah khawatir" Alea mengusap pelan pipi Dama yang menatapnya khawatir. Alea memajukan wajahnya ke arah Dama dan memberanikan diri mengecup pelan sudut bibir Dama. Setelah nya ia tersenyum dan mengusap sekali lagi rahang Dama. Mereka tak perlu khawatir jika ada yang melihat mereka pasalnya sekolah masih sepi belum ada anak yang berangkat kecuali mereka berdua di dalam kelas karena ini memang masih pagi mereka sengaja datang lebih awal agar bisa berduaan. Sebenarnya bukan mau Alea namun Dama yang memaksanya akhirnya Alea mengiyakan permintaan cowok dengan wajah baby face nya itu. Mungkin saat ini Alea sudah menjadi bucinya Dama bagaimana tidak Alea sangat menyukai senyum bayi yang Dama miliki dengan membayangkan Dama tersenyum saja mampu membuat Alea tersenyum sendiri. Namun waktu mereka berdua tak berlangsung lama saat teman-teman sekelasnya sudah mulai memasuki kelas, lantas keduanya langsung mengubah posisi duduk mereka yang semula berhadapan sekarang mereka pura-pura fokus pada kegiatan masing-masing. Sebenarnya Dama tidak menginginkan hubungan mereka backstreet namun Alea memaksa Dama untuk menyembunyikan hubungan mereka dengan alasan ia belum siap ada masalah lain lagi, akhirnya dengan terpaksa Dama menyetujui permintaan kekasihnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
DAMALEA
Teen FictionAlea Perveen Sayendra gadis penuh misteri yang membuat seorang Dama Allarick Rivano penasaran akan kehidupannya.Kehidupan Alea tidak seperti kehidupan seorang gadis pada umumnya,hidupnya penuh dengan ancaman yang kapan saja bisa menghampirinya tanpa...