Bab 6. Rumit

98 7 3
                                    

Begitu rumit sehingga menjadi sederhana saja susah

∆∆∆∆∆

"Kisah cinta lo emang kayak lagunya Langit Sore deh Ra" ucap Claudia pada Amara. Saat ini mereka sedang berada di rumah Amara. Tepatnya, di kamar Amara.

"Yang mana?" tanya Amara yang sedari tadi mengacak-acak tempat album fotonya.

"Yang rumit itu. Emang beneran Ra, kisah cinta lo itu diciptain sama Tuhan rumit banget" ucap Claudia kesal sendiri.

"Iya tuh, buktinya sekarang lo sama Alvian kayak kucing-kucingan. Awalnya saling benci, terus saling jatuh cinta dan jadian eh setelah itu ada orang ketiga, putus, habis itu si Alvian ngejar-ngejar buat minta maaf dan sekarang lo nya yang nyesel dan ngejar maafnya Alvian. Gak bakalan ada habisnya gue fikir" sambung Gaby dengan nada jengkelnya.

"Itu sih menurut kalian berdua aja ya. Menurut gue, ini adalah suatu pelajaran berharga buat gue" balas Amara sembari melihat-lihat foto dirinya.

"Pelajaran berharga apanya Ra, malah bikin semua jadi ribet gue lihat" ucap Claudia memutar bola matanya.

"Pelajaran berharga untuk gak menyia-nyiakan apa yang telah kita miliki karena suatu kesalah pahaman" jawab Amara sembari menatap ketiga sahabatnya sebentar lalu beralih melihat ke balkon kamarnya.

"Karena disaat dia udah gak ada nanti lo pasti akan merasa sangat terpukul akan kehilangannya. Entah itu pergi jauh, hilang atau menjadi milik orang lain. Lo akan susah untuk menggapainya kembali, karena mungkin gak akan ada kesempatan untuk memiliki untuk kedua kalinya" ucap Amara dengan tatapan sendu. Raut wajahnya menjadi muram. Amara sakit jika mengingat dirinya yang telah menyia-nyiakan apa yang dulu Ia miliki tersebut.

Gaby dan Claudia menatap Amara sejenak sebelum akhirnya mereka menghampiri Amara. Memeluknya dengan kasih sayang, karena hanya itu yang Amara inginkan saat ini.

"Kita tahu apa yang lo rasain Ra. Kita akan selalu ada buat lo, disaat lo sedih maupun senang. Karena kita sahabat sejati" ucap Gaby mengelus puncak kepala Amara dengan tulus.

"Iya Ra. Lo gak boleh putus asa kayak gini. Di hidup lo gak cuma tentang cinta Ra, masih banyak yang lainnya. Pendidikan, karier, keluarga, dan diri lo sendiri itu juga penting Ra" sambung Claudia dengan senyuman tulus.

"Jadi saran gue Ra, mending lupain Alvian. Masih banyak yang lain yang suka sama lo" Amara menatap kedua sahabatnya terutama Claudia yang baru saja mengatakan kata-kata yang membuat Amara kesal.

"Lo gak tau sih gimana rasa sayangnya gue ke dia. Lo sendiri tau kan gue tipe orang yang kayak gimana, jadi lo gak bisa ngomong itu dengan mudahnya" balas Amara dengan nada kesal.

"Ya bukan gitu Ra. Gue cuma pengen lo lupain Alvian, dia cuma jadi seseorang yang selalu nyakitin lo. Semua orang pasti pengen bahagia Ra, dan lo juga pasti pengen bahagia. Alvian udah lupain perasaan dia ke lo" saran Claudia pada Amara. Memang terlihat Claudia tidak merestui keinginan Amara untuk mengejar Alvian kembali.

"Semua orang punya pilihannya sendiri Clo, termasuk gue. Gue berhak memilih apa yang ingin gue lakukan. Meskipun rumit sekalipun pilihan itu, gue akan tetap jalanin. Lo gak berhak ngatur hidup gue" balas Amara dengan nada ketus.

"Oke, maaf. Gue salah, gak seharusnya gue ngatur hidup lo yang sudah terencana. Apapun keinginan lo saat ini, itu hak lo. Lakuin Ra, gue gak akan ngehalangin lagi. Gue cuma mengutarakan pendapat dan saran gue aja" Claudia mengambil tasnya di kasur Amara lalu beranjak berdiri.

"Clo, lo mau kemana?" tanya Gaby saat Claudia sudah berdiri dan menuju pintu kamar Amara.

"Intinya, gak ada alasan lagi untuk gue tetap berada disini" ucap Claudia lalu pergi meninggalkan kamar Amara.

AlviAra 2 (Lakuna) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang