Bab 18

56 4 0
                                    

Karena aku benar-benar percaya jika Tuhan pasti akan memberikan sesuatu sebagai pengganti dari sesuatu lain yang pernah hilang

__________

Amara terbangun saat matahari sudah bersinar terik. Saat dilihatnya jam wekernya ternyata waktu sudah menunjukkan pukul 8 pagi.

Ah ingatkan Amara bahwa hari ini adalah hari minggu, supaya dia tidak berteriak panik karena sudah terlambat pergi sekolah.

"Aaaaaaa, mama kenapa gak bangunin akuu. Amara udah telat banget ini, huaaa," teriak Amara dari dalam kamarnya masih terduduk di tepian ranjangnya.

"Amara! Kamu bisa tidak, jangan teriak-teriak gitu! Huh, mama takut tetangga sebelah benar-benar akan pindah rumah karena teriakan kamu itu," ucap sang mama yang sudah berdiri di depan pintu kamar Amara dengan bersedekap dada.

"Ma, Amara udah terbiasa seperti itu jadi gak bakalan bisa berubah," jawab Amara memutar bola matanya malas.

Siska melangkah maju mendekati Amara lalu tangan kanannya terangkat untuk menjewer telinga Amara. Sedangkan Amara meringis kesakitan.

"Aaa aa-aduh ma, ini sakit lepasin jewerannya," rengek Amara pada mamanya.

"Siapa yang ngajarin kamu ngebantah hah? Karena kamu udah dewasa harusnya kamu bisa lebih memahami semua keadaan, harusnya kamu itu bisa lebih berpikiran yang luas ya, bukannya malah tidak sopan sama mama." Amara tahu jika mamanya itu hanya bercanda dengan perkataannya, buktinya sekarang dia sudah melepaskan jeweran telinga Amara beralih menatap Amara dengan tulus.

"Sana mandi dulu, ini udah siang!" suruh Siska.

"Tapii ma, ini udah terlambat banget buat ke sekolah. Amara bolos aja ya kali ini aja, dan biarin Amara buat mandi siangan," pinta Amara pada Siska dengan wajah memelas. Sedangkan Siska menepuk keningnya pelan. Huh, apakah Amara sudah sangat tua sehingga dia bisa pikun seperti ini.

"Hei, anak mama yang cantik ini. Apakah kamu lupa hari ini hari apa? Dan kamu ada tugas apa dari mama?" tanya Siska pada Amara agar Amara bisa mengingat hari apa sekarang.

Saat itu juga Amara menoleh ke kalender yang berada di atas meja belajarnya. Saat sudah menyadarinya Amara langsung menepuk keningnya pelan.

"Hehe maaf ma, aku lupa. Beneran lupa deh ma ini gak boong," ucap Amara dengan nada memelas yang membuat mamanya tersenyum geli.

"Udah sana mandi dulu, habis itu sarapan. Nanti baru bantuin mama sebentar." setelah mengucapkan itu Siska beranjak keluar dari kamar Amara.

Akhirnya Amara segera menuju kamar mandi untuk membersihkan badannya. 30 menit berlalu, Amara pun selesai mandi. Amara memang tidak pernah memakan waktu yang lama untuk mandi.

Setelah selesai bersiap-siap dan memakai pakaian yang rapi Amara pun segera turun ke ruang makan untuk sarapan. Dilihatnya disana sudah ada abangnya, papanya dan juga mamanya yang duduk menunggu kehadiran Amara.

"Makasi ya udah bersedia nungguin Amara hehe," ucap Amara sedikit terkekeh.

"Iya gak pa-pa kok, sudah sekarang kamu duduk sarapan ya. Nanti ada yang mau papa omongin juga sebentar," balas Alex.

"Baiklah," ucap Amara lalu duduk dan menyantap sarapannya. Dan anggota keluarga yang lainnya pun ikut menyantap sarapan mereka hingga habis tak tersisa.

Setelah menyelesaikan sarapan mereka dengan hening, Amara langsung menatap Siska. Alex dan Bimo bergantian dengan tatapan penuh tanya. Sedangkan yang ditatap hanya mengeluarkan senyuman misterius bagi Amara.

AlviAra 2 (Lakuna) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang