Bab 12. Mungkin Nanti

97 9 2
                                    

Mungkin jawabannya akan kita temui nanti

∆∆∆∆∆

Alvian yang tengah duduk di kamar Pelangi merasakan saku celananya bergetar. Ada pesan masuk. Dilihatnya nama pengirim. Amara.

Gue udah tau masalah mereka, papa yang ceritain semuanya

Alvian hanya membaca, tak berniat untuk membalasnya. Yang saat ini Ia pikirkan adalah bagaimana cara membuat Pelangi tidak kambuh lagi. Alvian akan menjaga Pelangi malam ini.

Keesokan paginya Alvian berangkat sekolah tanpa Pelangi. Pelangi harus dirawat inap di rumah sakit. Alvian terlihat lesu karena kemarin malam harus benar-benar bergadang karena kondisi Pelangi yang tiba-tiba drop.

Alvian yang baru tiba di sekolah dan hendak berjalan menuju kelasnya harus berhenti sejenak karena Amara melambaikan tangannya dan menghampiri Alvian.

"Hai Al, kok pesan yang gue kirim semalam gak dibales sih?" tanya Amara saat baru tiba di sebelah Alvian.

"Gue gak sempet Ra" Jawab Alvian lalu mulai melangkahkan kakinya menuju ruang kelas XII IPA 3.

"Kok berubah sih Al?" Amara kembali bertanya sembari mengikuti Langkah Alvian.

"Siapa yang berubah?" Alvian menghentikan langkahnya lalu menatap Amara jengkel.

Disaat hatinya sedang tidak karuan, haruskah Amara membuatnya semakin pusing.

"Lo yang berubah. Lo lupa sama apa yang sudah kita sepakati? Atau lo udah gak peduli?" Amara membentak Alvian tanpa sengaja.

"Gue gak berubah Ra, gue juga bukannya gak peduli. Pelangi lagi drop, penyakitnya kambuh. Dan gue yang harus jaga dia, gue capek Ra" balas Alvian dengan nada tinggi.

"Gimana sama urusan kita Al?" tanya Amara sembari menahan emosinya.

"Kita tunda dulu sampai semuanya membaik" jawab Alvian.

"Gue gak mau. Yang gue ingin urusan kita cepat selesai dan gue ingin kisah kita jelas. Bukan kacau balau kayak sekarang" ucap Amara dengan sedikit memaksa.

Alvian tersenyum sinis, "Lo egois Ra" ucap Alvian lalu melanjutkan perjalanan menuju kelasnya.

"Okey gue egois. Tapi gue akan tetap menyelesaikan masalah ini, sendiri. Tanpa bantuan lo" setelah mengucapkan kata itu Amara berjalan menuju kelasnya tanpa menoleh pada Alvian lagi.

Alvian mendengar ucapan Amara. Ia benar-benar lelah saat ini. "Terserah lo Ra, terserah" ucap Alvian pelan lalu masuk ke kelasnya.

Amara tiba di kelasnya saat jam mata pelajaran pertama berdering. Matanya memerah sepertinya ingin menangis tetapi Ia tahan.

"Ra kenapa?" tanya Gaby saat Amara sudah duduk di bangkunya.

"Gak pa-pa kok Gab" jawab Amara sembari tersenyum menyembunyikan keinginan mengeluarkan air mata.

"Clo, nanti istirahat pertama temuin gue di taman belakang sekolah ya. Ada yang pengen gue omongin sama lo" ucap Amara yang sama sekali tidak ditanggapi oleh Claudia. Amara hanya membiarkan saja, yang penting Claudia mendengar apa yang Ia ucapkan tadi.

"Lo juga ya Gab" sambung Amara lalu Gaby mengangguk sebagai jawaban.

Amara duduk diam menghadap ke depan. Menetralkan hatinya yang tidak karuan sejak tadi.

Drrt drrt drrt

Dirasakannya ponselnya bergetar di kolong mejanya. Ia pun mengambil ponselnya. Sebuah pesan dari Alvian.

AlviAra 2 (Lakuna) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang