Warning! 🔞
Jeneva Zowala ikut dihukum mati karena kejahatan yang dilakukan ayahnya pada Kerajaan Albatraz. Sungguh kejam. Tidak cukup sekali, seperti sebuah kutukan, sudah lima kali dirinya terbangun kembali dan mendapati kematian yang sama!
"Saya...
Tubuhku penuh luka dan tak berdaya di depan semua petinggi Albatraz. Aku lalu menatap nanar pria yang mengenakan baju jirah kebesaran Albatraz yang berdiri di hadapanku tanpa bisa berkata-kata lagi. Ya, dia adalah Nox, Lord of Albatraz. Wajahnya berkali-kali menatapku tanpa belas kasihan.
Kedua orangtuaku dibunuh olehnya karena ayahku terbukti menipu kerajaan Albatraz yang selama ini menjadi sekutu Morrac. Aku hanya bisa pasrah, tapi anehnya, aku selalu terbangun lagi setelah menghadapi kematianku. Di hari yang sama, yaitu dua hari sebelum kematianku. Ya, aku kembali lagi ke masa lalu dan ini sudah kelima kalinya aku mengalaminya!
Entah kenapa selalu seperti ini, padahal aku sudah mencoba mengikhlaskan kematianku. Sampai kapan? Berapa kali lagi aku mengalami kejadian yang bahkan menurutku tidak masuk akal ini. Aku lelah, tidak bolehkah aku beristirahat dengan tenang? Lebih baik mati selamanya daripada hidup seperti ini. Atau lebih baik aku menghindari kematian saja?
Namun, aku tidak tahu bagaimana menghentikannya. Berbagai cara sudah kulakukan sebelumnya. Kabur? Tidak mungkin bisa kabur darinya. Apa aku harus membujuk Sang Lord? Bernegosiasi? Ah, atau merayunya? Tapi sepertinya itu hal yang sulit. Lord Nox yang sangat dingin dan tak punya hati itu sangat susah diajak bicara. Bagaimana ini? Aku harus bagaimana lagi? Aku sudah kehilangan akal.
"Yang Mu-lia, saya... saya ingin mengatakan sesuatu pada Anda!"
Lagi-lagi aku terjebak dalam hukuman mati ini, tapi setidaknya aku berusaha buka mulut walaupun ucapanku itu terbata-bata. Sialnya, pria itu tidak menggubrisku. Saat pedangnya berniat menebas leherku, aku langsung memejamkan mataku, "Saya mencintai Anda, Yang Mulia. Sudah lama saya menyukai Anda!"
Oh, hal gila apa yang kuucapkan barusan?
Anehnya ketika aku kembali membuka mata, aku masih berada di tempat yang sama! Pria yang berdiri di hadapanku itu tiba-tiba mengangkat daguku dengan benda tajam yang digenggamnya.
"Apa yang barusan kau katakan?" Matanya seperti sebuah anak panah yang sedang membidikku.
Ini benar-benar di luar dugaanku. Akhirnya pria itu mengucapkan kalimat yang berbeda setelah berkali-kali membunuhku. Maafkan aku harus berbohong. Walaupun harus menjadi wanita jahat sekalipun, aku akan melakukannya agar bisa hidup dengan tenang!
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.