Warning! 🔞
Jeneva Zowala ikut dihukum mati karena kejahatan yang dilakukan ayahnya pada Kerajaan Albatraz. Sungguh kejam. Tidak cukup sekali, seperti sebuah kutukan, sudah lima kali dirinya terbangun kembali dan mendapati kematian yang sama!
"Saya...
Aku menatap nanar pria yang sedang melihat kepergian Alfred saat itu. Anehnya, aku tidak setakut dulu saat menghadapinya, tapi jantungku berdegup kencang hanya dengan melihatnya saja. Aku meremas jubah yang membalut tubuhku, berusaha menenangkan suara jantungku yang hampir terdengar olehnya.
"Apa hubunganmu dengan Sir Winterson?"
Nox pasti melihat Alfred memelukku. Apa yang harus kukatakan padanya? Dia marah? Dia seperti sedang diinterogasi seorang kekasih. Tidak, aku tidak boleh mengatakan kalau dia adalah mantanku.
"Itu... Sir Winterson pernah beberapa kali ke Morrac untuk sebuah penelitian."
"Aku tidak suka melihatmu berkeliaran di sini. Kupastikan besok kau tidak akan bisa keluar dari kamarmu lagi."
Aku bisa melihat kemarahan pada sorot matanya. Terakhir kali aku melihatnya begini, dia mengirimku ke kamarku dengan magisnya. Aku langsung meraih tangannya tanpa berpikir dia akan melukaiku.
"Maafkan saya, Yang Mulia. Saya tidak sengaja bertemu dengannya, sebenarnya saya ke sini ingin menemui Anda. Saya benar-benar tidak bisa tidur jika tidak melihat..."
Aku terdengar seperti seseorang yang begitu menginginkannya. Astaga, apa yang kulakukan? Aku bahkan menaruh tangannya ke pipiku. Entahlah, aku rasa aku sedang mabuk sekarang.
Dia langsung mencengkeram wajahku dengan tangannya tadi. Dia seperti mencekikku. Aku tersenyum seraya mengelus wajahnya perlahan, "Yang Mulia, kumohon..." kataku lagi.
Dia mengendorkan cengkeramannya padaku. Bola matanya tampak lebih besar dari sebelumnya dan berwarna merah. Entah kenapa tiba-tiba pandanganku menjadi gelap dan aku merasakan tubuhku tumbang dalam sekejap. Apa dia memindahkanku lagi?
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Kenapa dia dipindahkan ke sini?" Samar-samar aku mendengar suara Pangeran Gill. Dia seperti sedang berteriak.
"Yang Mulia melarang Tuan Putri keluar dari ruangannya lagi."
"Dimana kakakku? Aku harus bicara dengannya!"
"Yang Mulia sedang menghadiri beberapa pertemuan. Mungkin hari ini Beliau sangat sibuk."
"Apa kau bilang? Dia harus tahu kalau perempuan itu dalam bahaya. Beritahukan padanya kalau dia terkena magis!"
Aku langsung membuka mataku lebar-lebar. Astaga, aku baru sadar ini bukan kamarku biasanya. Dimana ini? Tempat tidurnya lebih besar dan klasik, tapi kamar ini cenderung lebih gelap. Apa ini di bawah tanah?
"Gill? Apa kau di sana? Catia??" Aku memanggil- manggil Gill dan nama pelayan yang selalu menemaniku itu, tapi tidak ada jawaban. Padahal aku baru saja mendengar Gill berteriak di sekitar sini.