"Hei, tunggu." Pria itu menepuk lengan Adhisty dari belakang. Menepuk, bukan menahan. Dipikir tangan Adhisty berdebu mungkin.
Tentu saja Adhisty mengabaikan tepukan itu. Ia tak menengok, malah mempercepat langkahnya.
"Hei," dengan sigap pria itu mencegat Adhisty. Perempuan itu pun mundur sambil memalingkan muka.
"Kamu kok pergi gitu aja? Pertanyaan saya belum dijawab," tanya sang pria dengan wajah datar.
"Emang kamu mau dijawab apa?" sindir Adhisty.
"Bersedia," pria itu malah serius menjawab. Adhisty memelotot.
"Nggak. Saya nggak bersedia menikah dengan kamu."
"Kenapa?"
"Kenapa? Kamu kerasukan apa gimana ya? We're not that close! Lagian, bukan gitu caranya melamar perempuan!" Rasanya Adhisty ingin memberi kursus singkat tentang kebudayaan dan common sense kepada pria di hadapannya itu.
"Saya lamar kamu di depan Papi kamu, beliau sudah setuju, secara teknis kamu sudah siap saya nikahi loh."
"Ayolah Taru, where is your manner? kamu bahkan nggak menyiapkan cincin pertunangan kan?!" debat Adhisty.
"Siapin kok," Taru merogoh kantung jasnya, lalu melemparkan kotak perhiasan berukuran kecil kepada Adhisty, "Tuh."
Adhisty merasa geram bukan kepalang. Perempuan yang mampu membuat para pria lain bertekuk lutut dilamar tanpa adanya tekukan lutut peminangnya. Harga diri Adhisty pun terusik.
Dia adalah penakluk laki-laki, baik yang keluaran lokal maupun internasional. Pria di hadapannya begitu lancang memperlakukannya seolah tak berharga.
"Masa' semudah itu sih bagi kamu buat menikah?!" Adhisty melempar kembali kotak itu pada Taru tanpa melihat isinya.
"Why not? Kamu berasal dari keluarga baik-baik, pernikahan ini mempererat kerjasama perusahaan kita-"
"Tapi saya nggak cinta sama kamu!" potong Adhisty saking malasnya mendengar pria itu bicara.
"Kamu bisa kok menikah sama yang nggak kamu cintai," Taru menaikkan bahunya, "asal kaya seperti saya."
"Menurut kamu saya matre?!" Adhisty bertolak pinggang. Entah dimana dan bagaimana Taru belajar merayu perempuan sampai rayuannya kerap terdengar seperti hinaan. Bersahabat dengan Arun si mantan buaya ternyata tak lantas membuat pria itu mahir.
"Logis aja, ketidaknyamanan kamu menikah dengan saya bisa diredam dengan membeli apapun yang kamu suka. Gabungan materi yang kamu dan saya miliki pasti cukup untuk itu," Taru bicara seolah-olah ia sedang pitching tender.
"Kamu sendiri? Bagaimana perasaan kamu ke saya sampai dengan mudah melamar seperti tadi?" tanya Adhisty. Ia yakin seratus persen bahwa pria itu tidak mencintainya.
Taru diam, menatap Adhisty dalam. Tatapan itu selalu mampu membuat perut Adhisty merasa geli dan gugup dalam waktu bersamaan. Ada sesuatu dalam tatapan pria itu, menarik tapi juga kelam.
"Saya merasa cocok aja," jawab Taru. Wajah Adhisty menghangat.
"...Cocok gimana?" tanya perempuan itu dengan nada lunak.
"Udah umur. Saya bulan depan sudah 40 tahun, kamu berapa sih? 36? 37?" ujar Taru datar. Perempuan yang tadinya sudah bersikap baik di hadapannya itu pun kembali mengeluarkan tanduk dan siap berperang.
"TIGA PULUH EMPAT! UMUR SAYA MASIH 34 TAHUN!" seru Adhisty tak rela.
"Ya sama lah konsepnya. Mau sampai kapan melajang? Utami aja umurnya baru 32, udah dua kali nikah tuh," Taru menunjuk sekilas ke arah dalam ruangan acara.
Seperti ada aliran yang meletus di kepala Adhisty, meruak tak terkontrol saat itu juga. Adhisty tak pernah merasa semarah itu kepada seseorang seumur hidupnya. Ia pun memukul-pukul pria di hadapannya dan segera pergi dari pesta itu.
"Saya nggak mungkin mau nikah sama kamu karena saya benci banget sama kamu tahu nggak?!" Seru Adhisty. Dengan itu resmilah status manusia bernama Taru Bagus Darmawan sebagai orang yang paling ia benci sejagad raya.
Tanpa menunggu lebih lama lagi, Adhisty kembali pergi dari sana. Kali ini tak peduli sama sekali dengan pria yang ujug-ujug mengajaknya menikah itu. Ia masuk ke mobil, membanting pintu mobilnya dan menyalakan mesin. Sejenak matanya menerawang mengingat kembali apa yang baru saja terjadi.
"Dasar alien!" teriak Adhisty sambil memukul setir mobilnya.
(((Bersambung)))
***
Cilukba.
Eaaa...
Yang minta-mintain spin off FTL, mana suaranya??? Nggak usah kalian suru juga dah kubikin weeee...
Saking cintanya aku sama Mas Taru. Mari fans Mas Taru, ngumpul lagi di sini 🤣
Sebenarnya dalam jadwalku (yang kalian tidak ketahui), cerita lengkapnya akan aku publish bertahap sekitar akhir Mei. Tapi kubocorin bagian awalnya biar semangat.
Semangat ngapain?
Bantuin aku promosiin Free-Trial Love dong. Hehehee...
Promosiin bisa dalam bentuk apapun, nge-tag teman ke cerita itu, posting di sosial media kamu, literally apapun.
Kalau Free-Trial Love bisa mendapatkan 10k votes dalam waktu lebih cepat, aku akan mulai menulis cerita Taru-Adhisty ini meskipun masih bulan April. Kalau nggak nyampe gimana? Ya nggak gimana-gimana, tetep ku post akhir Mei nanti 🤣
Semoga penawaran ini dapat menarik kalian ya. Kalau nggak juga nggak apa-apa sih, namanya juga usaha, ya nggak?
Sampai akhir Mei, aku tidak update cerita baru dulu ya (again, kecuali jika Free-Trial Love dapat 10K vote).
So until then, sampai jumpa lagi dengan Taru-Dhisty!
KAMU SEDANG MEMBACA
Unlovable Husband [DIHAPUS SEBAGIAN]
RomanceHidup Adhisty harusnya sempurna, dengan kesuksesan karirnya dan kenyataan bahwa Ayahnya termasuk ke dalam lima besar orang terkaya se-Indonesia. Tapi setelah menginjak usia 34 tahun, seorang pria datang ke dalam hidupnya dan mengacak-acak kebahagiaa...