"Jadi...?" tanya Arun.
"Ibu minta mantu. Gara-gara lo nikah sih!"
"Dih, gue!"
"Kenapa kalian nggak pacaran dulu aja sih yang lama?"
"Dosa, Pak," jawab Utami sambil berjalan menuju Arun dan Taru. Ia bosan sendirian dalam ruang sebelah yang begitu besar. Lagipula, televisi berada di ruangan tempat Taru dan Arun bicara saat ini. Daripada Utami mati gaya, lebih baik dia mencoba ikut dalam percakapan itu saja. Toh Taru sudah ia anggap sebagai kakak ipar karena hubungannya yang begitu dekat dengan Arun.
"Masih panggil Pak aja, Tam. Mas aja," kata Arun.
"Pak aja, biar ganteng," sambar Taru. Arun memasang wajah geregetan dan bingungnya sementara Utami tertawa terbahak-bahak. Arun selalu bercerita betapa absurd dan jahilnya Taru, tapi setelah mengenal lebih dekat, pria ini memang makhluk anomali. Ketakutan Utami sampai luruh seutuhnya setelah mengetahui karakter asli Taru.
"Bukannya Ibu selalu minta mantu?" tanya Arun.
"Ibu tuh... ibunya Pak Taru?" potong Utami. Ia tertarik mendengar cerita tentang anggota keluarga Taru.
"Iya, Tam. Beliau hadir kok di pernikahan kita. Keren deh, Single fighter dari sejak Mas Taru usia setahun. Orangnya lembut dan baik banget, dulu beliau suka ngurusin aku juga," jelas Arun.
"Nanti gue kenalin kalau ada kesempatan, Tam," kata Taru demi mempersingkat penjelasan Arun, "Ibu makin gencar mintanya sekarang. Pakai bawa-bawa mati, lo kan tahu gue paling panik kalau Ibu udah bawa-bawa umurnya. Gue nggak mau tahu, lo berdua harus bantuin gue ngelamar calon yang ibu mau," kata Taru.
"Mbak Dhisty bilang apa emang waktu Bapak ngelamar?" Baru saja Arun mau bertanya siapa nama calon itu, Utami sudah keburu mempertanyakan hal ini.
"Emangnya sama Dhisty??" sela Arun dengan wajah bingung.
"Kok tahu gue ngelamar Dhisty?" Taru menatap Utami penasaran.
"Beneran Dhisty?!" Arun pun langsung heboh sendiri.
"Kan Bapak ngedeketin dia enam bulan ini," jawab Utami santai.
"Emang beneran deket?!" suara Arun meninggi.
"Kok tahu gue deketin dia?" tanya Taru lagi.
"Wah gila ini!" Arun menggelengkan kepalanya yang mendadak pusing setelah menerima info super hot jeletot itu.
"Dari Olive," jawab Utami
"Kenapa gue nggak tahu apa-apa gini sih?!" protes Arun.
"Run, berisik! Nggak guna, ah, udah nih makan aja," Taru mencomot kue kering dari toplesnya dan menyumpal mulut Arun dengan itu. Utami tertawa melihat ulah Taru pada Arun itu. Ia pun mengusap-usap kepala suaminya agar tidak terlalu kecewa karena tahu info ini belakangan.
Olive memang serba tahu, tapi sebenarnya sikap Taru tiap bertemu Adhisty memang sangat mencolok. Bahkan Utami juga sempat menaruh sedikit curiga, tapi ia tak dapat menelusuri informasi tentang kecurigaannya lebih lanjut karena kepalanya sudah dipenuhi urusan resepsi.
Akhir-akhir ini, Taru selalu menjadi topik hangat dalam grup percakapan antara Utami, Olive, dan Natasya. Olive-lah yang menjadi sumber informasi tentang perkembangan Taru dan Adhisty. Kabar terakhir mengatakan bahwa Adhisty menghindari Taru habis-habisan. Kini Utami tahu alasannya.
"Jadi? Mbak Adhisty bilang apa ke Bapak waktu Bapak melamar?" Utami pun mengulang pertanyaannya.
"Adhisty bilang gue nggak punya manner," jawab Taru, membuat Arun dan Utami saling pandang.
![](https://img.wattpad.com/cover/219131858-288-k878495.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Unlovable Husband [DIHAPUS SEBAGIAN]
RomanceHidup Adhisty harusnya sempurna, dengan kesuksesan karirnya dan kenyataan bahwa Ayahnya termasuk ke dalam lima besar orang terkaya se-Indonesia. Tapi setelah menginjak usia 34 tahun, seorang pria datang ke dalam hidupnya dan mengacak-acak kebahagiaa...