Chapter 4

76 6 0
                                    

"Ada apa?"


Itu adikmu.


Mengeratkan pelukannya pada boneka alien miliknya, dia kemudian berjalan ke arahmu setelah menutup rapat pintu kamarmu.


"Aku mau tidul disini", dia bergumam grogi selagi dia masuk ke dalam selimutmu.


Walaupun saat itu sangat gelap, tapi kau masih bisa melihat matanya yang berkilauan.


Kau bergeser sedikit ke sebelah sehingga dia bisa dapat cukup tempat, membuat senyuman lebar terpapar di wajahnya, senang karena kamu setuju.


Satu tangan memeluk bonekanya, dan yang satunya memelukmu, dia menutup matanya "Selamat malam, Noona".


Kau juga menutup matamu, "Malam, Hyun".


3 hari kemudian


Hari Sabtu pagi, pelayan di dalam istana sibuk kesana kemari, melaksanakan tugas mereka.Tukang taman di Taman Kerajaan, Koki kerajaan sibuk membuat sarapan untuk Keluarga Kerajaan dan seterusnya.


Tapi, dimana Raja dan Ratu saat ini?


Yah, kalau kau mau tahu.



Tangisan yang keras bergema di koridor istana, datangnya dari kamar sang Pangeran.


"Aku mau Noona disini, SEKARANG!"



Mainan yang disusun rapi di atas rak sekarang berserakan di karpet putih, tidak lagi dalam bentuk utuh, benar-benar hancur tersebar di seluruh lantai.


Bocah 5 tahun itu tampaknya menghancurkannya karena amarah, hal yang biasanya dia lakukan kalau tidak diberi apa yang diinginkannya.


"A-Aku mau N-Noona!" dia tergagap ditengah tangisnya.


"My baby" kata Ratu dengan cemas, selagi dia mengangkat bocah yang menangis di sudut kamarnya.Raja mengisyaratkan para pelayan untuk keluar, yang mana mereka langsung menurut.


Ratu dengan Pangeran Jungkook ditangannya kemudian duduk di kasurnya, menepis mainan-mainan yang rusak selagi dia menenangkan bocah yang menangis itu.


Bocah itu bahkan mampu membalikkan sebuah sofa yang dua kali lebih besar darinya.


Raja mendesah selagi duduk bersama dengan istrinya, perlahan membelai punggung anak yang menangis itu. "Kookie-ah, kamu kenapa mengangis?"


Bertumbuh, selama 5 tahun hidupnya, Pangeran tidak pernah diberi 'Hukuman'.


Dia selalu mendapatkan semua yang diinginkannya, membuat dia jadi boros, dalam kata lain, Manja.Yang mana, tidak sehat bagi anak laki-laki itu, juga bagi Ratu dan Raja sendiri.


Pangeran perlahan menengadah, menatap ayahnya, dengan air mata yang masih mengalir dipipinya. Kening Raja mengerut khawatir melihat anaknya dalam keadaan seperti ini, "Kenapa Kook-ah?"


Masih terisak, dia mengucek matanya hanya untuk mendapat lebih banya air mata keluar, "A-Aku m-mau", tangisannya membuat dia kesulitan mengeluarkan suara, "N-Noona".


Raja tidak ada di Busan beberapa minggu terakhir, karena beberapa pertemuan kerajaan dengan beberapa bangsawan lainnya yang harus dihadirinya di Seoul. Makanya, dia tidak tahu siapa 'Noona' yang dimaksudkan pangeran.


Sebuah bolam lampu menyala di kepalanya, berpikir dia tahu siapa yang dibicarakan Jungkook. "Tenang kook-ah, Papi akan menyuruh orang untuk menjemput Noona okey? Sekarang berhenti menangis." Raja memberikannya senyuman meyakinkan.


Jungkook menganggukan kepalanya, namun itu tidak menghentikan air yang mengalir dipipinya.


Raja mencium dahi anaknya, sebelum keluar dari kamar itu dan memerintahkan seorang pengawal, "Hubungi Raja Park, bilang ini mendesak". Pengawal itu membungkuk sebelum melaksanakannya.


Raja Park dan Jeon adalah sahabat dari kecil, dan sampai sekarang. Sama seperti Keluarga Jeon, mereka juga orang-orang yang baik hati.


Keluarga Park memerintah di kota Changwon, namun masih punya waktu untuk mengunjungi Busan, kalau bukan karena kegiatan kerajaan, maka kunjungannya untuk beberapa urusan pribadi lainnya.


Beginilah Jungkook bisa mengenal Putri dan para Pangeran Changwon.


Telepon langsung dijawab setelah nada dering ketiga, "Yang mulia", Pengawal itu memulai percakapan.


"Ada apa?"


"Selamat Pagi Yang Mulia. Raja Jeon punya hal mendesak untuk dibicarakan dengan anda".


Kekehan kecil terdengar di seberang sana oleh Raja Park sendiri,"Apa dia masih belum tahu bagaimana menggunakan teleponnya sendiri?" Dia tertawa, terkagum karena temannya memerintahkan orang lain untuk menghubunginya, daripada menggunakan telepon miliknya sendiri. "Baiklah, aku akan menghubunginya".


Yup, dia juga adalah Raja baik dan periang.


Segera setelah Raja Jeon menjawab panggilan, tawa yang nyaring menggelegar di telingnya, membuat dia menyipitkan matanya sebelum menjauhkan perangkat persegi panjang itu "Bisa kecilkan suaramu?!", Raja mendesis, ragu-ragu mendekatkan kembali telepon itu ke telinganya.


"Haha, nggak", dia tertawa, "Oh ya, kau merindukanku pria tua?", suara diseberang sana mengejek, membuat Raja Jeon memutar matanya.


"Nggak"


"Jadi hal apa yang mendesak, selain merindukan sobat tuamu yang baik ini?"


Raja mendesah, mendengar tangisan lainnya lagi yang bergema di sepanjang lorong. Sepertinya Raja Park juga mendengarnya dengan baik, "Wah, Apa kook-ah bersamamu sekarang? Anak-anak disini memohon padaku supaya mereka bisa bermain dengannya, terutama Sana".


Sana, Anak Ketiga Keluarga Kerajaan Park.


"Bagus!" Raja Jeon hampir langsung meledak kegirangan, "Bawa mereka kesini hari ini, Kook juga rindu sama Noona dan para Hyungnya". Tanpa menunggu jawaban, dia langsung memutuskan teleponnya. Desahan lega keluar dari mulutnya, mengetahui anaknya akan tenang saat mereka sampai disini.

Noona, I hate you! •Jeon Jungkook Royal AU • [Terjemahan Indonesia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang