Chapter 12

49 6 0
                                    

Sudah beberapa menit sejak Kookie masuk ke kamar. Akhirnya setelah mengomeli dirimu sendiri, kamu menarik napas dalam.


Sejujurnya sekarang kamu sudah bolak balik di depan pintu, masih mencerna omelan kasarmu.


Perlahan, kamu membuka pintu kamar. Kamu sudah pastikan Jihyun cukup sibuk dengan 1 jam film scooby doo dilantai bawah.


Itu dia disana. Dikasur dengan posisi membelakangimu dan selimut menutup seluruh tubuhnya.


Kamu bisa mendengar isakkannya, dan itu, membuat perasaan bersalahmu sebelumnya menyerangmu kembali.


"Kookie." Kamu memanggilnya. Dan itu lebih terdengar seperti memohon. Berharap bocah itu mau membalikkan badannya dengan senyuman kelincinya yang tidak pernah gagal menghiburmu sewaktu kamu sedih dan lelah.


Tapi tidak.


Seperti kata-kata : Kamu tidak akan pernah menghargai sesuatu sampai sesuatu itu hilang, sayangnya adalah kalimat yang benar. Dan kamu sekarang sedang berada di dalam situasi yang sesuai dengan kata-kata itu.


Dia merasakan bagian samping tempat tidur menurun, menandakan kalau kamu duduk disitu. Dia mencoba mengelabuimu dengan membuatmu mengira kalau dia sedang tidur, tapi isakan dan airmatanya tidak mau bekerjasama dengannya sama sekali.


Dia pikir kamu senang dengan kehadirannya sama seperti dia senang dengan keberadaanmu.


Kalau saja kamu tahu, dia selalu melihat jam, memperhatikan setiap detiknya pada saat tertentu, menunggu waktu tersebut mencapai waktu dimana kamu akan membuka pintu dan langsung melempar tasmu.


Dia selalu mencoba menyibukkan dirinya, misalnya seperti mandi, menyikat gigi, atau bahkan mewarnai. Dengan begitu kamu tidak akan mengira kalau dia pernah menunggumu.


Oh betapa dia sangat menantikan tawa malaikatmu, meskipun jujur, sebenarnya itu terdengar seperti ayam bangkok yang sedang dipotong saat itu juga. Tapi kadang tawamu bisa juga keluar dari mulutmu seperti suara malaikat, jadi itu juga termasuk.


Apa kamu juga pernah lihat kalau dia selalu menangis setiap malam kapanpun dia melihat orang itu yang kau sebut 'sahabatmu', Jin mengantarmu pulang kerumah? Bagaimana kamu tersenyum padanya, sesekali main-main memukulnya. Kamu tahu seberapa besar dia ingin bertukar tempat dengan Jin kapanpun dia ada disekitarmu? Dia mau kamu hanya nyaman dengan dirinya saja dan tidak ada lagi yang lain.


Kenapa kau begini padaku Noona?


Kamu mengeluarkan desahan putus asa pelan, menatap pada satu yang menolak untuk bahkan menatapmu.


"Noona minta maaf, Kookie." Kamu diam sebentar. "Aku benar-benar minta maaf."


Dan kamu memang benar-benar merasa begitu. Dia selalu ada untukmu. Dan kamu dengan bodohnya mengluarkan kata-kata seperti itu.


Kamu menatap kosong, dalam hati memarahi dirimu sendiri sekali lagi, untuk bahkan tidak memperhatikan kalau dia sedang membalikan badannya untuk menghadapmu, boneka kelinci empuknya yang kamu beli beberapa tahun yang lalu, di pelukannya.


"N-Noona?"


Kamu tidak pernah merasa sesenang ini sebelum mendengar kata itu keluar dari mulutnya.


Segera, kamu membalikan kepalamu menghadap ke arahnya. Jangtungmu bergelonjak, melihat mata merah bengkaknya, pipinya masih basah dengan air mata yang masih mengalir. Dan itu selalu menyakitimu melihatnya seperti ini, tapi ini 10x lebih menyakitkan mengetahui dia menangis karena kamu.


"Kookie~ah, Noona sangat sangat minta maaf." Kamu berbisik lembut, air mata mengalir dari sudut matamu, selagi kamu dengan lembut mengesampingkan poninya yang menutup matanya.


Sepertinya dia melihat air matamu. Tanpa berkata apa-apa, air mata mengalir dari matanya, selagi dia terus menatapmu dengan tatapan matanya yang prihatin namun terluka.


Kalian berdua tidak mengatakan apa-apa, kalian berdua mempersilahkan mata kalian yang berbicara. Tentang seberapa besar kamu menyesal, dan bahwa dia sangat berarti untukmu bahkan tidak pernah sekalipun keberadaannya itu mengganggumu, faktanya, semua itu adalah yang terbaik. Dari tangisnya sampai tawanya, kamu menghargai setiap momen.


Matanya sekarang melembut, berubah pada emosi yang sangat familiar yang selalu kamu lihat tak pernah hilang dari mata coklat gelap berkilaunya.



"Aku mencintaimu Noona."


Kamu tersenyum.

Noona, I hate you! •Jeon Jungkook Royal AU • [Terjemahan Indonesia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang