Chapter 8

55 5 0
                                    

Sementara kamu berjalan ke kelas, salah satu sahabatmu muncul tiba-tiba, menepuk pundakmu dari belakang.


Kamu kaget setengah mati, jantung berdegup kencang, napasmu tertahan, dan kamu berbalik hanya untuk melihat dia sedang tertawa terbahak-bahak, "Kau seharusnya liat mukamu tadi!" dia mundur sambil memukul-mukul lututnya, masih tertawa dengan keras.


Kamu mencengkeram dadamu mencoba untuk menenangkan jantung 11 tahunmu yang malang dari kejutan yang tiba-tiba itu.


Selesai melakukannya, kau menarik kembali tanganmu, kemudian menunjukan didepan wajahnya, jari telunjuk dan jempolmu yang di dekatkan, yang mengisyaratkan seberapa dekat, "Tinggal segini aja bisa bisa ku angkat meja guru itu trus kulempar ke mukamu." kau mengecamnya, sebelum kamu berbalik berjalan ke mejamu.


Sahabatmu tertawa lagi sebelum duduk disebelahmu. Dia terkekeh, "Kamu nggak seharusnya bicara begitu sama Jin oppamu." Dia menahan tawa, "Tanganmu itu terlalu kecil buat ngangkat barang seberat itu!" Dia tersenyum mengejek, jarinya menunjuk ke arah meja guru di depan.


Kamu menusuk pipi bagian dalammu dengan lidahmu, tidak tahu harus membalas apa.


"Kamu bukan oppaku." Kau bergumam pelan dibawah helaan napasmu.


Tapi dia masih bisa mendengar perkataanmu, dan sekarang menatapmu dengan ekspresi syok, "Oi-", sebelum dia menceramahimu tentang seberapa banyak bulan dia lebih tua darimu, dan lain-lain, Ibu Guru masuk untuk memulai pelajaran.


-


Ibu Guru sudah setengah jalan mengajar, ketika kegaduhan terdengar dari lorong sekolah.


Suara langkah kaki yang tergesa-gesa menggema dibalik pintu yang memisahkan kalian dari lorong sekolah.


"Diam saja di tempat dudukmu." perintah ibu guru sebelum dia berjalan ke arah pintu untuk melihat apa yang sedang terjadi diluar.


Segera setelah dia membuka pintu, sesuatu yang sangat sangat familiar, sosok kecil memasuki ruangan. Air mata berlinang di matanya , cairan bening segar mengalir dipipinya yang merah.


"Omo!" Ibu guru terkejut. Begitu juga denganmu dan murid-murid yang lainnya didalam kelas.


Pangeran baru saja menerobos di tengah-tengah pelajaran, dan tidak lupa, dia sedang menangis. Siapa yang tidak kaget?


Yah, mereka yang sudah berpengalaman dengan hal seperti itu tidak akan terkejut sedikitpun..mungkin."N-Noona!"


Dan itulah alasan dari ekspresi syokmu. Pangeran itu tampaknya menyeret dirinya dan beberapa pria berjas hitam berkacamatanya, ke dalam kelasmu, karena kamu.


Kumohon jangan.


Melihat kamu yang hanya membeku ditempat, bocah itu meratap, sebelum berjongkok di lantai, mengangis lebih kuat.


Ibu guru panik. Sebenarnya, semua orang di kelas panik.


Seorang anggota keluarga kerajaan sekarang sedang menangis di sebuah sekolah. Sekolah ini tepatnya!


Salah satu pengawal, menghampiri Ibu guru yang sedang panik itu, membisikan sesuatu padanya.


Bahunya yang menegang akhirnya tenang sedikit, lalu pengawal itu mundur kebelakang.


Dia menatap Pangeran beberapa detik sebelum mengarahkan pandangannya ke arahmu masih dengan mata lebar.


"y/n, kamu bisa pulang lebih awal hari ini."


Kamu membalikan pandanganmu kearahnya, tidak benar-benar mengerti apa yang baru saja dikatakannya, karena pikiranmu masih dipenuhi dengan fakta bahwa pangeran itu masih mengamuk, tidak benar-benar peduli kalau dia sedang mempermalukan nama keluarganya atau lebih tepatnya, dirinya sendiri.


Pengawal yang sama menuju ke mejamu, mengambil tasmu dan memasukkan barang-barangmu kedalamnya sebelum mendukungnya dipunggungnya tanpa mengucapkan apapun. Dia mengisyaratkanmu untuk berdiri dan mengikutinya.


Masih linglung, kau mendapati kakimu berdiri dengan sendirinya, dan sekarang sedang berjalan menuju pintu dimana bocah itu masih menangis.


Saat kau mengarahkan pandanganmu ke arah pangeran, pandanganmu melembut. Kamu berjongkok dan mengangkat dagunya perlahan untuk menatap matanya. "Ayo pulang Kookie."


-


Ibumu mendengar apa yang terjadi. Dia tidak setuju dengan kamu yang melewatkan pelajaran. Tapi dia akhirnya mengesampingkan hal itu. Tidak lupa membuatmu berjanji bahwa ini adalah terakhir kalinya kamu melewatkan pelajaran, dan kamu setuju.

Noona, I hate you! •Jeon Jungkook Royal AU • [Terjemahan Indonesia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang