Tepat jam 7 pagi, Jungkook dijemput oleh kelapa pelayannya dari rumahmu ke tempatnya.
Untuk seorang berusia 10 tahun, dia juga sungguh punya kelas belajar, tapi apa yang kamu ekspektasikan dari Pangeran sendiri? Walaupun dia lebih banyak menghabiskan waktunya berada dirumahmu, bukan berarti para pelatih kerajaan tidak akan datang ke rumahmu sekali-sekali untuk mengajarnya tentang etika yang baik sebagai seorang Pangeran.
Dengan tanpa emosi terlihat diwajahnya, dia berjalan di lorong besar istana, kedua tangannya dimasukkan di saku celananya, para pelayan membungkuk saat mereka melewatinya.
Begitu dia sampai di depan pintu kamar orangtuanya yang dihiasi dengan megah, dia mengisyaratkan pengawal untuk membukakan pintu itu untuknya.
"Kookie~ah!" Sorak Ratu, melihat anaknya memasuki kamar mereka. Dia melompat dari duduknya dengan semangat, melanda anak itu, yang sekarang sedang tersenyum kecil, ke dalam pelukan erat.
Pada dasarnya, dia tidak melihat anaknya untuk waktu yang lama, jadi itu normal bagi seorang ibu untuk merindukan anaknya. Apalagi jika dia adalah anak satu-satunya, yang juga menolak untuk tinggal dirumah karena anak Sahabatnya.
"Eomma." Dia memulai, membalas pelukan ibunya, kemudian menuntun ibunya ke kasur King Size yang berada di tengah-tengah kamar itu. Dia menepuk tempat disampingnya, mengisyaratkan agar ibunya duduk disitu. "Ada apa Kookie?" Dia bertanya, duduk disamping anaknya, senyuman elegannya masih terbentuk di bibir pinknya.
"Apa Noona boleh gabung dengan kita hari ini?"
Nada bicaranya secara mengejutkan keluar dengan santai. Tidak ada tanda-tanda gugup pada suara usia 10 tahunnya. Namun faktanya kalau itu terdengar lebih seperti tuntutan mengejutkan Ratu sendiri.
Ekspresi terkejutnya perlahan menghilang, berubah menjadi senyuman keibuan, seperti sedang mencoba untuk mengatakan pada anaknya kalau beberapa hal tidak bisa terjadi sesuai dengan apa yang diinginkannya.
Jungkook mengerti.
Wajah masa bodohnya, berubah menjadi tatapan berbahaya. Tanpa mengatakan apa-apa, dia langsung berdiri dan keluar dari kamar itu, bahkan tidak membiarkan pengawal menutup pintu untuknya, karena dia sendiri yang memutup pintunya dengan keras, kemudian menghentakan kakinya kearah kamarnya sendiri.
Dia menyengir. Tidak percaya kata-katanya baru saja ditolak.
Dia tahu dia tidak dapat menggunakan tangisannya seperti biasa, tidak didepan mereka. Dia tahu dia hanya akan mempermalukan dirinya sendiri jika dia mulai menangis diusia 10 tahunnya sekarang didepan semua orang.
Jadi daripada itu.
Dia perlahan mengarah ke arah koleksi mainan-mainan mahalnya yang berjejer rapi di atas rak.
Jari-jarinya dengan lembut menyapu kayu cokelat gelap yang dipoles dengan baik.Dia tahu pada fakta bahwa, dengan melakukan ini, pastinya akan membuat ibunya membawamu kesini.
Menggunakan seluruh kekuatannya, bersama dengan amarah yang dia rasakan saat di kamar ibunya, dia menarik rak itu kebawah. Suara jatuh yang keras diikuti dengan suara retakan, hamburan dan pecahan mainan tentunya terdengar di sepanjang lorong istana.
Dia berhenti menangis yang kekanak-kanakan sudah sejak lama. Namun kebiasaanya untuk melepaskan amarah dan stressnya, ketika tidak deberikan apa yang dia inginkan, pada benda-benda material tidak pernah benar-benar hilang.
Toh itu juga salahmu.
Seolah-olah sesuai petunjuk, Ratu memasuki ruangann dengan beberapa pengawal dan pelayan. Dengan ekspresi khawatir terlihat diwajahnya selagi dia bergegas ke arah anaknya, membawanya ke dalam pelukan, seolah-olah dia hampir kehilangannya.
"Apa kau baik-baik saja Kookie?" Dia dengan khawatir mendesah. Dia tahu kenapa anaknya seperti ini.
"E-Eomma." Dia tertahan. "A-Aku mau N-Noona."
Tentu saja.
Kapanpun sesuatu seperti ini terjadi. Itu semua karena kamu.
Jungkook mencium pipi ibunya, melihat ibunya menganggukkan kepalanya mengiyakan segera setelah ibunya melepaskan desahan menyerah.
Beginilah bagaimana harusnya terjadi.
Dengan senyuman terpapar diwajahnya, dia berlari keluar kamar, langsung ke arah gerbang depan, menunggu kedatanganmu.
-
"Aku minta maaf, tapi y/n baru saja pergi ke rumah temannya."
Ratu telah mengirim pengawal kerajaan untuk pergi menjemputmu dirumahmu, tapi seperti apa yang ibumu katakan, kamu ada di rumah temanmu.
"Baik bu." pengawal itu membungkuk. "Semoga harimu menyenangkan." Ibumu mendengung sebagai respon, memperhatikan pria dengan jas hitam itu kembali ke arah mobil hitam, dua jari menekan earpiece ditelinganya.
-
"Kau Curang!"
Kamu dan sahabatmu Jin terkapar di karpet putih yang super lembut di ruang tamunya. Kartu Uno di tangan sementara sisanya ada di meja kopi.
"Enggak." Jin tertawa pada wajah merajukmu. Ini adalah kemenangan ke-10nya. Secara berturut-turut! "Kamu yang payah mainnya." Dia tertawa.
Kamu memutar bola matamu dan berdiri. "Mau kemana kamu?"
"Aku haus." Jin mengangguk dan mengikutimu kedapur.
Setelah kamu mengambil sebotol air kamu juga melempar satu ke arahnya, kemudian meneguk airmu.
"Gimana rasanya punya Pangeran yang sepenuhnya terobsesi sama kamu?" Dia bertanya tiba-tiba. Klise sebagaimana itu terdengar, kamu tersedak dengan minumanmu.
"Y-yah!"
Dia memutar bola matanya, sebelum melebarkan matanya seolah-olah membuktikan satu poin. "Apalagi caranya dia menatapmu?" Dia tertawa, menepuk-nepuk lututnya. "Itu kayak kamu tuh satu-satunya orang yang ada di situ dan hal lainnya jadi nggak penting lagi" Dia menyegir.Kamu memutar bola matamu.
"Aku hanya Noonanya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Noona, I hate you! •Jeon Jungkook Royal AU • [Terjemahan Indonesia]
FanfictionTangisan yang keras bergema di koridor istana, datangnya dari kamar sang Pangeran. "Aku mau Noona disini SEKARANG!" Author : @LaikaTaehyung Translated by : @TanApril_ -Dukung author ceritanya dengan vote chapter-chapternya yah! di https://www.wattpa...