Cieee kangen yah sama aku😅
Happy Reading 🌸
Tet... Tet...
Bel pulang sekolah baru saja berbunyi. Menandakan pelajaran hari ini telah berakhir.
"Baiklah, Anak-anak. Ibu harap tugasnya minggu depan harus sudah selesai. Sekian pertemuan kita hari ini. Assalamu'alaikum." Ucap bu ina.
"Waalaikumsalam" Jawab mereka serentak.
Satu persatu mulai beranjak pulang. Menyisakan Ana yang tengah membereskan buku-bukunya dan salma yang tengah memainkan ponselnya.
"Hari ini Safira ngajak kita ke rumahnya, lo ikut, an?" Tanya salma dengan menaruh ponselnya.
Ana menatap salma sejenak lalu menggeleng.
"Maaf, salma. Ana harus kerja, uang simpanan ana tinggal dikit." Ucap ana dengan menyeletingkan tasnya.
Salma mengangguk paham, "Lo baru sembuh, an. Jangan terlalu maksain." Peringat salma yang dibalas dengan senyuman.
"Ana udah sembuh ko, ana kan strong. " Ucap ana dengan terkekeh.
Salma hanya menggelengkan kepalanya, "Jaga kesehatan, ana. Gue gak mau lo sakit lagi." Ana mengangguk.
Safira yang notabenenya beda kelas menyembul kepalanya.
"Hai ana, Hai salma?" Sapa safira dengan cengengesan.
Mereka membalas dengan anggukan. Ana dan salma berjalan menghampiri safira yang berada di ambang pintu.
"Gimana? Jadikan?" Tanya safira antusias.
Salma menatap ana dan safira bergantian, "Ana, gak bisa ikut, fir" Jawab salma.
Safira menghembuskan napasnya, "Yah... Kenapa?" Tanyanya.
"Maaf, fira. Ana kan harus kerja." Jawab ana yang dibalas anggukan.
***
Seorang gadis dengan rambut ikalnya tengah membawa nampan yang berisikan menu restoran favorit.
Senyumnya tak pernah pudar. Membuat para pengunjung menyukai sikap ramah seorang ana.Yah, gadis yang tengah bekerja sebagai waiters itu adalah Marsha Anastasya. Ia sepulang sekolah selalu bekerja demi bertahan hidup.
"Selamat menikmati hidangannya." Ucap ana dengan ramah yang dibalas dengan anggukan.
Ana mengangguk lalu membalikkan badannya hendak kembali ke dapur. Namun, langkahnya terhenti kala seseorang meneriakkan namanya.
"Ana?!" Sentak seorang pria paruh baya.
Tubuh ana seketika menegang dengan perasaan yang begitu takut. Ia perlahan menatap pria paruh baya dengan bergetar.
"P-papa... " Lirihnya.
Dengan napas yang memburu, Johan Leoni-Papa ana, melangkahkan kakinya begitu besar hingga tubuhnya sudah berada di hadapan ana.
PLAK
Semua pengunjung melihat kejadian tersebut. Dimana johan yang merupakan ayah kandung ana menampar pipi ana didepan umum.
Yang dirasakan ana bukanlah malu. Tetapi, rasa sakit hatinya kembali muncul.
"Ikut saya!" Johan menarik tangan ana dengan kasar.
Semua pengunjung menatap iba pada ana. Mereka ingin membantu, namun mereka tahu siapa johan. Dan resiko bila berurusan dengannya.
Johan menghempaskan tubuh ana hingga terjerembab. Ana menatap johan dengan pandangan sendu.
"A-apa yang papa lakukan?" Tanya ana dengan lirih.
KAMU SEDANG MEMBACA
SELAT GIBRALTAR
Novela JuvenilPRIVAT SECARA ACAK. FOLLOW SEBELUM MEMBACA⚠ Sifat pendiamnya yang menjadi bahan bullyan laki-laki dengan kekonyolan. Perjuangannya untuk membuat sahabat kecilnya kembali, tanpa berbicara. Misinya semenjak menginjakkan kaki di sebuah sekolah terelit...