8- Di pecat Salma khawatir

67 4 2
                                    

Happy Reading 🌸

Brak

Suara hempasan map biru menggema di dalam ruangan. Seorang pria paruh baya berkacak pinggang dengan aura kemarahannya.

"Kamu sudah membuat kacau, ana!" Sentak Pak Arjuna selaku manager di Restoran milik Johan.

Ana menundukkan kepalanya dengan meremas ujung roknya hingga kuku bukunya memutih.

"Kali ini saya kecewa sama kamu! Gara-gara kejadian kemarin Restoran ini menjadi turun! Semua pengunjung sudah tidak ada yang mau kesini lagi!" Ucap Pak Arjuna.

Ana mulai mendongakkan kepalanya. "Maafin ana, Pak Arjuna." Ucap ana.

Arjuna menghembuskan napasnya kasar. "Sudah. Saya sudah maafkan kamu. Tapi atas permintaan Pak Johan, kamu harus saya pecat. Silahkan keluar." Ucap Pak Arjuna yang sebenarnya tidak tega.

Ana menatap Pak Arjuna dengan memohon. "Pak, tolong jangan pecat ana. Ana gak tahu harus nyari kerja kemana lagi." Ucap ana dengan mengatupkan kedua tangannya di dada.

Pak Arjuna menggeleng, "Maaf, ana. Silahkan keluar!" Ucap Pak Arjuna dengan tegas.

Mau tak mau Ana harus keluar. "I-iya, pak. Kalau gitu ana minta maaf sudah membuat kekacauan. Assalamu'alaikum." Ucap ana lalu keluar dari ruangan Pak Arjuna.

Ana melangkahkan kakinya dengan lesu. Ia mulai membuka loker untuk membawa semua barang miliknya.

Sandra yang melihat ana begitu lesu pun mulai menghampiri.

Sandra mengusap bahu ana, "Sabar ya, ana. Pak Arjuna tadi bilang apa?" Tanya Sandra.

Ana menggeleng, "Ana di pecat." Jawabnya.

Sandra terkejut lalu memeluk ana dengan erat. "Gue tau apa yang lo rasain. Gue bantuin cari kerjaan ya, an?" Tawar Sandra.

Ana menggeleng lalu melepaskan pelukannya, "Sebelumnya makasih. Sandra. Kamu udah baik banget sama ana. Nanti ana cari kerjaan lagi sendiri. Sandra disini kerjanya yang bener yah." Ana kembali memeluk Sandra. Sandra membalas pelukan ana tak kalah eratnya.

"Gue anterin pulang, yah?"

Ana menggeleng, "Ana pulang sendiri aja. Makasih ya sandra." Ucap ana yang dibalas anggukan oleh Sandra.

~oOo~

Gelapnya malam dengan sedikit pencahayaan di jalan komplek yang sangat sepi. Hembusan angin malam menerpa kulit seorang gadis yang tengah memeluk dirinya sendiri, sembari berjalan.

Dari arah belakang. Seorang pria dengan balutan pakaian serba hitamnya serta masker penutup wajahnya. Berjalan mengikuti seorang gadis di depannya.

 Berjalan mengikuti seorang gadis di depannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
SELAT GIBRALTARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang