Kembali Pada Hal Yang Meresahakan

414 80 8
                                    

[ JØY ]
.
.
.
.

Sebuah kaki yang terus diketuk - ketukkan di tanah menjadi tanda bahwa sang pemilik sedang begitu gugup dengan apa yang akan Ia lakukan.

"Astaga yatuhan!"

Seulgi yang baru memasuki rumah melewati pintu penghubung garasi dengan ruang makan, dikejutkan oleh keberadaan gadis semampai dengan kepala tertunduk tengah bersandar pada tembok samping pintu.

"HEI! Harus sekali kau berdiri disitu?!"

Joy terus memangku dagu dengan tangan kanan tanpa ingin menanggapi keluhan dibarengi bentakan Seulgi barusan.

Seulgi menaikkan satu alis, memperhatikan tingkah aneh adik yang lebih tinggi darinya itu.

"Apa terjadi sesuatu?"

Seperti Seulgi biasanya. Selalu peduli namun dengan cara yang transparan sehingga orang lain tidak terlalu menyadarinya.

"Kak Seul."

"Hmm?"

Seulgi terus menantikan kata selanjutnya yang akan dikeluarkan Joy. Namun begitu Joy berucap, Seulgi reflek memutar matanya.

"Aku akan pergi dengan kak Suinn nanti!!"

"Lalu?"

"Huh?"

"Iya, lalu kenapa sikapmu jadi seperti ini?"

Joy terdiam. Menghentikan hentakan - hentakan kecil kakinya yang tadi Ia gunakan untuk sedikit melepas kegugupan.

Benar juga, kak Seulgi tidak tahu.

"Hanya saja aku sangat gugup."

Seulgi mendesah kasar.

"Kalian sudah hampir satu bulan bersama dan kau masih gugup pergi dengannya? Oh ayolah, jangan berlebihan."

Joy hanya mengerucutkan bibirnya menyaksikan Seulgi langsung berbalik meninggalkan Joy setelah menyelesaikan kalimatnya.

Melihat Seulgi memasuki kamarnya, Joy berangsur melangkah ke ruang keluarga lalu menjatuhkan dirinya disana dengan masih bertahan pada ekspresi hampa layaknya sedang berpikir.

"Jadi kalian belum mengakhirinya?"

"Kak Wen, berhentilah membaca pikiranku!"

Joy semakin kesal ketika mendengar suara Wendy dan juga suara langkah menuruni tangga. Walaupun tahu jika Joy tidak sedang melihatnya, Wendy tetap mengendikkan kedua bahunya, merasa tidak melakukan kesalahan.

"Kau juga berhenti."

"Aku tidak bisa membaca pikiran tahu!"

"Maksudku permainan itu. Hentikanlah."

Joy membeku, tidak ingin memberi jawaban.

Setelah pembicaraan hari itu, Joy dan Suinn memang melanjutkan segala permainan tersebut kemudian tidak ada satupun yang berani membahas taruhan mereka. Padahal mereka berdua pun sama - sama menyadari bahwa semakin jauh pertunjukkan ini berlangsung, endingnya mungkin akan semakin menyakitkan.

Atau mungkin juga tidak.

Ketakutanlah yang menyebabkan keduanya tidak bisa berhenti. Karena jika sudah berhenti, mungkin saja akan berakhir.

♦ JØY ♦

Joy mengedarkan pandangannya ke sekitar jalan lalu langsung menepuk - nepuk pundak Suinn di sampingnya tepat ketika Ia sadar bahwa mereka melewati mall yang tadi sempat disepakati.

Dari awal berangkat Joy sudah curiga dengan Suinn yang berkemeja resmi datang mengendari mobil CRV Hitam alih - alih menggunakan motor ninja merah biasanya. Hanya dengan Suinn menyuruhnya berdandan rapi saja sudah membuat Joy merasa aneh, apalagi ini.

Tapi Joy berusaha menyingkirkan segala pikiran negatifnya dan mengikuti saja apa kata Suinn.

Melihat kini Suinn terus melaju, semakin menjauhi tempat yang mereka sebutkan, membuat Joy semakin yakin akan intuisinya.

"Sebenarnya kakak ingin membawaku kemana?" 

Joy menyerah untuk memukul - mukul pelan lengan Suinn lalu memilih untuk pasrah saja. Walaupun Suinn anggota geng motor, melihat matanya saja Joy langsung tahu bahwa Suinn adalah laki - laki yang menghormati seorang perempuan dan tidak akan melakukan hal yang 'mengerikan'.

Joy menghembuskan nafas berat menyaksikan tepat di depan matanya, Suinn tersenyum jail.

Gadis itu mengerutkan keningnya ketika mobil yang telah melaju lebih dari 30 menit, perlahan berhenti di halaman berumput depan sebuah bangunan kuno cukup mewah terbuat dari kayu.

"Ini rumah siapa?" tanya Joy seraya turun dari mobil lantas kembali menutup pintunya.

"Bisakah kau membiarkanku sedikit romantis? Seharusnya kau menunggu untuk kubukakan pintu, Park Joy."

Joy terkekeh mendengar pasangannya itu bersungut - sungut dengan wajah yang belum pernah Ia lihat sebelumnya.

"Dan ini adalah villa milik ayahku."

"Ah, villa."

Butuh waktu untuk Joy mencerna apa yang Suinn ucapkan baru saja sampai akhirnya Joy bergerak mundur sambil menyilangkan kedua tangannya di pundak, berusaha menutupi diri.

"Tunggu, kakak tidak merencanakan sesuatu, bukan?"

Namun kecemasan itu perlahan berkurang melihat tatapan Suinn melembut sembari mengulurkan tangan, menunggu untuk Joy genggam.

"Tentu saja aku memiliki rencana."

Akhirnya Joy hanya bisa mengambil nafas panjang, berharap agak terhindar dari sesuatu yang tak Ia inginkan.

Beberapa langkah setelah memasuki villa, Joy mengedarkan pandangannya dan terhenti pada beberapa orang yang duduk di meja kayu panjang halaman belakang yang dapat Ia lihat karena pembatas antara luar dan dalam adalah sebuah kaca.

"Kak Suinn. Mereka... siapa?"

Joy menghentikan langkahnya, lantas tangannya refleks meremas lengan Suinn untuk menghentikan laki - laki itu juga.

"Apa maksudmu? Tentu saja mereka keluargaku. Kau tidak melihat di meja itu ada Sana?"

Joy mendongak untuk menatap mata Suinn. Dan Suinn pun langsung menangkap ketidak–siapan Joy di mata itu.

"Kak, i–ini terlalu mendadak. Aku belum menyiapkan diriku."

Suinn sebenarnya juga sedikit ragu dengan rencana ini, tapi karena adiknya, Sana, yang begitu menyebalkan tapi juga sangat Ia sayangi telah mengatakan pada orang tua mereka bahwa Suinn akan membawa pasangannya di akhir pekan yang merupakan hari ini, Suinn tidak bisa menolak.

Suinn pun tidak memiliki pilihan lain selain meraih tangan kanan Joy yang tadinya meremas lengan Suinn, kemudian menggenggamnya lembut sambil sesekali mengusapnya dengan ibu jari.

Keduanya sama sekali tidak ada niatan untuk mengalihkan tatapan mereka. Ingin terus tenggelam di kedalaman mata satu sama lain.

Dan saat Suinn mengucapkan apa yang Joy ingin dengar, Ia tahu bahwa detik itu juga segala ketakutan menguap bersama helaan nafasnya.

"Kau siap. Kau selalu siap, Joy."

♦ ♦ ♦ B E R S A M B U N G ♦ ♦ ♦

Hehehe, aku ingin lebih mempercepat cerita ini jadi mungkin bakal sering - sering update.

AAA NGGAK SABAR NULIS WENRENE HERANN..

Dan jangan lupa vote & comment ya hehehe..

Regards
- C

Red Velvet Fraternity 3 : JOY ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang