Akhirnya Sebuah Restorasi Sanubari

836 90 35
                                    

[ JØY ]
.
.
S I D E   C H A P T E R
.
.

Seorang lelaki jangkung bertubuh ramping namun juga berotot menatap intens gadis di sampingnya yang sedang membaca buku dan Ia sesekali tersenyum melihat rambut gadis itu tertiup angin sepoi menyegarkan.

"Eunwoo, berhenti menatapku seperti itu."

Laki - laki yang dipanggil dengan nama Eunwoo itu kembali tersenyum sampai matanya tertutup kelopak, kemudian menggerakkan tangan kanannya untuk merapikan rambut gadis itu ke belakang telinga. Gadis itu pun tidak menunjukkan tanda - tanda tidak terima sehingga membuat hati Eunwoo menghangat.

"Jadi aku disini hanya untuk menemanimu membaca buku?"

Tanya Eunwoo mengedarkan pandangan ke sekelilingnya. Lalu lagi - lagi tersenyum menyaksikan banyak anak balita bermain di taman yang sedikit jauh dari tempat Ia duduk saat ini ditemani ibu mereka, juga beberapa orang berjogging sore mengitari lapangan luas di hadapannya.

"Aku tidak mengajakmu, kau yang mengikutiku."

"Kau membuatku terdengar seperti penguntit, Joy."

Gadis itu mendongak, mengalihkan mata dari bukunya. Menatap bagian samping pria yang selama 5 tahun terakhir tidak menyerah untuk mendapatkan hatinya itu setelah tahu Joy sudah tidak bersama Suinn.

Joy dengan cepat menunduk saat Eunwoo kembali menatapnya.

"Apa masih lama?" tanyanya.

"Mmm, aku masih ingin membaca." jawab Joy seadanya tanpa ingin menatap lelaki itu.

Namun sebuah kalimat yang meluncur dari mulut lelaki itu membekukan tubuh Joy.

"Maksudku hatimu. Apakah masih butuh waktu lama untuk menyembuhkannya?"

Kali ini Joy memberanikan diri untuk memakukan tatapannya pada mata Eunwoo yang menyiratkan harapan. Sesuatu hal yang Joy sadari pernah berada di matanya juga, maka dari itu Joy begitu takut jika suatu hari nanti Ia tidak bisa memenuhi apa yang selama ini Eunwoo tunggu - tunggu.

"Woo, maafkan aku. Aku bahkan tidak..—"

"Ahaha, jangan meminta maaf. Kau membuatku terlihat jahat. Akulah yang bersedia menunggu."

Ekspresi Joy kini semakin suram membayangkan apa yang mungkin terjadi kedepannya nanti.

Memang tampaknya begitu bodoh. Mengabaikan orang yang diam - diam mencintainya dan menunggu dirinya sejak masuk SMA sampai saat ini, hanya untuk menanti seseorang yang kabar hidup atau matinya saja Joy tidak tahu.

5 tahun Joy habiskan untuk berkonsultasi pada psikiater agar kakak - kakaknya menjadi lebih tenang dan tidak mencemaskannya terlalu banyak, 5 tahun itu pula Joy habiskan untuk menjelajahi beberapa negara yang memiliki tenaga medis paling kuat.

Ya. Tentu saja untuk mencari dan memastikan kabar orang itu.

Berpegang pada angan - angan selalu membuat Joy merasa lebih kuat walaupun segala harapan itu adalah semu dan tidak pasti.

Lalu saat keduanya bangkit untuk kembali ke hotel tempat mereka dan keempat saudari Joy menginap selama berlibur di tempat ini, Rochester, Minnesota, langkah Joy terhenti melihat seseorang dengan satu tongkat jalan tengah melangkah satu jalur dengannya bersama seorang gadis.

Deg.

Mereka berdua bertatapan.

Joy sampai ingin menampar dirinya sendiri, memastikan bahwa ini bukanlah mimpi.

Tepat 100 meter di depannya, Moon Suinn berdiri dengan bantuan Minatozaki Sana dan sebuah kruk, menatap Joy begitu terkejut namun langsung melemparkan senyum pada Joy. Senyum yang selama 5 tahun Joy dambakan.

Eunwoo yang juga mengenal orang itu hanya bisa menghela nafas lalu memutar tubuhnya menghadap Joy yang masih fokus pada pria itu.

"Pergilah. Kau menunggunya selama ini."

"Woo, aku..—"

"Ingat? jangan minta maaf. Cepatlah, kakinya seperti tidak kuat menantimu datang."

Dengan kalimat itu, Joy memeluk erat Eunwoo, menyalurkan semua rasa bersalahnya pada Eunwoo lewat pelukan itu, lantas meminta maaf sekali lagi sebelum berlari ke arah pria yang selalu datang dalam mimpinya selama 5 tahun terakhir.

Joy berhenti tepat 2 meter di depan Suinn.

Menyadari ada sesuatu yang harus diselesaikan, Sana melepaskan kaitan tangan pada lengan kakaknya kemudian berjalan mendekati Joy sambil tersenyum bangga.

"Kau menemukannya. Selamat."

Joy langsung memeluk Sana dengan erat. Jujur saja Joy juga merindukan teman satu kelasnya itu.

Setelah Sana pergi, Joy terus memuaskan perasaan rindunya dengan menatap Suinn yang masih tersenyum sendu. Tanpa disangka, Joy mengalirkan setetes air dari ujung matanya. Tepat saat itu juga, Suinn melebarkan salah satu lengan yang bebas tidak memegang kruk.

Joy yang mengerti isyarat itu langsung berhampur kedalam pelukannya. Melingkarkan kedua tangan di pinggang Suinn dengan erat seakan takut kehilangannya lagi.

"Maaf aku sangat terlambat."

Joy menyembunyikan wajahnya jauh kedalam lekukan leher Suinn yang mengusap kepala Joy penuh kelembutan serta kerinduan.

Dan setelah mendengar satu kalimat yang Suinn ucapkan, hati Joy serasa terlahir kembali menjadi sesuatu yang utuh dan hangat. Dengan kalimat itu pula Joy merasa tenang dan aman. Segala ketakutan menguap begitu saja digantikan kebahagiaan yang membuncah.

Serta dengan satu kalimat itu Joy tahu, bahwa segalanya akan semakin membaik.

"Mari kita mulai dari awal dengan cara yang lebih layak."

S I D E   C H A P T E R   E N D •

Yakk!!! Selese

Silahkan ditunggu RVF 4 ya.

Buset gercep banget aku, nggak nyampe 3 bulan udh selese 3 wkwkwk :v

Maapin ya kalo masih banyak kekurangan di diksi bahasa sama alur yang rada - rada aneh karena emang aku suka yg fantasi alias yg aneh - aneh hehehe

Semoga sejauh ini kalian menikmatinya.

Makasih ya.

Regards
- C

Red Velvet Fraternity 3 : JOY ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang