Games Yang Mungkin Tidak Menemukan Pemenang

576 91 24
                                    

[ JØY ]
.
.
.
.

Joy mendribel bola basket di tangannya beberapa kali sebelum melemparnya menuju ring.

Masuk!

Ikut pergi ke kampus Irene setelah pulang sekolah sudah menjadi rutinitasnya selama seminggu terakhir. Irene pun hanya bisa memaklumi adiknya yang terus bermain perasaan setelah kehilangan cinta pertamanya dua tahun yang lalu.

Seperti yang saat ini Irene lakukan. Menunggui Joy bermain basket dengan Suinn di lapangan outdoor kampusnya yang sepi mahasiswa karena memang jarang dipakai.

"Kutebak mereka menjalin hubungan hanya berdasar taruhan. Siapa yang jatuh cinta lebih dulu, dia yang kalah."

Irene menoleh kepada lelaki yang ikut duduk di bangku bawah pohon dipinggir lapangan bersamanya.

Kim Junmyeon. Suho.

"Bagaimana kau tahu? Yang kau katakan persis dengan apa yang Sooyoung jelaskan padaku."

"Lihatlah." Suho menunjuk kedua orang itu dengan dagunya sehingga mau tidak mau Irene kembali memperhatikan mereka.

"Ekspresi yang ditunjukkan terlalu kentara. Terjadi sesuatu pada percintaan mereka. Apa aku salah?"

Mendadak ekspresi Irene berubah sendu.

"Sungjae. Cinta pertamanya. Meninggal dua tahun yang lalu."

Alih - alih terkejut, Suho hanya mengangguk paham kemudian melancarkan pertanyaannya.

"Apa yang terjadi?"

"Kanker otak. Dan Sungjae menyembunyikannya."

"Adikmu akhirnya tahu?"

Walaupun tidak menatap Irene, Suho tahu bahwa perempuan itu mengangguk pelan.

"Tepat 3 hari sebelum kepergiannya."

"Cukup singkat untuk menghabiskan waktu bersama sebelum berpisah selamanya."

Irene mengangguk lagi. Tidak tahu harus merespon apa jika sudah menyangkut topik yang merupakan luka bagi adiknya ini.

Sementara itu, Joy terus mencoba melempar bola dari garis batas free–throw meski cahaya matahari bersinar begitu terik.

Sementara itu Suinn hanya memperhatikannya dari bagian pinggir dengan tanpa ekspresi.

Dari situ Suinn mulai menyadari, ada saat - saat dimana air muka Joy hampir seperti mimik yang sering dirinya sendiri tampakkan.

Sebuah ungkapan kehilangan yang tersirat dari permainan mata dengannya.

Suinn pun mendekat dan berdiri di belakang Joy.

"Caramu salah."

Tanpa aba - aba, Suinn melingkarkan tangannya dari belakang tubuh Joy, untuk menuntun gerakan tangan gadis itu.

Hembusan udara dari hidung Suinn di ceruk lehernya sempat membuat Joy menahan nafas, gugup. Namun Ia segera menghapus kegugupan itu dengan memundurkan kepalanya sehingga bagian belakang kepalanya menempel pada bahu bidang Suinn.

"Jadi kakak mau memulai permainannya, Hmm?"

Kita semua tahu bahwa permainan yang dimaksud Joy bukanlah bola yang saat ini Ia pegang bersama Suinn, melainkan sebuah pertunjukkan untuk saling menjatuhkan hati lawan.

Lantas Suinn memiringkan senyumnya.

"Aah, aku ketahuan." ujarnya melepas genggamannya pada punggung tangan Joy.

Red Velvet Fraternity 3 : JOY ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang