Masih Terlalu Awal. Mari Lakukan Perlahan

1.4K 110 31
                                    

[ JØY ]
.
.
.
.

"Joy, aku menyukaimu."

"Aku juga, tapi rambutmu menggangguku."

"Joy, ini bunga untukmu."

"Hmm.. Bunga krisan kuning. Lambang cinta bertepuk sebelah tangan. Kalau begitu terus cintai aku, dan aku akan menghindar agar makna bunga ini tidak berubah."

"Joy, bagaimana jika menonton akhir pekan?"

"Baiklah. Aku juga akan menonton dengan saudara - saudaraku akhir pekan ini. Kau bisa ikut!"

"Joy, kalau di cafe bagaimana?"

"Hampir 80% cafe di kota ini mematok harga 20 ribu untuk satu gelas kecil minuman. Aku tidak ingin boros. KAU JUGA HARUS BERHEMAT, BODOH."

"Tapi kakakmu kaya dan keluargamu berkecukupan."

"Apa?! Jadi kau mengincar harta yang bahkan bukan milikku?! PERGILAH!!"

"Joy, aku ingin berpacaran denganmu!"

"Maaf, aku sudah punya kekasih."

"Benarkah? Siapa?"

"Ponsel dan sofa panjang ruang keluarga."

Gadis berponi pagar yang selalu duduk di sebelah Joy ketika di kantin hanya menggelengkan kepalanya. Tidak tahan dengan sikap Joy tepat di depan matanya.

"PERGILAH KALIAN SEMUA, AKU INGIN MAKAN DENGAN TENANG!!"

Teriakan Yerin membuat segerombolan laki - laki yang mengerumuni mejanya—atau lebih tepatnya mencoba mendekati Joy—langsung pergi dengan memberikan tatapan aneh pada sahabat dekat Joy itu.

Joy pun ikut menatap Yerin dengan senyum geli terpampang jelas di wajahnya.

"Santailah sedikit. Aku hanya ingin melihat usaha mereka." ujar Joy kemudian mulai menyentuh soup yang belum sempat Ia rasakan bahkan sejak awal mendapatkannya.

Yerin mendecak lalu mengikuti Joy untuk memakan sesuatu yang telah Ia pesan.

"Sudah hampir 2 tahun. Ada apa denganmu?!" gerutu Yerin kesal tanpa ingin menatap sahabat di sampingnya itu.

Sementara Joy hanya menaikkan kedua alisnya dengan senyum terpaksa yang menyiratkan bahwa Ia sedang tidak ingin memperbincangkan topik sensitif itu, seseorang yang duduk berhadapan dengan Joy hanya tersenyum maklum.

"Jung Yerin." panggil orang di depan Joy beralih menatap Yerin seakan menegur gadis itu.

"Oh Hayoung, apa kau tidak muak? Setiap kita pergi ke kantin selalu seperti ini!"

"Bukan sebuah alasan untuk membahasnya."

Joy menatap Hayoung lantas mulutnya bergerak menyusun ucapan terima kasih tanpa suara.

Sudah banyak kamsia yang Joy sampaikan pada Hayoung di dalam masalah kecil seperti yang baru saja terjadi.

Joy bersyukur memiliki Yerin yang selalu mewarnai harinya dengan ocehan - ocehan tidak berperasaan yang selama ini gadis itu lontarkan padanya juga pada Hayoung.

Red Velvet Fraternity 3 : JOY ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang