I - Hope

2.4K 97 3
                                    

Jakarta, kota metropolitan di Indonesia dimana sepasang kekasih yang dulu begitu saling mencintai satu sama lain, kini terpisah dengan alasan yang tidak jelas. Bagi Andrea, alasan perpisahan mereka jelas tapi tidak menurut Alan. Pria itu masih menganggap Andrea adalah kekasihnya. Masih dan akan selalu, sampai Andre sendiri yang meminta Alan untuk menjauh dan pergi.

Alan sudah terbiasa melakukan segala sesuatunya bersama Andrea semenjak wanita itu masuk dalam kehidupannya, sehingga saat tiba-tiba Andrea menjauh, ia tidak mengerti. Alan menganggap jika Andrea-nya tengah merajuk dan pasti akan kembali seperti semula.

Hubungan percintaan mereka sudah dimulai sejak lima tahun lalu, yakni saat Andrea berusia 23 dan Alan 27 tahun. Kebersamaan mereka bahkan sering dibagikan dalam akun media sosial masing-masing. Tidak ada yang disembunyikan, seluruh rekan bahkan mungkin seluruh dunia tahu mereka pasangan. Banyak bukti kebersamaan mereka seperti; ketika traveling, pesta dan perayaan lainnya. They are sweet couple.

Saat ini, dimana hubungan tidak jelas itu sedang berlangsung, mereka dipertemukan kembali di acara penggalangan dana. Acara tersebut berlangsung meriah, bermunculan para pesohor dan pebisnis kaya yang siap mendonasikan uang untuk sebuah kebaikan. Andrea tidak terlalu paham apakah mereka memang berniat untuk membantu, memamerkan kekayaan mereka, atau justru ingin membuka koneksi bisnis di balik acara ini.

Ia datang sebagai stylist sekaligus designer brand ternama miliknya sendiri. Andrea berbaur bersama rekannya sesama perancang busana dan artis. Tidak kalah bersinar dari para model, malam ini ia mengenakan dress warna gold yang semakin menonjolkan rambutnya yang pirang. Wanita itu berdiri di sudut ruangan, sementara tak jauh dari sana, Alan berkumpul dengan para pebisnis.

Waiters berkeliling membawa gelas-gelas berisi minuman, menawarkan pada setiap tamu yang hadir. Termasuk Andrea, dengan senang hati ia meraih satu gelas wine. Baru akan mencium aroma khas dari minuman berbahan anggur itu, gelasnya sudah diambil alih dengan cara paksa.

"What is your problem?"

"It is not good for your pregnancy."

Andrea jengah pada makhluk tampan yang berdiri di hadapannya. Membuat rekan-rekan designernya perlahan mundur dan menjauh. Begitulah cara Alan mengklaim kekasihnya. Tetap memperlihatkan perhatian dan kedekatan. Sentuhan mesrapun masih lelaki itu tunjukkan. Seperti saat ini, menggiring pelan pinggul Andrea ke suatu ruang yang kosong-tidak berdesakan.

Apa yang dilakukan Andrea selanjutnya? Dia menumpahkan kekesalan dan amarahnya.

"Kau menyebalkan, selalu ikut campur dalam semua urusanku. Kita memang berada di dalam ruangan yang sama, kau bersama mereka para pengusaha. Dan aku bersama mereka, tidak perlu sampai seperti ini."

Wajah tenang dan santai, Alan menyunggingkan senyum ketika mendengar rentetan kekesalan Andrea. Ia bahkan mengangguk pasti pada setiap keinginan Andrea. Wanita, kekasih, partner dan segalanya untuk Alan.

"Ok, enough!". Merasa sudah terlalu panjang membiarkan Andrea berbicara, jari telunjuknya terulur dan mengunci bibir kekasihnya yang sedari tadi antusias menasehati.

Hanya seperti itu Andrea terdiam, membuat mata Alan mengerling jahil. Merasa menang karena masih bisa membuat Andrea diam hanya dengan jari telunjuknya. Jengah masih diperlakukan seperti itu, Andrea bergegas meninggalkan Alan di ruangan sepi tersebut dan kembali bergabung bersama rekannya.

Pria itu bergeming, merasakan jari telunjuk yang tadi bersentuhan dengan bibir Andrea. Tidak ada bekas merah yang tertinggal, tapi rasa lembut dan kenyal masih dapat Alan rasakan. Ibu jari bersama jari telunjuk saling bertemu, membentuk gerakan memutar menikmati sisa Andrea yang tertinggal. Alan merindukan wanita itu.

Unfinished Love [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang