IV - Suffer

644 44 3
                                    

"Alan, aku hamil!"

Suara teriakan dari wanita yang Alan kenal sudah cukup lama ini, berhasil membangunkannya. Tidak sepenuhnya bangun, ia hanya membuka mata setengah dan tetap mempertahankan posisi tidurnya yang telungkup.

"Alan!" Panggil Andrea dengan begitu serius, suara itu meminta perhatian. Seperti berada di antara dua peralihan alam, Alan mencoba fokus. Ia membalikkan badan sehingga terlentang memamerkan dadanya yang telanjang dengan bulu halus yang menghiasai. Bagian itu adalah tempat terfavorit Andrea, ia paling suka mengelus dan menciumnya.

"Alan, wake up. Aku hamil," ucap Andrea untuk kesekian kalinya. Wanita itu duduk di samping Alan dengan pandangan khawatir. Rambutanya diikat asal, berantakan tapi nampak klasik. Wanita itu masih mengenakan baju tidurnya yang berbahan sutra lembut.

"Really?" Respon pria tampan dari Inggris itu datar, suaranya serak kemudian matanya menyipit kecil. Kedua lengan kekarnya ia rentangkan lebar seperti hendak memeluk sesuatu. Pahatan otot di berbagai bagian tubuh Alan langsung menjadi santapan sehat mata Andrea. Tapi saat ini, rasa terpesonanya menghilang alias tidak muncul.

"Sejak kapan kamu tidak memakai pengaman saat kita berhubungan?" Rengeknya sambil memukul dada Alan setengah hati.

"Aku selalu menggunakannya. Tidak pernah-"

"Maksud kamu aku hamil dengan pria lain?" Seru wanita itu meninggikan suara.

"No, bukan seperti itu." Alan langsung bangun karena Andreanya menunjukkan tatapan terluka usai dirinya mengatakan hal tersebut. Ia kemudian bertanya untuk memastikan sesuatu. "Berapa usianya?"

"Aku tidak tahu.... Ketika kita selesai menghadiri pesta di Bali, kita menginap di hotel. Kamu yakin menggunakannya?" Mata Alan langsung berpaling dari netra indah Andrea yang mengintimidasi. Ia berusaha mengingat-ingat kejadian malam itu, malam dimana mereka seperti biasa bercumbu dengan hebat.

"Alan," panggil Andrea untuk kembali menarik fokus kekasihnya.

"Aku tidak yakin, waktu itu kita sama-sama setengah sadar. Dan aku ..."

Pernyataan Alan yang menggantung dan tidak jelas itu membuat Andrea tertunduk dalam. Tidak menyukai kecerobohan pria di hadapannya ini yang betapapun dielak, memang tampan.

"Sebentar lagi aku akan jadi Papa, aku suka mendengarnya," bisik Alan di dekat telinga Andrea. Ia menarik tubuh kekasihnya dalam pelukan, kemudian perlahan membaringkan tubuh mereka kembali ke ranjang. Tubuh Andrea sepenuhnya ada di atas tubuh besar Alan.

Pria itu menumpukkan dagunya di atas puncak kepala Andrea dan tangannya terulur mengusap naik turun punggung yang terbuka. "Jaga dirimu baik-baik mulai dari sekarang." Begitulah perintahnya, sambil memeluk erat tubuh sexy Andrea dan mengambil benda kecil alat tes kehamilan yang masih wanita cantik ini genggam. Melihat itu tanpa positif yang ditunjukkan, hati Alan menghangat, matanya diam-diam berbinar. Ia senang bukan main.

***

Tidak ada pembicaraan lain setelah nasehat Alan terakhir kali untuk menjaga kondisi tubuhnya. Andrea pergi ke kantor dengan hati yang tidak tenang, hamil adalah sesuatu yang belum dia pikirkan selama ini. Ia masih terfokus untuk mengembangkan bakat dan bisnisnya hingga bisa lebih tinggi lagi. Warga Indonesia yang memegang adat ketimuran pasti asing dengan wanita lajang yang hamil. Mendengar sendiri dari sahabatnya orang pribumi yang selama ini setia akan berbagai keluh kesah Andrea, hubungan dirinya dan Alan mereka katakan sebagai kumpul kebo. Dari namanya saja tidak enak didengar, kebo yaitu kerbau. Mereka diibaratkan seperti hewan itu.

Tanpa ikatan resmi namun memutuskan tinggal bersama dan melakukan aktifitas layaknya suami istri. Ditambah lagi ada janin baru di antara mereka, di luar ikatan pernikahan. Pertanyaan dan gunjingan pasti sebentar lagi akan ia dengar-jika ia benar-benar mempublikasi kehamilannya. Lain hal jika ia di London, warga disana tidak terlalu peduli dengan hal-hal seperti ini.

Unfinished Love [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang