XII - Frozen heart

554 64 8
                                    

Instagram : albian.bella

Cerita ini sudah ada di google play book guys.

Happy reading

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy reading ..
Maaf typo..

***

"That was a nice welcome."

Usai Jena menutup pintu dari luar, Andrea mengucapkan kalimat ejekan itu untuk Alan. Bukannya Andrea berharap Alan akan langsung memeluk dan menciumnya saat dia datang, bukan. Ia hanya tidak suka ada wanita lain yang masuk ke dalam apartemennya-tanpa ijin. Walaupun mungkin Alan mengijinkan, tapi siapa Alan? Pria itu hanya menumpang di tempat tinggalnya. Kenapa berani sekali dia memasukkan wanita lain? Dan sejak kapan? Apa sejak Andrea pergi, Alan langsung melakukan itu?

Bukan cemburu.

Sebenarnya banyak sekali pertanyaan yang ada di kepala Andrea, tapi ia sangsi. Jika bertanya, ia takut jawaban Alan akan membuat mood-nya makin buruk.

Tatapan Alan instens melihat wanita cantik yang berjarak hanya beberapa jengkal darinya. Tak menyiakan waktu, ia maju ingin mencium bibir merah itu dalam. Namun sayang, Andrea langsung berpaling dengan mempertahankan ekspresi datarnya. Kebiasaan Alan, saat Andrea datang akan langsung memeluk dan mencium.

Alan tak menyerah, dengan tangan kanan masih berada di tengkuk Andrea, ia kembali maju dan melabuhkan ciuman di pipi perempuan itu sangat lama.

"I really miss you, Honey. Sorry." Bisiknya setelah berhasil meluapkan rasa sayang dan rindunya ditinggal Andrea selama 1,5 tahun tanpa kabar. Masih bisakah Alan dikatakan pria setia? Andrea tidak percaya akan hal itu. Tadi adalah salah satu bukti Alan tidak bisa dikatakan pria setia.

"Duduklah, akan aku ambilkan minum."

"No thanks, aku akan pergi. Aku butuh tempat yang nyaman untuk istirahat."

"Kamar kita sudah aku bersihkan."

Apa?

Andrea akhirnya menatap mata Alan lagi.

Kamu mengatakan sudah dibersihkan, maksudnya dari bekas percintaan kamu dan Jena, begitu?

Mana sudi Andrea tidur di atas ranjang yang tidak lagi special. Duduk di apartemen ini pun rasanya ia tidak akan sanggup. Bisa saja Alan dan Jena melakukannya di sofa panjang depan televisi, atau di meja counter dapur, atau di perpustakaan miliknya. Benarkan? Bisa dimana saja.

"Aku tidak bisa tidur di tempat yang sudah dikotori oleh orang lain." Arogant memang, tapi Andrea harus seperti itu. Andrea belum tahu sejauh mana Jena berkeliaran di apartemennya. Menyebalkan, tempat yang susah payah ia beli harus dikotori oleh orang asing-termasuk Alan.

Unfinished Love [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang