VI - Devil

874 51 6
                                    

Masih di Jakarta, 3 tahun yang lalu.

Bagi keduanya yang berpikiran simple dan terbuka, masalah berat tentang batalnya pernikahan dan keguguran Andrea, berhasil menjadi pelajaran. Babak baru hubungan yang berawal dari sebuah keromantisan, kini sedang  berjarak. Alan yang sebenarnya menyimpan rasa canggung tiap kali memeluk dan mencium Andrea, berhasil ia pertahankan hingga satu tahun setelah kejadian tersebut. Ia hanya menguji nasibnya sendiri saat pertama kali menemui Andrea.

Alan siap dengan segala caci maki, pukulan atau bahkan pengusiran karena ia tahu, dirinya menimbulkan kesakitan yang begitu dalam. Tapi reaksi Andrea yang sebaliknya-diam dan tidak menolak membuat Alan makin menancapkan dominasinya lagi. Alan tahu dirinya salah, tapi untuk menjelaskan alasan kenapa dia pergi pasti akan membuat Andrea makin sakit. Cukup ia sendiri yang tahu.

Dan tentang janin di rahim Andrea yang telah pergi, Alan hanya mampu tertunduk-menyesal. Tidak seharusnya calon anaknya itu menjadi korban. Mungkin jika janin itu bertahan, anaknya sudah berusia 6 bulan-pasti masa dimana bayi kecil akan terlihat sangat menggemaskan.

Papa minta maaf.

Beberapa jam yang lalu Alan menggendong Andrea dari ruang kerjanya ke ranjang. Wanita itu terlelap dengan posisi yang membuat tubuh pasti sakit ketika bangun. Jadi tanpa meminta ijin Alan langsung membopongnya.

Tubuh Andrea kini bergerak di bagian samping ranjangnya. Telungkup dengan wajah menghadap ke arahnya, wanita cantik itu terlihat nyenyak, damai dan bahagia. Wajahnya  bersinar, didukung rambutnya yang blonde, Alan suka dengan perpaduan netra dan rambut wanitanya.

Tangan Alan terulur menyentuh punggung Andrea, kemudian mengelusnya perlahan untuk memberikan kenyamanan. Lelaki itu bersabar atas perubahan sikap Andrea, tidak mudah disentuh dan diajak bicara. Walaupun raganya berada di dekat Alan, Andrea terasa begitu jauh.

"Honey," bisik Alan di dekat telinga Andrea.

Sudah pukul 1 dini hari dan Alan belum bisa tidur, ia mendekat dan merengkuh tubuh wanitanya untuk ia peluk. Besok, Alan harus pergi untuk bertemu dengan seorang Kepala Daerah di Papua. Dan waktunya cukup lama, mungkin lebih dari satu minggu, pasti pria berjambang ini akan sangat merindukan Andrea.

Sangat merindukan, karena berkomunikasi lewat pesan teks, telfon atau video call sekalipun Andrea tak akan pernah mau mengangkatnya. Hanya di apartemen Alan bisa leluasa melihat fisik wanita pemilik tubuh tinggi itu.

"Do you still want to help me ?"

Tanya Alan dengan matanya yang menatap ke arah langit-langit kamar. Kedua lengannya yang besar terus merangkap tubuh Andrea dalam pelukan hangat.

"Honey," panggil Alan lagi, berharap Andrea menjawab dan mau berbicara.

"I will go to Sorong for work, tomorrow. And I will miss you so much." Tambahnya lagi dengan mengecup dalam puncak kepala Andrea.

"I want to tell you something. My sister-Maddi will get married in Bali. Do you know what she wants? She wants her wedding dress made from your own hands. How can be like that? Because I told her, if you are famous designer here. My beautiful woman and colleague survive in Jakarta."

Jeda beberapa detik, Alan melanjutkan lagi ceritanya. "Dia tanggung jawabku saat ini, ia manja dan masih kekanak-kanakan. Tapi Mommy menginginkan dia yang menikah lebih dulu. Harusnya kita, benar kan?"

Entah Alan menyadari atau tidak, jika saat ia pria itu mulai terbuka.

"When?"

Deg

Unfinished Love [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang