XIV - Love from Claire

528 51 5
                                    

Ready on google play book. Kata kuncinya albian bella. Oke

Happy reading guys,

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Happy reading guys,

***

Saat ini

Andrea termenung sepanjang perjalanan dari Jakarta menuju London, kali ini dia memilih penerbangan langsung tanpa transit. Cukup menguntungkan, ia tidak perlu keluar masuk pesawat dan menunggu.

Kelelahan bukan jadi masalah, membagi waktu antara karir dan kehidupan pribadi masih ia jalani dengan sebaik mungkin. Seperti apa yang benar-benar dia impikan dari kecil. Ia ingin menjadi ibu yang hebat sekaligus pebisnis yang handal. Berpisah dengan Benedict itu berat, tapi bagi Andrea saat seperti inilah yang membuatnya makin mencintai si tampan. Terpisah jarak, membuat rindunya makin menumpuk dan menggunung. Dan hal itu terbayarkan saat pertemuan, ia menjadi tahu apa itu kebahagian melimpah yang sesungguhnya-bertemu sang malaikat kecil.

Masalah boleh saja terus mendatanginya di Negara Merah Putih, tapi Negara Ratu Elizabeth selalu bisa membuatnya tenang hingga masalahpun teratasi.

Andrea tiba pada malam hari, begitu ia membuka pintu rumah, suara tangisan seseorang terdengar dan langsung membuatnya tersenyum. Bahagia di atas kesedihan orang lain-bukan. Ia senang karena Benedict menyambut kedatangannya walau dengan suara yang tidak dia sukai. Tangisan bagi Andrea adalah hal terakhir yang akan dia lakukan jika sudah benar-benar tersakiti. Semenjak Ben hadir, serumit dan seberat apapun masalah ia berusaha untuk tegar dan tidak meneteskan air mata. Air mata untuk apa? Karena hampir 90 persen hidupnya sudah begitu bahagia, 10 persen lainnya bercampur antara marah, sedih, khawatir, cemas dan hal negatif lain.

"Ben!" Panggilnya dengan suara khas lemah lembut.

Andrea berjalan semakin masuk menuju ruang tengah, suara itupun terdengar makin memekak telinga. Tidak hanya tangisan, Ben juga sesekali terisak sambil memanggil dirinya. Koper miliknya dibiarkan tergeletak di dekat pintu masuk, berat.

"Mommy, mommy," katanya terdengar menyayat hati.

"Mommy is here,"sela Claire seperti kepayahan. Tapi Ben tetap mengerang, berontak dari gendongan Claire. Mommy adalah dirinya sendiri.

Dan puncaknya adalah saat mata Ben yang bulat berwarna grey sudah berkaca-kaca menangkap sosok yang begitu dia rindukan-sedang berdiri di belakang punggung Mommy Claire. Si tampan itu langsung memekik makin keras sampai Claire menarik jauh tubuh Ben dari gendongannya. Gendang telinganya serasa hampir pecah menerima frekuensi suara melengking milik Benedict.

"Mom!! Mommy!!"

"Oh My God Benedict Anderson!! Aku kira kau akan jadi arsitek, tapi saat ini kamu sedang menunjukkan bakat yang sesungguhnya padaku. Kamu ingin menjadi penyanyi? Jadilah seperti Charlie Puth yang tampan." Ben terus menangis, tidak menggubris apa yang Claire katakan.

Unfinished Love [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang