II - Meeting

898 61 5
                                    

Bali, 5 tahun yang lalu.

Alan masih merupakan sosok yang tidak mudah bergaul. Ia hanya fokus kerja dan kerja, gaya bicaranya formal. Pertemuan mereka terjadi di pantai yang sangat indah di kawasan Nusa Penida. Sekelompok turis menyewa kapal kecil untuk berjalan-jalan ke tengah laut melihat terumbu karang.

Kapal kecil, namun bisa memuat banyak sekali orang. Tiba di tempat snorkling, beberapa turis mulai menceburkan diri, berpencar dengan masih dalam pengawasan seorang guide. Tiba-tiba seorang gadis menceburkan diri, salah-wanita itu sepertinya didorong oleh seseorang. Karena terdengar gelak tawa yang cukup membahana dari beberapa orang pria dan wanita yang masih ada di atas perahu. Wajah wanita itu memerah kesal di tengah dirinya terombang-ambing ombak laut.

"Hey kau! Bantu aku naik!"bentak wanita itu keras pada seorang wanita asing yang berdiri tegap di atas perahu.

"Apa kau tidak bisa naik sendiri Andrea?" Lucunya, wanita yang tengah berusaha tetap stabil terapung itu menggeleng manja. Hal itu tak luput dari seorang pria dewasa yang memperhatikannya, ia tersenyum melihat tingkah manja gadis pirang.

"Ah cepat tolong aku, kakiku sudah mulai sakit,"ucapnya sambil tersedak.

Teman-temannya bergeming, mereka sibuk untuk memasang alat snorkling, dan tidak memperhatikan sahabatnya yang sudah mulai kelelahan. Apa mereka tidak sadar? Jika Andrea tidak terlalu pandai berenang? Terbukti dengan gerakan kaki dan tangannya yang mulai panik. Hingga ia benar-benar melambaikan tangan dan minta tolong karena sesuatu telah mengait kakinya. Ia mulai timbul tenggelam.

"Kasihan dia,"ucap seorang wanita di sebelah pria dewasa yang masih memperhatikan Andrea.

"Tolong dia, sepertinya memang dalam kesulitan." Tambahnya meyakinkan sang kakak.

Byur

Laki-laki itu menceburkan dirinya ke laut dan berenang menghampiri Andrea yang sudah sedikit tertarik ke bawah-hampir tenggelam. Pria dewasa itu melihat kesulitan Andrea, ada sesuatu yang mengait di kaki jenjang perempuan cantik ini. Mengganggunya bergerak untuk tetap terapung di permukaan.

Secepat mungkin sang pria mengambil udara, lalu menyelam mendekati Andrea. Tengkuk Andrea tertarik, sedikit panik takut terjadi hal yang lebih membahayakan, ia berusaha berteriak namun tidak bisa. Sampai sebuah benda kenyal membungkamnya, mentransfer oksigen lewat pertautan kedua bibir. Masih di bawah air, Andrea bisa melihat dengan sedikit jelas siapa penolongnya. Memanfaatkan pasukan udara yang diterima, Andrea kembali bernafas walau rasanya seperti akan mati.

Pria itu masih menarik-narik tali kecil yang mengait di kakinya, membantu sebisanya, Andrea membuat gerakan-gerakan yang justru membuatnya hampir kehabisan nafas. Matanya melebar dan memukul-mukul lengan pria itu hingga menyadari Andrea yang sudah tidak kuat. Kedua kalinya dengan cara yang sama, Andrea menerima pasokan oksigen lewat bibir lembut seorang pria yang tidak dikenal. Wanita itu diam, berusaha tenang. Jika pun nanti ia tidak selamat, akan ada pria ini yang menemukannya.

Dalam hati, ia terus berdoa dan sesekali melirik pada usaha seorang pria yang tengah membantunya untuk bertahan hidup. Padahal mereka tidak saling mengenal, bagaimana dengan beberapa orang yang dia kenal malah justru tidak sama sekali membantunya.

Ikatan itu terlepas, sang pria sejati merengkuh tubuh Andrea dengan kedua lengannya dan bergerak ke permukaan. Seluruh usaha Andrea kerahkan, kakinya juga ikut bergerak sambil matanya memandangi wajah tanpa sang penolong. Pria dengan cukup banyak bulu halus di sekitar rahangnya yang tegas.

"HAH!!" Andrea berusaha meraup udara sebanyak-banyaknya kala sampai di permukaan. Tidak bisa menutupi, nafasnya terengah-engah dengan wajah penuh kelegaan. Sama halnya raut muka yang pria itu tunjukkan. Andrea langsung melingkarkan lengannya ke leher laki-laki itu dan memeluknya erat sambil mengucapkan, "thank you, you save my life".

Unfinished Love [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang