Bagian 23 : It's Like a Wind That Gently Strokes Me

1.6K 145 0
                                    

"Hyung, apa Jungkook benar baik-baik saja? Kenapa dia belum bangun juga?"

Jung Hyun menoleh sekilas ke arah Taehyung yang bertanya. Wajahnya yang lelah terlihat menyedihkan jika dipandang berlama-lama. Bukan hanya dia, tapi semua orang yang ada di sana.

"Perempuan itu memasukkan obat bius ke dalam infus. Jungkook akan bangun saat efeknya habis." jawab Jung Hyun berusaha tenang meskipun nada suaranya terdengar sangat cemas.

"Ah, ini gila. Bagaimana mungkin perempuan itu bisa masuk ke sini?" gumam Jimin kesal.

Jung Hyun menghela nafasnya. Dia sedang berpikir bahwa seharusnya tidak meninggalkan Jungkook sendirian. Bagaimanapun tidak ada tempat yang benar-benar aman di dunia ini. Jung Hyun menyesali perbuatannya itu.

Untuk selanjutnya paling tidak harus ada satu orang yang menemaninya. Tidak ada yang tahu apa lagi yang bisa terjadi selanjutnya. Jadi seseorang harus memastikan bahwa Jungkook akan baik-baik saja sementara yang lainnya pergi.

"Beristirahatlah, hyung. Kau pasti lelah." ujar Jin kepada Jung Hyun. Semua orang tahu bagaimana perasaan Jung Hyun saat ini. Coba kau bayangkan bagaimana perasaanmu saat menyadari bahwa kau selalu tidak ada saat adikmu terluka dan membutuhkanmu. Itu yang sedang dirasakan Jung Hyun sekarang. Dan karena itu juga dia tidak ingin pergi dari sana sebelum Jungkook bangun. Bagaimanapun Jungkook adalah adiknya dan Jung Hyun akan selalu mencemaskannya.

"Hyung..." Jin kembali bersuara karena Jung Hyun sama sekali tidak merespon.

"Kami akan menjaga Jungkook. Jadi kau tidak perlu cemas, hyung." Namjoon ikut bersuara.

"Ani, aku akan menunggu hingga Jungkook bangun. Aku harus memeriksa kondisinya juga." tolak Jung Hyun.

Mereka hanya bisa menghela nafas mendengar ucapan laki-laki itu. Terkadang Jung Hyun memang sama keras kepalanya seperti Jungkook. Itu membuat mereka yakin jika dua orang itu memang saudara.

Akhirnya mereka diam dan membiarkan Jung Hyun sibuk dengan pikirannya. Sementara yang lain tidak jauh berbeda, tidak ingin bersuara. Jimin dan Taehyung hanya memperhatikan Jungkook yang masih berada di alam bawah sadarnya sementara yang lain duduk di sofa.

"Ya! Kalian belum makan siang, kan?" Jin berkata kepada lima dongsaengnya. Tapi mereka hanya menoleh sekilas sebelum kembali ke aktivitas awal.

"Setidaknya jangan melalaikan diri sendiri. Siapa yang akan menjaga Jungkook jika kalian sakit? Hyung, kau juga harus makan. Siapa yang akan merawat Jungkook jika kau sakit?"

Astaga, Jin dan kecerewetannya mulai datang lagi. Dan karena mereka tidak ingin mendengar ceramah panjang dari laki-laki itu, maka mereka hanya bisa menuruti perkataannya.

Jin segera membuka kantong berisi makanan yang sebelumnya sempat dibeli oleh Jimin dan Taehyung setelah meminta Namjoon untuk membantunya. Sementara yang dimintai bantuan datang dengan setengah hati karena sebenarnya dia tidak ingin melakukannya.

"Kalian berdua cepat kemari!" Jin memanggil Jimin dan Taehyung sembari menyusun makanan di atas meja. Dua maknae itu menoleh tanpa minat. Tapi kemudian Jimin menarik tangan Taehyung untuk melakukan apa yang diperintahkan oleh Jin. Ingat, tidak ada yang ingin rumah sakit ini hancur karena teriakan Jin. Jika itu terjadi, maka Jungkook akan dalam masalah.

"Nah, makanlah dengan baik." seru Jin ketika semuanya sudah mengambil makanan.

"Bagaimana denganmu, hyung?" Jimin menyadari Jika Jin tidak mengambil apapun.

"Haha, aku sedang diet."

Seketika Jin mendapat tatapan horor dari hadirin yang terhormat. Sementara yang ditatap berpura-pura tidak menyadarinya. "Siapa yang akan menceramahi kami untuk menjaga kesehatan jika kau sakit?"

Damn! Mereka membalik ucapanku.

"Kalian menyebalkan."

"Kau jauh lebih menyebalkan."

Jin menghela nafasnya sabar. "Baik, aku menyerah."

"Memang seharusnya kau menyerah."

"Terserah." Jin menekankan kata itu lalu mengambil kaleng soda dan meminumnya. "Setidaknya jangan menyerang ku terus. Aku hyung tertua, lho."  lanjutnya.

"Oh, aku lebih tua darimu. Ambillah beberapa makanan dan makan dengan benar." tiba-tiba Jung Hyun bersuara dan lima orang lainnya kecuali Jin mati-matian menahan tawa. Kalian tahu, kekalahan Jin itu terlihat menggelikan.

"Baik, hyung. Aku mengerti." Jin tersenyum kecut. Salah sendiri kenapa membawa kata hyung tertua dalam pembicaraan. Padahal dia tahu jika ada orang yang lebih tua darinya. Kau harus menyalahkan diri sendiri, Seokjin-ssi.

Tiba-tiba Jung Hyun berdiri. Tentu saja semuanya langsung menoleh ke arahnya secara spontan. Tapi sebelum ada yang menyuarakan responsnya, Jung Hyun terlebih dahulu berjalan dan berhenti di dekat tempat tidur Jungkook.

"Sejak kapan kau bangun?"

"Eh?!" entah mengapa semuanya terkejut.

"Entahlah, hyung. Kembali saja sana!" suara lirih Jungkook membalas dengan kekehan kecil di awal kalimat.

"Haa, itu kalimat pertamamu setelah bangun?" tanya Jung Hyun dengan nada kesal.

Jungkook tersenyum tipis dan mengalihkan pandangannya kepada hyungnya itu. "Ani, kalimat kedua juga." balasnya dengan santai.

Jung Hyun memandang Jungkook dengan tatapan tak percaya. Apa maknae itu baru saja membuat lelucon? Ini tidak lucu terlebih dia mengatakannya setelah tak sadarkan diri selama berjam-jam.

"Terserah." Jung Hyun memilih untuk tidak mendebat dan mencoba memeriksa keadaan Jungkook. Tapi maknae itu menghindar saat Jung Hyun akan meraih pergelangan tangannya. "Jungkook-ah..." Jung Hyun memandang Jungkook dengan wajah kesalnya.

"Kau bisa melakukan itu nanti. Kubilang kembali saja." kata Jungkook sembari menggerakkan dagunya ke arah orang-orang yang masih memperhatikannya.

"Biarkan aku memeriksamu sebentar."

"Ani, nanti saja."

"Jungkook-ah..."

"Andwe." Jungkook kembali menghindar saat Jung Hyun akan meraih pergelangan tangannya.

"Jungkook-ah, berhenti bersikap kekanak-kanakan."

Jungkook menggeleng ribut kemudian menarik selimutnya hingga menutupi seluruh tubuhnya. "Cepat mengalah dan kau bisa semakin cepat melakukan apapun kepadaku, hyung." ujarnya dengan suara tertahan di dalam selimut.

"Ah, dasar keras kepala." Jung Hyun masih sempat menggerutu sebelum berjalan kembali dan duduk di sebelah Jin.

"Kenapa dia, hyung?" tanya Jimin ketika melihat wajah kesal Jung Hyun.

"Aku rasa efek benturan di kepalanya menjadi semakin parah."

"Mwo?"

Jung Hyun memandang orang-orang itu. Dia kemudian menghela nafas setelah menyadari jika mereka percaya begitu saja. Mungkin lelucon yang dikatakan seorang dokter memang akan terdengar mengerikan.

"Tidak, lupakan saja."

"Hyung, cepat selesaikan acara kalian!" ucapan Jungkook mengundang tatapan dari orang-orang yang mendengarnya. "Oh, bisa aku mendapatkan jeruk itu?" lanjutnya setelah memperhatikan barang-barang yang ada di meja.

"Apa boleh?"

Setelah memastikan Jung Hyun mengangguk, Taehyung langsung mengambil sebuah jeruk dan menghampiri Jungkook. "Kau tumben sekali ingin jeruk." ujar Taehyung sembari mengupas kulit jeruk yang dipegangnya.

"Ingin saja." jawab Jungkook dengan senyuman khasnya. Tapi Taehyung yang melihat itu malah menatapnya dengan aneh. "Aku tidak bisa makan sembarangan selama berada di sini. Semua yang akan ku makan sudah ditentukan. Dan aku bosan dengan semuanya." lanjutnya karena menyadari Taehyung terlihat semakin meragukannya.

"Kau berbicara panjang lebar, sedang berbohong?" tanya Taehyung curiga.

Jungkook menggeleng cepat. "Ani."

Dan baiklah, spontanitas Jungkook pasti akan membuat Taehyung tertawa. Jadi Taehyung segera memberikan jeruk yang sudah dikupasnya kepada Jungkook dan kembali bergabung dengan yang lainnya.

Butterfly [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang