Masih lengang—tanpa suara. Ketika Namjoon dan Hoseok masuk ke dalam kamar rawat Jungkook semuanya masih tertidur. Jimin di samping kanan tempat tidur Jungkook sementara Taehyung di sisi lainnya. Lalu Jin yang tertidur di sofa dan Yoongi yang merelakan pahanya untuk dijadikan bantal sementara dia tertidur dalam posisi duduk.
Namjoon dan Hoseok melangkah dengan hati-hati. Mereka bukannya tidak tahu jika empat orang itu pasti baru saja terlelap. Jadi lebih baik jangan mengganggu tidur mereka.
Namjoon berjalan ke arah jendela ruangan lalu menyibak tirai agar cahaya matahari bisa masuk ke dalam ruangan. Sementara Hoseok meletakkan kantong berisi pakaian di atas meja lalu membereskan barang-barang yang berserakan di mana-mana.
"Namjoon-ah." si pemilik nama langsung menoleh ketika menyadari namanya dipanggil. "Kau harus ke agensi, kan?" tanya Hoseok memastikan.
Namjoon terdiam sejenak sebelum kemudian menghela nafas. "Begitulah. Aku harap semuanya baik-baik saja." ujarnya. Hoseok hanya memandangnya dengan tatapan prihatin. Menjadi leader itu menyusahkan.
Namjoon menunduk, memandang si maknae yang masih betah menutup matanya. Tangannya terangkat lalu mengusak rambut maknae itu dengan hati-hati. Jungkook terluka—maksudnya kepalanya terluka cukup parah. Jika dibebat seperti ini pasti terlihat jelas jika itu memang parah. Tapi jika perbannya dilepas dan diganti dengan plester, maka akan tertutup rambutnya. Jika dia belum memotong rambutnya, mungkin bekas lukanya tidak akan terlihat sama sekali.
"Nghh."
Namjoon buru-buru menjauhkan tangannya saat mendengar lenguhan kecil sebelum kemudian Jungkook membuka matanya. Bahkan ketika maknae itu mengerjap bingung lalu menolehkan kepalanya, Namjoon masih terkejut.
"Jungkook-ah, jangan bergerak dulu." kata Hoseok yang kemudian menyadari itu
Mendengar perkataan Hoseok membuat Namjoon langsung tersadar. "Maafkan aku. Apa itu sakit?" tanyanya kepada si maknae.
"A... Apa?"
"Lupakan saja." kata Hoseok lembut. "Jangan bertanya-tanya dulu, Namjoon-ah." lanjutnya kepada Namjoon.
Namjoon hanya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Dia sempat bertingkah bodoh selama beberapa detik yang lalu. Namjoon pikir dia menyentuh luka Jungkook dan membuat maknae itu kesakitan. Ayolah, itu hanya kekhawatirannya.
"Apa yang terjadi? Aku... mengacau lagi?" tanya Jungkook.
"Aniya. Kau tidak perlu memikirkan itu sekarang. Beristirahat saja." jawab Hoseok.
"Tapi..."
"Jungkook-ah..."
Jungkook tidak melanjutkan ucapannya dan malah beralih memandang Jimin yang jelas-jelas baru saja memanggil namanya. Tapi... dia mengigau? Bahkan tertidur tanpa melepaskan tangan Jungkook.
Saat Jungkook menyadari itu, dia merasakan jika tangan kirinya juga digenggam oleh seseorang. Benar saja. Ketika Jungkook menoleh, dia melihat Taehyung dalam posisi yang sama seperti Jimin.
"Hyung..." Bibirnya mengulas senyum tipis. Kemudian pandangannya beralih menuju titik lain di dalam ruangan dan berhenti ketika mendapati Jin dan Yoongi masih tertidur.
"Aku tidak pingsan terlalu lama kan, hyung?" tanya Jungkook.
"Aku yakin jika sembilan belas jam itu sangat lama. Kau tahu kan jika itu sama dengan enam puluh delapan ribu empat ratus detik. Itu angka yang lumayan, lho."
Serentak Jungkook dan Hoseok menoleh dan memandang Namjoon dengan tatapan aneh. Seakan mereka ingin berteriak 'Aku benci matematika karena kau' di depan wajah pemuda itu. "Hyung, aku tidak ingin berpikir." kata Jungkook.
"Aku tidak menyuruhmu untuk berpikir. Justru aku sudah memberitahu jika kau..."
"Hyung."
Dan akhirnya Namjoon diam. Jungkook bisa saja mengusirnya jika Namjoon terlalu berisik. Dia pernah melakukannya saat Jimin dan Taehyung bertengkar dan saling berteriak.
"Jungkook-ah?"
Tiba-tiba Jimin bangun dan terduduk tegak dalam sedetik. Tapi kemudian dia meringis sakit lalu kembali menjatuhkan kepalanya.
"Jimin-ah, ada apa?" tanya Hoseok panik.
"Ah, tidak apa-apa." Jimin kembali mengangkat kepalanya dengan masih sedikit meringis. "Aku bangun terlalu terburu-buru." lanjutnya setelah ringisannya benar-benar menghilang.
"Kau harus berhati-hati, hyung."
Jimin langsung menatap Jungkook dengan tajam. "Kau masih berani mengatakan itu? Astaga, Jungkook-ah. Kau membuat semua orang panik. Apa kau tidak tahu jika aku sangat mencemaskanmu. Bagaimana bisa ini terjadi? Seharusnya kau tidak pergi sendirian. Jika kau ingin keluar, pergilah dengan aku dan Taehyung. Kami akan menunggu lalu mengantarmu sebelum pergi. Aku benar-benar tidak..."
"Jimin-ah, berhenti!" Namjoon segera memotong ucapan Jimin sebelum dia menghabiskan suaranya yang tersisa untuk mengomeli Jungkook.
"Maafkan aku, hyung." sesal Jungkook.
"Ah, aku benar-benar tidak bisa mengatakan apapun."
"Kau baru saja mengomel panjang lebar." komentar Hoseok.
"Hyung, tidak bisakah kau diam sebentar?" Kesal Jimin.
"Aku sejak tadi diam kok."
Baiklah, akhirnya Jimin yang harus menyerah. Tidak ada gunanya melawan Hyungdeul. Jika mereka tidak sengaja mengalah, maka Jimin tidak akan bisa melakukan apa-apa. "Sudah menghubungi Jung hyung?" tanyanya kemudian.
"Ah... Jung hyung tidak ada di sini, ya?" meskipun nada yang digunakan sangat terdengar biasa, tapi matanya mengatakan jika Jungkook kecewa ketika mengetahui itu.
"Tadi kami berpapasan dengannya. Dia baru saja keluar dan berkata jika ada pasien darurat." kata Namjoon. Awalnya Jungkook memandangnya dengan tatapan tak percaya. Tapi setelah tak menemukan jejak kebohongan di sana, akhirnya Jungkook percaya.
Setelah meyakinkan dirinya untuk melupakan Jung Hyun, Jungkook menoleh ke arah Jimin. "Kau tidak cukup tidur kan, hyung? Matamu merah." ujarnya.
"Entahlah. Tapi rasanya aku memang baru tertidur." jawab Jimin. "Aku akan membasuh wajah terlebih dahulu." lanjutnya sembari bangkit dari duduknya lalu berbalik hendak pergi. Tapi tiba-tiba dia kembali dan menunduk. Jungkook diam, bersiap mendengarkan Jimin yang sepertinya akan membisikkan sesuatu kepadanya. "Cepat sembuh, Kookie."
"Eh?!"
Jungkook membeku tepat setelah Jimin mencium—tidak. Hanya menempelkan ujung hidungnya di atas perban yang membebat luka di kepalanya. Meskipun begitu tetap saja itu terlalu mengejutkan hingga maknae itu bingung harus merespon bagaimana. Tapi alih-alih merasa bersalah atau setidaknya meminta maaf karena membuatnya terkejut, Jimin justru tersenyum jahil lalu langsung pergi begitu saja.
"Wah, apa barusan itu?" Hoseok bertanya lamat-lamat. Nyatanya dia dan Namjoon juga sempat terpaku saat melihat Jimin melakukan itu. Ini terlalu... entah kata apa yang mampu mendefinisikannya.
"Apa yang baru saja aku saksikan?" Namjoon ikut-ikutan linglung. Dia dan Hoseok saling berpandangan lalu menoleh menatap Jungkook yang masih tidak bisa bereaksi. Maknae itu hanya mengerjap linglung hingga beberapa saat berlalu.
"Ya! Apa yang kau lakukan, hyung?!" Jungkook berteriak kencang hingga membuat tiga orang yang masih terlelap bangun dengan terkejut. Tapi Jungkook sama sekali tidak peduli dan malah menggerutu tidak jelas atas apa yang dilakukan Jimin kepadanya. "Jimin hyung gila! Kau gila, hyung!"
"Jungkook-ah, kau baik-baik saja kan? Astaga! Apa yang dilakukan Jimin kepadanya?"
Hoseok dan Namjoon kembali berpandangan. Semuanya langsung ribut setelah Jungkook berteriak. Ini semua karena Jimin. Dasar Jimin sialan.
![](https://img.wattpad.com/cover/214835967-288-k442488.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Butterfly [END]
Fanfiction[방탄소년던 x 전정국] "Jika aku melepaskanmu, kau akan terbang jauh dan hancur." Tidak. Bahkan jika pun kau tak melepaskannya, dia bisa saja benar-benar hancur di depan matamu.