Memandang kesal langit mendung yang telah muncul sejak pagi-pagi sekali, Jimin terus menggerutu seolah sedang menyalahkan cuaca yang nampak buruk di matanya. Sedari tadi dirinya tak berhenti bolak-balik untuk melihat perkembangan cuaca di luar padahal member lain sedang sibuk dengan stylist-nya masing-masing.
Bosan melihat aktivitas tak bermanfaat salah satu dongsaengnya itu, Jin menegur Jimin untuk diam dan membiarkan stylist-nya bekerja. Mereka sudah tidak bisa menunda pekerjaan lagi atau jadwal kedepannya akan semakin padat. Si member tertua mencoba menjelaskannya kepada Jimin, tapi sepertinya sama sekali tidak berarti untuk dongsaengnya itu. Bahkan Jungkook yang sedang mengotak-atik snow globe yang dibuatnya semalam langsung menoleh untuk memperhatikan sejenak pertikaian itu.
Ketika Taehyung menarik paksa laki-laki yang umurnya terpaut dua bulan darinya itu untuk duduk dengan tenang, barulah Jimin menyerah. Tapi meskipun dia akhirnya mendudukkan diri untuk segera bersiap-siap, dirinya masih menampilkan raut tak senang yang begitu kentara.
"Jungkookie!" Jimin berteriak memanggil Jungkook―karena bayangannya tertangkap cermin yang ada di depan Jimin―sembari menolehkan kepalanya, sama sekali tidak peduli kepada make up artist yang kesusahan karena ulahnya. Tapi meskipun begitu dia kemudian meminta maaf karena spontan melakukannya sambil menunjukkan aegyo andalannya.
"Ada apa, hyung?" tanya Jungkook, mengalihkan perhatian Jimin yang sedang sibuk meminta maaf.
"Kau sudah merasa lebih baik? Jangan memaksakan diri, aku takut terjadi sesuatu yang buruk. Di luar juga sangat dingin. Dari tadi kuperhatikan hujan tidak berhenti."
Mendengar apa yang diucapkan Jimin, si maknae langsung tersenyum evil. "Kau mengkhawatirkan aku, hyung?"
"Tentu saja, bodoh."
Jungkook terdiam seketika, tidak pernah menduga jika hyungnya itu akan begitu blak-blakan bahkan saat tahu jika Jungkook hanya ingin menggodanya. Ah, dia kan memang selalu seperti itu. Seharusnya Jungkook sudah tahu. Mengusili Jimin di saat seperti ini tidak pernah seru dan Jungkook membenci itu.
"Aku sudah lebih baik kok. Berkeliaran sepanjang hari juga tidak akan membuatku sakit." ujar Jungkook.
Bukannya menanggapi ucapan si maknae, Jimin malah berbalik ke arah seorang staff dan bertanya, "Apa saja yang akan kita lakukan nanti? Itu tidak akan menjadi seharian penuh, kan?"
Tapi sayangnya Jimin harus menelan kekecewaan karena staff itu mengatakan ada banyak kegiatan dari jadwal yang tertunda, jadi mereka harus melakukannya dan itu akan lebih padat dari pada jadwal yang seharusnya.
"Ya, Jungkook-ah. Berjanji kepadaku, jangan macam-macam dan berhenti jika kau lelah. Arrachi?"
Maknae itu mengangguk saja. Tidak ada gunanya bermain-main dengan Jimin jika dia saja sudah berucap dengan nada serius seperti itu. Tapi meskipun dia terlihat menyetujui apa yang hyungnya itu katakan, sebenarnya Jungkook tidak bisa menjamin bahwa dirinya akan diam. Ada banyak hal yang ingin dipotretnya. Bahkan sekarang ini dia sudah membawa kamera miliknya untuk merekam berbagai kegiatan. Sayang sekali di luar hujan. Jika tidak, maka maknae itu bisa menggunakan kameranya dengan lebih leluasa.
"Yeorobun, ayo berangkat sekarang."
Serentak Jimin dan Jungkook menoleh ke arah sumber suara. Member lain juga sudah siap untuk berangkat. Jadi Jungkook kembali menoleh ke arah Jimin sembari berkata, "Aku akan bersiap-siap, hyung." lalu meninggalkan Jimin yang masih harus membiarkan stylist mengotak-atik rambutnya.
Tak lama kemudian si maknae bergabung member lain yang sudah menunggu dengan disusul oleh Jimin. Setelah semuanya lengkap barulah mereka menuju ke Downtown Helsinki sebagai spot pemotretan pertama. Karena hujan―meskipun tidak deras―masing-masing member diberi sebuah payung untuk melindungi diri dari air.
Jungkook sudah menghilang dengan kameranya. Dirinya akan membuat teaser untuk video winter package sekaligus bagian dari Golden Closet Film miliknya. Seorang staff dan juru kamera memang mengikutinya, tapi Jungkook nampak lebih fokus pada pemandangan yang ada di hadapannya. Semua rasa sakitnya seolah menguap karena disuguhkan objek-objek menarik yang terlalu sayang untuk dilewatkan.
Setelah puas dengan awan, langit, hujan, dan pepohonan, Jungkook mencari beberapa member untuk direkam. Dirinya tersenyum lebar ketika bertemu dengan Hoseok lalu menunjukkan hasil jepretannya kepada hyungnya itu.
"Kau mengambil banyak foto. Berkeliling sedari tadi?" tanya Hoseok setelah mengamati foto dan beberapa video yang ditunjukkan Jungkook.
"Begitulah." jawab Jungkook enteng, total tidak menyadari raut cemas Hoseok ketika mendengar jawabannya. Hoseok akan mengatakan sesuatu―setidaknya menasehati maknae itu agar tidak terlalu bersemangat dan mengabaikan fakta bahwa dirinya masih sakit―tapi Jungkook terlebih dahulu menujukan perhatiannya kepada objek lain.
"Eoh, Namjoon hyung." serunya dengan semangat. Jungkook menoleh ke arah Hoseok dan berkata, "Aku akan merekam Namjoon hyung dulu." lalu bergegas meninggalkan Hoseok sebelum hyungnya itu sempat mengatakan apapun.
Setelah itu Jungkook benar-benar sibuk dengan kameranya. Setelah pemotretan group dirinya kembali megikuti member lain untuk mengambil shoot. Jika diperhatikan malah dia yang paling sibuk di antara member lain. Tapi meskipun semuanya mencemaskan maknae itu, Jungkook tetap bersemangat.
Ketika semuanya telah selesai dengan pemotretan di spot pertama pun Jungkook kembali sibuk dengan objek-objek yang menarik baginya. Ketika staff dan para hyungnya bersiap-siap untuk kembali ke penginapan Jungkook masih membidik objek dari belakang lensa kamera.
"Jungkook-ah, ayo kembali!" Namjoon memanggil Jungkook yang sengaja memisahkan diri untuk mengambil lebih banyak foto.
Mendengar namanya dipanggil Jungkook spontan menoleh. Karena menyadari bahwa semuanya sudah siap untuk pergi akhirnya Jungkook bergegas kembali ke rombongan.
Maknae itu sudah cukup dekat dengan tempat member lain ketika tiba-tiba langkahnya terhenti bersamaan dengan pening yang menghantam kepalanya. Ingin menggapai sesuatu untuk membantunya mempertahankan keseimbangan tapi tubuhnya telah limbung terlebih dahulu.
"Ya! Hati-hati."
Taehyung yang berada paling dekat dengannya langsung menahannya sebelum maknae itu benar-benar jatuh. Tak butuh waktu lama untuk membuat keenamnya panik. Mereka langsung mengerubungi Jungkook sebelum kemudian sadar jika itu malah membuat maknae itu semakin tidak leluasa dan akhirnya mereka sedikit-benar-benar sedikit-menjauh.
"Gwenchanayo. Aku hanya pusing." Jungkook bersuara, mencoba mengusir kekhawatiran para hyungnya. Sebenarnya keenam orang itu tidak berniat percaya. Tapi melihat maknae itu tersenyum dan rona pucatnya yang memang sudah tidak terlalu kentara, akhirnya mereka memilih untuk tidak membahas itu lagi.
"Ya sudah. Ayo kita kembali saja. Kau istirahat setelah ini, oke?"
Jungkook mengangguk kemudian berjalan untuk kembali ke penginapan dengan dibantu Taehyung dan Jimin. Memang Jungkook tidak berniat untuk menolak karena matanya masih bisa melihat putaran memusingkan yang pasti akan membuatnya ambruk lagi jika tidak dituntun. Dari pada membuat enam hyungnya panik lebih baik menjaga dirinya agar tidak terlihat terlalu lemah, kan? Setidaknya itulah yang dipikirkan Jungkook.
KAMU SEDANG MEMBACA
Butterfly [END]
Fanfic[방탄소년던 x 전정국] "Jika aku melepaskanmu, kau akan terbang jauh dan hancur." Tidak. Bahkan jika pun kau tak melepaskannya, dia bisa saja benar-benar hancur di depan matamu.