Bagian 25 : You're There But For Some Reason I Can't Reach You

1.6K 136 0
                                    

Ada banyak hal yang sulit untuk dimiliki di dunia ini. Meskipun begitu semua orang selalu ingin memiliki terlalu banyak hal. Kebutuhan manusia itu tidak terbatas, sedangkan alat pemuas kebutuhan manusia sangat terbatas. Pernah mendengar pernyataan seperti itu, kan? Jika kau pernah belajar ekonomi, maka seharusnya kau tahu.

Karena alat pemuas kebutuhan manusia sangat terbatas, maka manusia selalu berlomba-lomba untuk memilikinya. Bahkan jikapun harus dengan cara yang salah. Tapi bukankah terdengar tidak benar jika disebut alat pemuas kebutuhan? Akan lebih cocok disebut dengan keinginan semata, kan?

Pada kenyataannya memang begitu. Di dunia ini ada banyak orang yang menghalalkan berbagai cara untuk mencapai tujuannya. Terkadang hal-hal yang dilakukan orang-orang semacam itu akan merugikan orang lain.

Obsesi. Mungkin seseorang pernah menginginkan sesuatu hingga terlalu terobsesi pada hal tersebut. Itulah yang membuat orang tersebut akan melakukan berbagai cara untuk memilikinya. Tapi meskipun begitu, terkadang meski hal yang kau inginkan ada di hadapanmu, untuk beberapa alasan itu tidak bisa kau raih.

Tapi bagaimana jika seseorang tidak mengetahui apa keinginannya bagi diri sendiri? Bagaimana jika seseorang tidak memiliki tujuan yang pasti? Pasalnya itu yang Jungkook rasakan saat ini.

Sejauh yang Jungkook pikirkan, dia hanya ingin selalu tampil baik di depan banyak orang. Hanya ingin agar tidak ada yang kecewa atau sedih karenanya. Tapi bukankah itu bukan untuk dirinya sendiri? Ketika memikirkan itu Jungkook hanya menyebut orang lain dalam keinginannya. Lalu bagaimana dengan dirinya? Apakah dua keinginan kecilnya itu bisa membuatnya bahagia? Rasanya tidak. Itu hanya bisa membuatnya tidak mencemaskan terlalu banyak hal.

Terkadang Jungkook memutar otak untuk menemukan tujuannya. Menjadi idol dan dicintai begitu banyak orang? Itu terdengar menyenangkan, tapi juga menakutkan di saat yang bersamaan. Jadi Jungkook tidak pernah ingin menganggap itu sebagai sebuah tujuan.

Kehidupannya sekarang begitu menakutkan. Jungkook memang akan tertawa dengan para hyung nya. Tapi di satu saat dia ketakutan karena banyak hal. Dia bukannya tidak tahu jika banyak orang yang tidak menyukainya. Tentu Jungkook bersyukur karena memiliki ribuan ARMY di seluruh dunia. Tapi di antara jutaan manusia masih ada beberapa orang yang membencinya atau malah terlalu terobsesi kepadanya.

Jungkook ingin tidak peduli, tapi dia selalu menemukan banyak postingan yang secara tidak langsung melukai perasaannya. Lupakan saja. Jungkook tidak pernah ingin mengungkitnya.

Sejak awal debut memang banyak orang yang membenci Bangtan, membenci Jungkook dengan banyak alasan. Saat awal debut orang-orang mempermasalahkan banyaknya part yang diambil oleh Jungkook, seakan-akan dia yang paling mendominasi. Padahal itu adalah keputusan produser dan Jungkook hanya mengikutinya.

Produser juga memiliki alasan mengapa memberikan banyak part kepada Jungkook. Tapi apa penjelasan itu membuat haters berhenti? Rasanya tidak. Jadi Jungkook hanya bisa menangis saat membaca semua ujaran kebencian yang mereka posting saat tidak ada seorang pun yang melihatnya. Padahal Jungkook selalu berusaha keras untuk meningkatkan kemampuannya. Tapi tidak ada yang mau mengetahui itu dan malah sibuk dengan hal yang jelas-jelas bukan salahnya.

Bolehkah Jungkook menunjukkan rasa lelahnya? Tapi dia tidak ingin siapapun mencemaskan dirinya. Jungkook selalu berpikir biar dia saja yang kecewa, orang lain tidak perlu merasakannya. Tapi kenapa itu terasa begitu melelahkan?

Jungkook menghela nafas. Menolehkan kepalanya keluar jendela lalu kembali terdiam. Jimin dan Taehyung masih mendebatkan banyak hal. Tapi Jungkook sama sekali tidak ingin tahu dan lebih memilih untuk diam sambil melamun-tidak, berpikir.

Musim gugur akan segera berakhir dan musim dingin akan segera menggantikan eksistensinya. Ah, seharusnya tanggal dua belas nanti mereka berangkat ke Finlandia. Pemotretan untuk winter package. Biasanya mereka akan melakukannya di musim panas. Tentu saja namanya bukan winter package, melainkan summer package. Tapi BigHit menggantinya dengan winter package.

Tiga hari lagi. Aku harus sembuh dengan cepat.

Seingat Jungkook BigHit belum mengumumkan pengunduran jadwal atau apa. Jadi selama BigHit belum melakukannya, Jungkook ingin sebisa mungkin tidak mengacaukannya. Mungkin semuanya terlalu sibuk mengurus comeback hingga tidak menyadari jadwal winter package. Tentu itu hanya asumsi spontan Jungkook saja.

"Jungkook-ah, bukankah lebih baik kita memesan Burger?"

Maknae itu menoleh ketika mendengar Taehyung menyebut namanya. Tapi hingga sekian detik dia hanya menatap dua hyungnya dengan bingung. Dia bahkan tidak mendengarkan perdebatan mereka berdua sejak tadi. Jungkook sama sekali tidak tahu, jadi dia harus menjawab apa sekarang?

"Cukup katakan kau tidak ingin burger, Jungkook-ah." saat Jungkook akan bertanya apa yang merek bicarakan, Jimin terlebih dahulu bersuara.

"Ya, Jimin-ssi! Kau lebih tua dariku, jadi tolong mengalah." kata Taehyung.

"Mwo?! Aku hanya dua bulan lebih tua darimu. Umur kita bahkan sama. Dan kau ingin menyerang ku dengan umur?" Jimin membalas dengan nada tak terima.

"Siapa bilang umur kita sama? Aku masih dua puluh tiga sementara kau dua puluh empat tahun. Apa kau lupa?"

Jimin baru akan membalas tapi kemudian menyadari jika perkataan Taehyung memang benar. Taehyung baru berulangtahun pada akhir Desember. Tapi itu tidak bisa dijadikan alasan, kan?

"Hyung, kalian membicarakan apa sih?" tanya Jungkook kepada kedua hyungnya yang mendadak hening.

"Aku berpikir jika kita harus membeli makanan untuk hyungdeul. Nanti mereka pasti kemari. Tapi hyungmu ini selalu menyarankan makanan yang aneh-aneh." kata Jimin menjawab pertanyaan dari Jungkook.

"Ya! Apa menurutmu burger itu aneh?" tanya Taehyung tak terima.

"Aneh jika kau yang menyebutnya." balas Jimin.

Jungkook menggeleng-gelengkan kepalanya, tak habis pikir dengan dua hyungnya itu. Mereka memperdebatkan hal-hal kecil seperti itu dalam waktu yang lama.

"Jadi bagaimana menurutmu, Jungkook-ah?"

Jungkook yang akan kembali melamun langsung menoleh kembali ke arah dua hyungnya itu. Jungkook pikir mereka sudah tidak memerlukan saran darinya lagi, tapi ternyata masih menanyakannya.

"Entahlah, terserah saja. Belikan untukku juga." jawab Jungkook.

"Baiklah." Jimin menekan sesuatu di layar ponselnya. "Aku rasa bubur di dekat sini enak. Kau setuju kan, Tae?"

"Ya, aku pernah membelinya. Itu memang enak."

Apa?! Jungkook mendadak tak bisa berkata-kata mendengar obrolan mereka. Hanya karena dia berkata 'belikan untukku juga' dan keduanya langsung mengubah makanan yang akan dibeli. Jungkook tidak percaya ini. Mereka berdua benar-benar tidak ingin Jungkook memakan apapun selain bubur. Terkadang Jungkook kesal karena hal itu.

"Baiklah, sudah kupesan." Jimin melempar ponselnya asal dan hebatnya mendarat dengan mulus di atas sofa. Jungkook melotot. Hyungnya itu benar-benar ingin menghancurkan semua barang miliknya seperti Namjoon, ya?

"Bukankah seharusnya hyungdeul akan segera datang, Tae?" tanya Jimin.

"Oh, mereka sudah di loby." jawab Taehyung setelah membaca pesan singkat yang dikirim Namjoon kepadanya.

Aku melirik jam dinding dan hanya bisa menghela nafas saat melihat angka yang tertera di sana. Apa staff memperbolehkan mereka pergi dari agensi di jam seperti ini? Maksudku ini masih jam satu siang.

Hyungdeul benar-benar gila.

Butterfly [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang