PERSONA : 2

208 19 2
                                    

"People need to put a filter in their lives

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"People need to put a filter in their lives."

***

Aku cukup banyak tertawa hari ini.

Bermain bersama teman-temanku, menonton pertandingan basket yang dipimpin oleh Saka sebagai kaptennya, dan berjalan beriringan bersama Saka, Kintan dan Devan sambil mampir ke tempat tongkrongan rutin kita.

Banyak terjadi momen bagus hari ini. Aku harus mencatatnya di dalam buku kecilku. Buku kecil yang menjadi temanku saat di rumah. Dia yang selalu mendengarkan segala keluh kesah dan momen penting di dalam hidupku.

Mengeluarkan buku kecil tersebut, aku mulai menulis satu per satu huruf di atas kertas putih. Membentuk sebuah kalimat panjang yang mewakili perasaanku.

"Na, nanti dulu nulisnya. Ayo main!"

Devan mengalihkan pandanganku dengan benda yang disusunnya sedari tadi. Sebuah permainan mempertahankan menara agar tidak jatuh. Jenga namanya.

"Nanti yang jatuhin, dapet hukuman."

"Hukumannya?" Saka bertanya. Devan mulai tersenyum.

Kintan mengambil mangkuk yang berisi sambal di dalamnya. "Makan satu sendok makan sambel ini, gimana?"

"Gak!" tiba-tiba Saka berteriak. "Nana kan nggak bisa makan pedes. Lo semua tau itu."

Aku cukup tertegun dengannya. "Nggak pa-pa. Sekalian gue belajar biar kalian nggak kesusahan kalo cari tempat makan bareng gue."

"Lo serius, Na?"

Ingin tertawa saja rasanya melihat wajah khawatir Saka. Pria ini memang banyak mengaturku. "Serius lah, Sa."

"OKE!" kami semua terkejut ketika Devan sialan ini berteriak kencang. Membuat para pengunjung cafe ini menoleh ke arah kami sambil menatap aneh.

"Suara lu anjir, Dev!" tangan Kintan memukul lengan Devan. Lelaki itu hanya meringis kecil.

"Oke, kita mulai!"

Kami memulai game sialan ini. Urutan pertama adalah Saka, Kintan, Devan dan aku. Main aman, Saka menarik balok paling atas. Dan semua meneriaki Saka karena dia bermain curang.

Dan Kintan malah menarik balok yang ada di tengah-tengah. Dan tumpukkan balok tersebut mulai bergoyang. Suasana menjadi tegang ketika Kintan ragu-ragu menarik baloknya dan berhasil keluar dan tentunya tumpukkan balok itu menjadi sedikit miring.

Kini giliran Devan. Lelaki itu tersenyum dan mengambil balok yang ada di barisan bawah. Menarik balok dengan sangat hati-hati dan berhasil. Lagi-lagi, tumpukkan baloknya makin terlihat miring.

Oke, giliranku sekarang. Cukup cemas karena melihat tumpukkannya mulai miring, aku mencari jalan aman. Ketika aku akan mengambil balok di barisan atas, Devan menahan tanganku.

PERSONATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang