PERSONA : 4

154 14 4
                                    

"Dengarkan suara hati, jangan dengarkan suara pikiranmu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Dengarkan suara hati, jangan dengarkan suara pikiranmu."

***

Kamu nggak akan bisa menghadapi ini..

Ayo, kita pergi saja dari dunia ini.

Kamu muak kan dengan mereka? Dengarkan aku, ikuti aku.

Berdiam diri sambil menatap kosong ke arah depan, ntah apa yang pikiranku katakan, aku tidak bisa melawan mereka. Mereka selalu hadir, sebagai provokator hidupku. Aku tidak bisa menghindari mereka.

"ANJING!! DIEM LO BERISIK!!"

"LO YANG DIEM! MABUK-MABUKAN MULU, MAIN SAMA CEWEK KAN LO?!"

"BANGSAT!"

Pyaaar!

Aku menutup telingaku. Ini terlalu bising!

Tanpa sadar, air mataku keluar dari persembunyiannya. Membasahi pipiku yang memerah karena menahan amarah yang tidak dapat ku luapkan. Aku menangis, menangis karena ketakutan, tidak sanggup untuk menghadapi ini semua.

Duduk di depan meja riasku, aku membuka isi laci, mengeluarkan sebuah cutter yang kusimpan disana. Menatapnya dengan pikiranku yang terus saja berteriak memprovokasi.

Mengulurkan tangan kiriku, aku menggerakkan cutter tersebut untuk menari di kulit tanganku. Meluapkan rasa sakit dan ketakutanku lewat cutter ini.

Sakit? Tentu saja.

Tapi, sensasi ini, benar-benar membuatku lega.

Bagus, lo harus lakuin itu tiap lo ngerasa ketakutan.

Gimana? Lega kan?

Ya, sangat lega.

Teriakan itu perlahan mulai menghilang. Cucuran darah yang menetes dari tanganku mulai mengotori lantai. Aku membiarkan itu.

Tidak ada yang lebih sakit dari penderitaan yang kualami saat ini. Aku tidak tahu kapan ini akan berakhir.

Mulai merasa tanganku sangat perih, segera aku berlari ke kamar mandi dan membersihkan luka ini. Oh tidak, bekasnya sangat kontras.

Terus menggosoknya dengan tanganku yang satunya, tetap saja bekas itu tidak akan hilang. Huft, goresan ini bertambah lagi.

Menunduk, aku duduk di dekat bathub. Menyenderkan badanku dan merenungkan apa yang terjadi.

Kemudian, aku tertawa.

"Lucu banget hidup gue."

Iya, gue sampe ketawa liat idup lo kayak gini. Mending ikut gue yuk, ke tempat yang bener-bener tenang.

"Dimana?"

Di langit. Nanti gue tunjukkin rumah baru lo.

Tunggu,

PERSONATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang