"Lucu ketika seseorang membencimu karena merasa tersaingi."
***
Hari itu, yang terasa berbeda.
Hari ini, mungkin bukan hari keberuntunganku. Dewi Fortuna tidak selalu berpihak denganku.Rambutku basah. Seragamku juga. Dan para gadis di depanku, yang sedang tertawa sambil melipat tangan mereka, menatapku dengan wajah remehnya.
Aku tidak tahu apa kesalahanku, tiba-tiba saja aku ditarik oleh mereka ke kamar mandi belakang sekolah. Kamar mandi yang ditakuti oleh hampir seluruh penghuni sekolahku.
"Lo jangan ganggu Saka sama Mirah, deh."
Mereka temannya Mirah. Aku cukup terkejut, bagaimana seorang Mirah yang memiliki hati bak kapas, dan malah berteman dengan mereka yang bermuka dua ini?
"Jangan caper juga!" gadis berwajah oriental ini menoyor kepalaku. Dia berbicara dengan aksennya yang sedikit ke-korea-an.
Aku menunduk, memilih untuk tidak membalas mereka daripada keadaannya makin buruk. Membiarkan mereka melontarkan kata-kata semau mereka. Menindasku dengan cara seperti ini tidak akan membuatku jera.
"Sampai kapan sih lo jadi parasitnya Saka?"
Parasit?
"Nempel mulu. Tau nggak sih, lo itu bebanin hidup Saka?"
Kepalaku mulai pusing. Badanku menggigil, memoriku kembali memutar kejadian masa lalu yang menyakitkan.
Bayangan Papa yang mengguyur tubuhku dengan air dingin waktu itu mulai memenuhi pandanganku. Aku ketakutan, menyeret badanku untuk mundur dan menjauhi bayangan itu.
Membawa tanganku untuk menutupi wajahku, aku benar-benar ketakutan. Aku berteriak, sangat kencang hingga membuat para gadis itu mundur selangkah. Menatapku semakin aneh.
"Pergi aja, dih. Kesurupan dia,"
Aku bersembunyi di bawah wastafel. Memeluk diriku sendiri, berusaha mengusir ketakutan yang menyelimuti diriku saat ini.
Menggigil, badanku sudah seperti direndam es. Kondisiku memang sedang tidak fit hari ini.
Jangan nangis, Nana. Kamu kuat.
Aku mengusap lenganku sendiri. Mengatur deru napasku berulang kali agar aku bisa tenang. "Gak apa-apa, Nana. Nggak apa-apa."
Melirik ke atas agar air mataku tidak jadi keluar, kemudian berusaha berdiri. Menatap diriku sendiri di depan cermin.
Rambutku basah, seragamku juga basah hingga memperlihatkan kaus dalam yang kupakai. Dan riasanku, luntur kemana-mana.
Mascara tipis yang kupakai untuk menutupi kesayuan mataku ini sudah luntur. Membekas di kantung mataku. Membuat wajahku terlihat makin seram.
KAMU SEDANG MEMBACA
PERSONA
Teen Fiction[❗️DIMOHON UNTUK TIDAK TERPENGARUH/MENIRU ADEGAN DI DALAM CERITA INI❗️] ➖➖➖➖➖ PERSONA. Sebuah arti dari sisi kepribadian dari seseorang. Sebuah topeng yang ditampilkan di depan publik jika kita ingin dianggap 'ada' oleh orang-orang. Sebuah sisi yan...