PERSONA : 9

199 15 1
                                    

"The bravest thing I ever did was continuing my life when I wanted to die

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"The bravest thing I ever did was continuing my life when I wanted to die.."

***

Angin malam membuat rambutku berterbangan.

Aku mendengarkan suara Saka yang bercerita sepanjang jalan. Memecah kesepian ditengah jalan malam yang kami lewati. Sesekali aku tertawa saat mendengar cerita konyol yang selalu ia bawakan.

"Bisa-bisanya lo jailin dia, Sa."

Dia tertawa. "Serius, anjir. Lagian dia polos banget gue suruh apa-apa malah mau."

Saka bercerita tentang teman yang ia kenal dari kelas di sebelah kami. Dari ceritanya, si teman itu seperti anak yang polos dan penurut. Bisa dibilang anak cupu yang kurang pergaulan.

"Oh iya, Na. Gue mau cerita lagi. Tapi mampir dulu ya? Sambil nge-teh sebentar."

"Iya. Mau dimana?"

"Mm.." dia memutar stir motornya ke kiri dan menemukan sebuah warung kecil yang masih buka. "Disitu aja, ya?"

Aku mengangguk, anggukanku cukup terasa karena aku menempelkan kepalaku di bahunya. Setelah Saka berhenti, aku segera turun agar dia bisa memarkirkan motornya di tempat yang aman.

"Bu, teh angetnya dua ya!" Saka duduk terlebih dahulu di sebuah kursi panjang yang terbuat dari kayu. "Sini, Na."

Menurut kepadanya, aku duduk di dekatnya. Mengambil gorengan yang tersedia, mumpung masih hangat.

"Tadi gimana acara lo sama Mirah?"

Tiba-tiba, Saka menghentikan kunyahannya. Lelaki ini menatapku, dan wajahnya kini berubah terlihat sangat antusias untuk menceritakan sesuatu padaku.

"Tadi gue ajak dia main di Timezone. Lucu banget dia kalah terus kalo mainan sama gue. Beda kalo sama lo, malah gue yang kalah terus."

Aku dan Saka dahulu memang sering bermain ke Timezone disaat kami memiliki waktu luang. Dan setiap permainan yang mengharuskan aku bersaing dengan Saka, aku selalu menjadi juaranya.

Kenangan yang cukup menyenangkan bagiku.

"Terus-terus?"

"Yaa.. abis itu gue nonton."

"Film horor?"

"Oiya dooong!" dia menaikkan kerah kemejanya. Seperti tengah menyombongkan diri. "Biar gue bisa gitu tuh.." ujarnya sambil memainkan alis.

Aku melotot dan memukul lengannya. "Mesum lo!"

"Ini tehnya, dek." Tiba-tiba, seorang ibu-ibu yang merupakan penjaga warung ini datang sambil menyuguhkan teh hangat pesanan kami tadi.

"Makasih, bu." Aku mengambilnya dan meletakkannya di meja. "Sa,"

"Apa, Na?"

Aku menyeruput sedikit tehku yang masih panas, "Lo beneran serius deketin Mirah?"

PERSONATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang