[❗️DIMOHON UNTUK TIDAK TERPENGARUH/MENIRU ADEGAN DI DALAM CERITA INI❗️]
➖➖➖➖➖
PERSONA.
Sebuah arti dari sisi kepribadian dari seseorang.
Sebuah topeng yang ditampilkan di depan publik jika kita ingin dianggap 'ada' oleh orang-orang.
Sebuah sisi yan...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Antara menghabiskan waktu bersama orang yang kalian sukai atau menghabiskan waktu bersama sahabatmu, manakah yang kalian utamakan?"
***
Rencana kita batal.
Aku cukup kecewa dengan Saka hari ini. Tahukah kalian berapa lama aku menunggu Saka di hari itu?
Sangat lama hingga waktu hampir menginjak sore hari. Dan aku dengan bodohnya masih menunggu Saka di halte, sendirian. Bahkan hampir saja aku digoda oleh lelaki berandal di sekolahku yang memintaku untuk pulang bersamanya.
Sangat menjengkelkan.
"Ini pesanannya. Semoga hari kalian menyenangkan!"
Malam harinya, sesuai permintaan Mama, aku bekerja di cafe miliknya. Membantu para karyawan disini yang hampir semuanya laki-laki. Aku hanya kenal dengan satu orang disini. Mungkin karena aku jarang mengunjungi cafe ini.
Koko Joan, pekerja paruh waktu disini. Aku sudah cukup lama mengenalnya. Dimulai saat aku mengunjungi cafe ini pertama kali, dan itu aku tengah belajar untuk menempuh ujian akhir sewaktu SMP. Ko Joan itu pintar sekali. Bahkan aku cukup kagum saat dia memecahkan beberapa soalku dengan teori yang diluar kepala.
"Heh,"
Panjang umurnya. Baru saja kita membicarakan tentang Ko Joan, dia sudah ada disampingku. Lelaki keturunan china ini menyenggol lenganku dengan senyuman khasnya.
"Panjang umur, Ko."
"Lah, kok?"
"Iya, aku abis mikirin Koko."
Oh iya, for your information, Koko adalah sebutan untuk kakak laki-laki. Berhubung dia keturunan China, jadi aku memanggilnya Koko.
"Gimana kuliahnya Ko? Tugas masih numpuk?"
"Gila sih, masih, Na. Koko sampai bingung mau ngerjain yang mana karena saking banyaknya."
Aku terkekeh, melayangkan tanganku untuk menepuk bahu lebarnya. "Sabar ya, anak kuliahan."
"Yeee, nanti juga kamu ngerasain yang Koko rasain."
Aku suka sekali mengobrol dengan Ko Joan. Dia sudah seperti kakakku sendiri karena apapun keluh kesahku, dia selalu mendengarkan dan membantuku.
"Kenapa tiba-tiba Tante Rani nyuruh kamu kerja disini? Kamu nakal di rumah?"
Aku membulatkan mataku. "Mana ada! Aku juga nggak tau kenapa Mama nyuruh aku kerja disini." Aku berbohong padanya.
Ko Joan mengernyit. Dia sangat pandai membaca raut wajah seseorang. "Bohong ya, kamu?"
"Nggaakk!" aku menggeleng dengan cepat.
"Hm," Ko Joan menatapku dengan tatapan menyelidik. "Yaudah kalo nggak mau bilang."
"Btw," Ko Joan bersuara lagi. "Kamu tadi nggak pulang ke rumah dulu? Tadi loker kamu nggak kekunci, terus baju sekolah kamu jatuh. Tapi udah Koko rapihin dan kunciin loker kamu."