Adelia memegang kameranya, gadis itu berdiri kaku didekat mading sekolah yang riuh. Siswa kelas 12 dari 9 lokal dengan 3 jurusan itu menampilkan ekspresi yang keseluruhannya sama. Harap-harap cemas.
Hari ini, adalah hari yang bersejarah bagi mereka. Hari kelulusan yang paling dinanti setelah jatuh bangun menghadapi ujian nasional beberapa waktu yang lalu.
Adelia berada disini karena permintaan Bintang yang katanya ingin menjadikan Adelia sebagai potografer kelulusan mereka, ah, omong-omong tentang Bintang, hubungan mereka sejak kasus pembulian 5 bulan yang lalu sudah cukup membaik, Adelia bahkan sudah sangat dekat dengan Bulan dan Bintang. Dari kedekatan mereka, Adelia juga tau ternyata kepindahan Bintang dan Bulan kekotanya adalah untuk menenangkan psikis mereka yang baru saja kehilangan Matahari, adik mereka.
"Hooo"
Teriakan heboh didepan mading yang diletakkan dipinggir lapangan itu menyentak adelia dari pemikirannya. Ia mengalihkan perhatian kesumber suara, dan bibirnya langsung membentuk senyuman lebar saat melihat lonjakan kemenangan serta kebebasan dari kakak-kakak kelasnya. Ada yang jingkrak-jingkrak, ada yang lari-lari, ada yang tertawa sambil berpelukan, atau bahkan ada yang menangis sambil tersenyum.
Adelia berdecak pelan, lalu ia mengarahkan fokus kameranya kearah gerombolan kakak kelasnya itu. Ia ingin mengabadikan kebahagian itu.
"Tari!" Adelia langsung menoleh saat ia merasa tak asing dengan panggilan itu, dan benar saja ada Bintang yang berlari kecil kearahnya sambil membawa amplop putih ditangannya.
Adelia tau, itu adalah amplop bukti kelulusan kakaknya,
Kakaknya?
Ntahlah, Kebersamaan mereka setelah 5 bulan terakhir benar-benar membuat Adelia terbiasa dijadikan adik kesayangan Bintang dan Bulan. Dan nama Tari seolah sudah melekat dengan jiwanya. Bahkan beberapa orang pun mulai ikut memggilnya Tari karena Bintang yang sering memanggilnya begitu, tapi tak apa. Adelia tetap senang dengan hal itu. Ia seperti memiliki dua tambahan kakak dalam hidupnya selain bang Neonya.
"Tari," Panggil Bintang lagi, Adelia tersenyum dan ia dengan cepat menjepret kameranya untuk mendapat foto Bintang yang berlari kearahnya.
"Gue lulus, sumpah." Bintang menarik Adelia kepelukannya, dan Adelia membalas pelukan itu karena sudah terbiasa, bukannya Bintang sudah menjadi kakaknya?
"Abang gue hebat," bisik Adelia senang.
Bintang tersenyum cerah saat melepas pelukannya. Ia menatap wajah Adelia yang memerah karena panas matahari. Sekarang, Bintang sudah sadar dengan perasaannya, ia tak mencintai Adelia seperti yang ia pikir dulu. Karena sekarang Adelia adalah sosok Adiknya yang hilang.
"Kenapa liatin akunya gitu banget?" Tanya Adelia saat merasa diperhatikan oleh Bintang.
Bintang tersenyum, cowok itu lalu menggeleng, "Jangan GR,".
"Idih, siapa yang GR, emang gitu kenyataannya kali." ujar Adelia.
"Tau deh, eh, dari pada loh nge GR, mending fotoin gue. Ini kan hari terakhir gue pake seragam SMA, belum tentu balik lagi." kata Bintang mengambil langkah mundur untuk memberi jarak foto.
Adelia mendengkus, ntah kenapa ia kesal sendiri saat mengingat setelah kelulusan ini baik Bintang maupun Bulan akan pergi ke Bali untuk ziarah kemakam Tari sebelum akhirnya bertolak ke Jakarta. Dan meninggalkan Adelia sendiri.
"Udah, cepetan, nggak usah bengong. Yang bagus tapi yah, mau gue masukkin IG nih, biar teman-temen jakarta gue tau kalau gue lulus" kata Bintang nyengir.
Adelia berdecak sebal, tapi tak urung ia melakukan apa yang diperintah Bintang.
Memfoto cowok Bali itu ditengah-tengan lapangan yang tersenyum 3 jari kearahnya.
"Uda? Sini liat ." kata Bintang.
"Nggak, nanti aja dirumah." bantah Adelia...
"Astaga, gue cuma mau liat poto gue doang padahal." decak Bintang..
"Nggak mau "
"Parah lu" sinis Bintang kesal, Adelia menjulurkan lidahnya mengejek.
"Biarin wlee." Bintang menyentil dahi Adelia yang membuat gadis itu mengadu.
"Bintang! Foto!" Teriak beberapa siswi perempuan yang kagun ataupun sekelas dengan Cowok itu.
"Gue kesana ya. Jangan ilang loh." kata Bintang.
"Iya ih, bawel." rajuk Adelia.
"Bintang " cewek-cewek tadi kembali memanggil yang membuat Bintang mengalihkan tatapannya.
"Gue kesana."
"iya. Jangan balik-balik kalau bisa."
"Itu sih mau lo." sarkas Bintang yang membuat Adelia tertawa.
"Jangan ketawa, ada yang merhatiin elo dari tadi tuh." bisik Bintang sebelum berlari kecil kearah penggemarnya.
Adelia yang kaget dibisikin seperti itupun langaung menghentikan tawanya. Gadis itu memutar badan untuk mencari siapa gerangan yang memperhatikannya.
Siapa?
Apa dia dibodohi-
Adelia yang mengedarkan pandangannya dibuat terkejut saat tatapan matanya seolah dikunci oleh tatapan bernetra gelap disana.
Dan pemilik netra itu tampaknya sama terkejutnya dengan nya.
Mereka saling memandang, dan Adelia tau.
Hanya melihat matanya saja, Hatinya sudah tak baik-baik saja.
Pedamaran, 4 apr-20
KAMU SEDANG MEMBACA
Just look at me (END)
Novela JuvenilAdelia tau Awan itu tidak bisa digenggam,tapi Adelia sangat berharap Awan yg ia kenal dapat ia genggam. adelia tau awan itu mengandung kadar air,tapi adelia justru berharap Awan yg ia harapkan mengandung sepercik,cukup sepercik cinta untuknya. *** D...