Kantin

7 1 0
                                    

Ini sudah dua hari berlalu semenjak pembicaraan Adelia dengan Bintang ditaman belakang kemarin lusa.

Itu tandanya, berita tersebarnya Kedekatan Bintang dan Adelia pun semakin tersebar luas.

Jika diperhatikan, ketenangan yang dijanjikan Bintang setelah dua atau tiga hari itu adalah hal salah, buktinya sekarang Adelia mulai merasakan hawa-hawa tak menyenangkan dari beberapa senior nya yang mulai terang-terangan menggosipkannya atau memusuhinya.

Seperti hal nya saat ini, sedikit sindiran dan gunjingan diarea kantin saat jam istirahat bukanlah hal yang asing lagi untuk seorang Adelia.

"kadang heran aja, Adek kelas kita yang satu itu memang agak beda dari yang lain."

" ih, kalau kau tau pas MOS waktu itu lagi Din, ish jengkel kali lah."

"Emang kenapa? Godain kakak kelas?"

"Ntahlah,pokoknya ada ajalah tingkah yang dibuat buat nyari perhatian."

"Untung Bintang nggak ikut MOS ya?"

"Apa pula, waktu siBintang main bola aja tuh anak banyak tingkah, wih kalau inget rasanya jengkel kali aku lah."

"Sttt, kalian ini. Denger nanti orangnya."

"Orang kenyataannya emang gitu kok. Kagetelan, sok cantik."

" uda gitu Sering bawain kamera, panteslah foto-foto instagramnya keren-keren, rupanya efek semua."

,"Sstt, udalah wey."

Adelia hanya meringis saat mendengar beberapa senior nya yang berdarah batak itu membicarakannya, padahal jelas-jelas mereka tau, Adelia tak jauh dari tempat mereka bercerita.

Menulikan pendengaran dan mengeraskan hati adalah pilihan Adelia saat ini, ia terlalu malas untuk bermasalah dengan kakak-kakak kelasnya.

Misinya kali ini hanya satu. Yaitu mengetahui apa reaksi Bayu dengan gosip nya yang sudah beredar luas keseantro sekolah itu.

Tapi, sudah dua hari sejak pembicaraan nya dengan Bintang kala itu. Adelia belum mendapatkan respon apa-apa dari Bayu.

Ah, apa hal ini akan menjadi sia-sia semata?

Apa harapan agar bayu cemburu itu hanya angan semesta.

Atau...

Sebenarnya Adelia lah yang terlalu menjunjung harapan terlalu tinggi selama ini.

"Mau makan apa?"

"Apa aja"

"Bakso atau mie ayam nih, jangan gitu lah Bay,"

"Bakso"

"Ok,"

Adelia yang mendengar percakapan yang tak jauh dari nya itu makin menunduk.

Itu bayu..

Hatinya bersorak.

Bayu.. Itu bayu.

Adelia menggigit bibir bawahnya menahan teriakan. Akhirnya setelah lama tak melihat idolanya, hari ini Adelia bisa melihat sipemilik nama Awan itu disekitarnya.

Adelia memberanikan diri mengintip kebelakang melalui celah bahunya. Hatinya yang awalnya berbunga-bunga langsung mencelos saat ia melihat Bayu tak sendiri. Ada alia si cerewet yang berada disisinya.

Adelia mengerutkan bibirnya, rasa kecewa menggerogoti rongga dadanya. Diam-diam Adelia menghembuskan napas nya pelan dan mengalihkan pikirannya ke mirrorless yang sekarang selalu menggantung apik dilehernya.

Adelia mengangkat kameranya, ia ingin memfoto apa saja yang kira-kira bisa mengalihkan fokusnya. Adelia bukannya tidak tau kalau tingkah itu membuat banyak mata memandangnya, ada yang kagum, iri dan ada juga yang mencelanya karena dianggap pamer kamera dan bakat. Tapi apa peduli Adelia. Toh, sebaik apapun dia sekarang, namanya tetap menjadi bahan gosipan kan?

Adelia mengarahkan lensanya kearah luar kantin, mengaturnya sedemikian rupa agar ia bisa mendapatkann hasil yang bagus untuk pohon ketapang dekat parkiran yang kali ini menjadi objek sasarannya.

Adelia siap membidik, ia hanya tinggal menekan tombol untuk menjepret bidikannya itu. Tapi sayangnya sebuah tangan menghalangi pandangannya,

Adelia mengerang karena hal itu, ia hendak marah pada siapa saja yang mengganggunya tapi lagi-lagi Adelia harus mengurungkan niatnya saat ia mendapati wajah tengil milik Bintang yang menjulang dihadapannya.

"Kak Bintang" Gumam Adelia kaget.

"Napa? Mau marah lo?" Bintang tertawa, ia lalu menarik kursi dan duduk dihadapan Adelia yang masih menampilkan wajah kaku antara kaget dan marah yang tertahan.

"Ck, gitu aja marah." Bintang kembali tertawa. Adelia curiga kakak kelasnya itu salah minum obat hari ini. Bagaimana bisa kakak kelasnya itu tertawa untuk hal-hal yang secara nalar bukan lah hal yang lucu.

"Kamu gila kak?" pertanyaan retoris itu terlontar begitu saja dari bibir Adelia yang sejak tadi menahan kesal.

Bintang tersenyum geli, cowok yang memiliki tubuh mencolok dari siswa asli SMU sekolahnya karena perawakan dan kulitnya yang terbilang sangat putih dan terawat untuk ukuran kota asalnya itu menarik Mirrorless milik Adelia yang mau tak mau membuat empuhnya ikut tertarik kedepan karena tali kameranya itu masih membelit lehernya.

"Kak bintang" Sentak Adelia, lalu menarik mirrorless kembali.

"Sebentar Del," Bintang keukeh untuk mempertahankan kamera milik Adelia itu dengan mempererat genggamannya.

"Tapi sakit"

"Yaudah lepas,"

"Nggak mau, nanti ditipu"

"Eh, bibir lo kalau ngomong minta dicium yak"

"Kak bintang" Adelia berteriak seraya membekap mulutnya, takut bintang benar-benar melancarkan aksinya.

Bintang tertawa.

"Tadi lo mau foto apa sih?" masih dengan sisa tawa geli, Bintang menolehkan pandangannya keluar, mencari kira-kira apa  yang tadi menjadi objek foto adik kelasnya itu.

Adelia menggeleng masih dengan menutup mulutnya. Melihat hal itu tawa Bintang kembali pecah.

"Lo kok ngegemisin sih Del." Bintang memajukan tubuhnya, mengusap rambut Adelia pelan.

Adelia tersentak mundur, ia kaget luar biasa saat Bintang mengusap kepalanya.

Jantungnya berdetak cepat, mengabaikan mirrorlesa nya tergeret dan tergoyang karena gerakan nya yang tiba-tiba. Dan ntah naluri dari mana Adelia langsung menoleh kebalakng tempat Bayu tadi duduk dengan Alia.

Adelia menelan ludahnya saat matanya bersirobok dengan netra legam milik bayu.

Adelia terpaku, seolah-olah netra legam milik Bayu mengajaknya tenggelam dalam galaksi antah barantah milik kakak kelas idolanya itu.

Ntah siapa yang lebih dulu memalingkan pandangan, tapi Adelia menyayangkan hal itu. Seolah-olah ada ruang dihatinya yang merasa hilang saat Bayu mengalihkan tatapannya.

"Woy"

Adelia kembali kealam sadarnya, gadis itu menoleh menatap sumber suara.

Ia menatap Bintang dengan kening mengerut bingung, tapi belum sempat ia bertanya 'kenapa' pada Bintang derit bangku yang terdengar ditempat beberapa kakak kelas yang tadi menggosipkan Adelia beberapa saat yang lalu itu mengalihkan perhatiannya.

Adelia bisa melihat kakak kelasnya yang salah satunya berdarah batak itu memandang nya kesal dan saat itu lah adelia baru sadar.

Bahwa hampir seisi kantin menjadikan nya objek utama.

Gila batin Adelia pasrah.

Pedamaran, 17-Des-19

Just look at me (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang