Chapter 12 : Melamun

1K 67 12
                                    

Ascott Marunouchi, Tokyo, Japan

Di apartemen —lebih tepatnya— diruang tv, terlihat Neji yang sedang berkutat dengan laptopnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di apartemen —lebih tepatnya— diruang tv, terlihat Neji yang sedang berkutat dengan laptopnya. Jangan lupakan juga Tenten yang duduk dipangkuannya.

"Err... Neji-kun, apa tidak apa-apa aku seperti ini? Kurasa, ini akan menghambat pekerjaanmu."

"Tidak, justru aku jadi lebih bersemangat jika melakukan pekerjaan dengan kau yang ada dipangkuanku ini."

Neji sesekali mencium pipi, pelipis, dahi bahkan hidung Tenten. Seluruh wajah Tenten sudah terjamah oleh bibirnya.

Mereka sekarang ini sedang mengerjakan sesuatu, mungkin lebih tepatnya hanya neji yang sedang bekerja. Terhitung dari 2 jam yang lalu, Tenten hanya duduk manis dipangkuan Neji.

Neji menghentikan pekerjaannya setelah dirasa Tenten seperti tengah melamun.

"Ten.. Tenten..."

Panggilan Neji tidak berpengaruh apapun pada Tenten, Neji akhinya menyeringai setelah mendapat sebuah ide untuk mengerjai kekasihnya.

Tangan Neji terulur untuk memalingkan wajah Tenten agar berhadapan dengannya, langsung saja dia mencium Tenten tepat dibibir

Ini adalah ciuman kedua mereka. Sejak mereka menjadi sepasang kekasih, Neji tidak pernah mencium bibir Tenten lagi. Menurut Neji, bibir Tenten terlalu manis. Dia takut kebablasan jika kembali mencicipi bibir Tenten.

Benar saja dugaan Neji, bibir Tenten sangat manis. Dia bahkan melupakan niat awalnya yang hanya ingin mengerjai Tenten.

Neji melumat bibir Tenten dengan lembut dan sedikit tidak sabaran, sedangkan Tenten hanya diam dengan matanya yang membulat sempurna. Kekasih Neji ini masih terkejut dan belum dapat mencerna apa yang terjadi padanya sekarang.

Merasa tidak mendapat respon dari Tenten, Neji menggigit bibir Tenten. Hal itu sukses membuat empunya mengerang kesakitan dan secara refleks membuka mulutnya.

Kesempatan itu tentu tidak disia-siakan oleh Neji, dia melesakkan lidahnya kedalam mulut Tenten. Mengobrak-abrik isi mulut kekasihnya.

Neji sungguh hilang kendali, dia terus mengecap semua rasa manis yang berada didalam mulut Tenten.

Dia bahkan tidak menghiraukan Tenten yang mulai kehabisan nafas. Mungkin lebih tepatnya bukan tidak menghiraukan, melainkan tidak tahu.

Tenten yang tidak tahan karena nafasnya mulai menipis segera memukul-mukul dada Neji. Untungnya, hal itu berhasil untuk membuat Neji melepaskan ciuman yang sangat menuntut darinya.

"Hah... Hah... Neji-kunhhh, kau ingin membunuhku hahhhh?"

"Bibirmu sangat manis, aku sampai lupa diri karenanya."

Neji tersenyum, dia mengusap sudut bibir Tenten yang sedikit basah karena ulahnya.

"Boleh kucicipi lagi?"

"Hah a-apa?"

Wajah Tenten yang tadinya merah, kini semakin memerah saat mendengar Neji mengucapkan hal tadi.

Neji tersenyum "Tidak, aku hanya bercanda" dia mengacak pelan rambut Tenten "Jadi, apa yang membuatmu melamun?"

"Aku tidak melamun" Sangkal Tenten

"Jangan membohongiku, atau mau aku cium lagi? Kali ini aku jamin bibirmu akan bengkak setelahnya."

Bayangkan jika itu benar-benar terjadi, bibir Tenten yang tadinya mungil seketika berubah menjadi tebal. Tidak! Hanya dengan membayangkannya saja mampu membuat Tenten bergidik ngeri.

"Itu... Akuu, sebenarnya... Akuu ummm ituu"

"Itu apa? Cepat katakan."

"S-sebenarnya aku kepikiran ucapan Lee yang mengatakan Neji-kun ganas saat diranjang."

Tenten menundukkan wajahnya dalam-dalam. Sungguh, dia benar-benar malu sekarang ini.

Neji terkekeh melihat wajah Tenten yang memerah padam, bahkan sampai telinganya ikut memerah.

"Jadi kau penasaran ucapan Lee benar atau tidaknya?"

Tenten mengangguk pelan.

"Baiklah, ayo kita buktikan. Sepertinya kamu perlu bukti."

Neji segera memutar tubuh Tenten hingga berhadapan dengannya.

"Ma-mau a—mmpphhh."

Ucapan Tenten terpotong karena Neji langsung menciumnya.

Tidak lama kemudian, Neji melepaskan ciumannya. Namun, dia tidak menjauhkan wajahnya dari Tenten. Bahkan dahi dan hidung mereka saling menempel.

"Kau tahu 'kan selama ini aku selalu menahan diri? Aku janji tidak akan sampai merebut kesucianmu, setidaknya sampai kau mengizinkan."

Dengan jarak sedekat ini, tentu Tenten dapat mendengar deru nafas Neji yang berat. Mata Neji yang biasanya selalu menatapnya lembut, kini tertutupi oleh kabut nafsu.

Tenten juga tahu, sangat tahu. Neji-nya selalu menahan diri untuk tidak menyentuhnya, bahkan Neji sengaja tidak pernah mencium bibir Tenten, dengan alasan takut kebablasan.

Akhirnya,Tenten hanya mampu menganggukkan kepalanya. Sebenarnya dia juga ingin, tapi terlalu malu untuk mengatakannya.

Mau ditunda dimana mukanya nanti?

Mendapat lampu hijau dari Tenten, Neji segera menekan tengkuk Tenten, kembali melumat bibir manis sang kekasih.

Kali ini, Tenten juga ikut andil. Mereka terus berciuman, saling mengecap rasa masing-masing sampai tangan Neji ikut ambil bagiannya.


You Are My Calm✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang