Chapter 9 : Penenang

793 69 2
                                    

Hyuuga Manufacturing, Tokyo, Japan

Neji sudah mulai tenang, isakannya juga sudah tidak terdengar lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Neji sudah mulai tenang, isakannya juga sudah tidak terdengar lagi. Tenten sedikit melonggarkan pelukannya, menangkup wajah Neji agar sang empu menatapnya.

Untungnya, caranya berhasil. Neji menatapnya dengan pandangannya yang sayu.

"Sudah, ya. Tidak ada apa-apa, Neji-kun. Disini ada aku."

Tenten mengusap keringat yang ada didahi Neji. Dia benar-benar tidak tahan jika harus melihat Neji seperti ini, bahkan tubuh Neji masih bergetar sedari tadi.

"Sekarang kita ke kamar pribadi Neji-kun, ya? Disini dingin, tidak baik untuk kesehatan. Aku juga sudah membuatkan susu hangat untukmu."

Neji mengangguk, dia pasrah saja saat Tenten menariknya menuju kamar pribadinya.

Mereka hanya perlu melangkahkan kakinya beberapa langkah saja untuk sampai di kamar pribadi Neji, karena kamar pribadi itu terletak dipojok kiri didalam ruangannya ini.

"Susu nya sudah mulai dingin. Ingin aku buatkan yang baru atau mau yang ini saja?"

Tenten menatap Neji yang sudah mendudukkan dirinya dikasur, sebelah tangannya memegang susu setengah hangat buatannya tadi.

"Yang ini saja. Jangan kemana-mana, jangan tinggalkan aku lagi."

Sungguh, suara Neji bahkan terdengar sangat parau. Tenten yakin, tenggorokan Neji pasti sekarang ini terasa sakit dan perih.

"Yasudah. Ini, susu nya diminum. Habiskan, ya."

Tenten menyodorkan susu itu pada Neji. Tidak menunggu waktu lama lagi, Neji langsung meneguk susu setengah hangat itu sampai habis.

Tenggorokannya yang tadinya terasa sakit, sekarang menjadi lebih baik saat cairan susu itu mengalir melalui kerongkongannya.

Neji menyandarkan kepalanya yang terasa berat itu pada bahu Tenten.

"Aku ingin tidur, tapi temani aku."

Jangan heran, saat Neji mengalami mimpi buruk atau tanpa sengaja teringat kembali dengan kejadian itu, dia memang selalu ingin Tenten berada terus disampingnya.

"Iya, Neji-kun. Aku tidak akan kemana-mana. Sekarang berbaringlah, aku akan menemanimu tidur."

Neji berbaring memeluk Tenten, dengkuran halus tidak lama kemudian terdengar darinya. Itu cukup membuktikan bahwa dia sudah terlelap. Sepertinya, tenaga Neji benar-benar terkuras habis akibat kejadian tadi.

Sekitar satu jam kemudian, Lee datang bersama dua orang office boy. Dia sedikit heran saat tidak mendapati kedua sahabatnya didalam ruangan ini.

"Tenten-chan, kau dimana?"

Lee sedikit berteriak memanggil Tenten.

"Disini, Lee. Didalam kamar" Sahut Tenten sepelan mungkin, dia takut tidur Neji terusik oleh suaranya jika terlalu berisik.

Lee celingak-celinguk. Dia mendengar suara Tenten, tapi tidak ada orang diruangan ini. Lagipula, kamar mana yang dimaksud oleh Tenten?

Kebingungan Lee langsung terjawab saat dia melihat ke pojok kiri ruangan ini, disana ada sebuah pintu yang sedikit terbuka.

Lee melangkahkan kakinya mendekati pintu itu. Dengan perlahan, dia membuka pintunya. Terlihatlah Neji yang sedang tertidur dipelukan Tenten, bak anak ayam dengan induknya.

Melihat hal itu, mau tak mau membuat senyuman Lee tercipta.

"Aku baru tahu ada kamar didalam ruangan kerja."

"Neji-kun yang meminta untuk dibuatkan, disini juga ada kamar mandi dan closet."

"Wah benarkah? Ah, aku jadi kagum pada Neji. Bisa-bisanya dia mempunyai ide seperti ini" Puji Lee.

Tenten hanya tersenyum menanggapi perkataan sahabatnya, Neji memang luar biasa.

"Tenten-chan, boleh aku melihat Neji?"

"Kemarilah" Tenten mengisyaratkan Lee agar mendekat "Tapi jangan berisik, ya."

Lee mengangguk, Tenten sedikit melonggarkan pelukannya pada Neji saat Lee mulai mendekat kearah mereka.

"Apa dia selalu seperti ini, Tenten-chan?"

"Maksudmu histeris seperti tadi?"

Lee mengangguk.

"Tidak, Lee. Biasanya dia hanya mimpi buruk saja, itupun jika dia terlalu kelelahan dan banyak pikiran. Obat penenangnya juga sudah mulai jarang dia konsumsi."

Sekarang ini, Neji memang sudah mulai belajar untuk tidak selalu mengonsumsi obat penenangnya. Itu semua dilakukan agar nantinya dia terbiasa tanpa obat penenang.

Lee hanya tersenyum kecut saat mengingat penyebab Neji sampai sehisteris tadi akibat dari kecerobohannya.

"Sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa wajah dan tanganmu bisa berdarah seperti tadi? Apa Neji-kun penyebabnya?"

Lee menggeleng pelan, wajahnya berubah murung seketika "Bukan, ini salahku."

"Salahmu?"

Tenten membeo, dia mengernyit tidak mengerti saat mendengar pengakuan Lee barusan.

"Ya. Ini semua gara-gara kecerobohanku, Tenten-chan."

You Are My Calm✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang