CHAPTER 1

583 37 0
                                    

Alunan piano yang menenangkan, membuat setiap orang betah berlama-lama di tempat ini. Begitu juga dua perempuan yang masih asik mengobrol sambil menikmati camilan yang mereka pesan.

"Jadi, apa yang ingin kau bicarakan?," Memilih membuka percakapan lebih dulu karena sejak tadi sahabat pirangnya itu hanya diam sambil mengamati interior kafe yang elegan. Dia sudah mulai bosan. Melihat tidak mendapat respon, dia mulai geram. "Ino, bisakah kau berhenti melihat-lihat?, kau terlihat seperti orang yang baru pertama kali masuk ke kafe."

"Apa katamu?, keterlaluan. Dengar! Aku hanya mengagumi kafe ini. Aku benar-benar tidak percaya kalau Hinata punya selera yang berkelas. Kafenya benar-benar seperti restoran bintang lima. Makanannya juga tidak mengecewakan. Aku yakin kafe ini akan mendapat gelar kafe terbaik di Tokyo. Dia luar biasa". Matanya tidak menghilangkan binar kekaguman pada kafe ini sama sekali.

Mendengar jawaban itu dia hanya mendengus. Terlalu berlebihan baginya. Sebenarnya dia juga bangga pada teman barunya ini. "Terserah apa katamu. Tapi, dimana Hinata?, kau sudah menghubunginya kan?," Kafe ini ramai, dan dari tadi dia berusaha mencari pemilik kafe ini tapi nihil, temannya itu tidak tertangkap oleh pandangannya.

"Sudah kuhubungi, mungkin dia masih sibuk." Mencoba mengamati lagi setiap sudut kafe ini, berharap menemukan sahabat indigonya itu. Merasa mulai bosan karena orang itu tidak juga terlihat, dia mengalihkan pandangannya ke arah lawan bicaranya. "Kuharap kau tahu tujuanku membawamu kemari." Dia mulai jengah karena sahabatnya itu lebih tertarik pada pemandangan di luar kafe. Menghela nafas dan memilih melanjutkan menikmati minumannya.

Cukup lama keheningan menguasai mereka sampai sebuah suara menghancurkannya "Maaf, membuat kalian menunggu lama." Atensi si pirang pada cappuccino nya beralih pada wanita yang berdiri di samping mejanya. Begitu juga dengan si merah muda.

"Ah, Hinata, tidak apa-apa, lagi pula kami menikmati makanan dan musiknya, benarkan Sakura?" Menatap lawan bicaranya yang hanya mendapat anggukan kepala sebagai jawaban. "Duduklah Hinata!". Melirik ke seberang meja, sahabat merah mudanya itu hanya memandang mereka berdua.

Setelah mengangguk sebagai jawaban, dia memilih tempat duduk di sebelah Ino. "Sebelumnya aku minta maaf karena terlambat. Tadi ada masalah kecil di dapur." Memandang Ino, yang hanya dibalas gelengan serta senyuman membuatnya lega. Melihat ke depan, dia hanya mendapati Sakura yang tengah menikmati minumannya sambil menunduk. Merasa sedikit tidak nyaman karena sejak mereka berteman Sakura tidak pernah bisa akrab dengannya. "Aku senang kalian berkunjung."

"Kami sangat senang bisa datang ke kafemu. Kami benar-benar merasa puas." Mencoba memecah kacanggungan di antara mereka. "Sakura, kau bilang tadi ingin bertemu dengan Boruto kan?," sambil melirik Sakura, mencoba membuat sahabatnya itu bisa akrab dengan Hinata.

Sakura terkejut dengan pertanyaan Ino, dia tidak tahu harus menjawab apa. "Oh, i-iya. Ngomong-ngomong dimana Boruto?," berharap nada bicaranya tidak terdengar canggung. Sambil sedikit memberi senyuman pada lawan bicaranya agar terlihat ramah.

Hinata membalas senyuman Sakura sebelum menjawab "Dia sedang bersama Naruto-kun, mungkin sebentar lagi sampai. Mereka sedang menuju kemari." Dia sadar, jika Sakura tidak benar-benar tersenyum padanya. Dengan keadaan seperti ini dia bersyukur karena masih ada Ino di antara mereka.

"Jadi ini kafe milikmu?," mendapat anggukan dari Hinata, Ino lantas melanjutkan pertanyaannya "Memangnya kau tidak kesulitan, jika harus menjaga Boruto dan mengurus kafe?"

Hinata menggeleng "Tidak, Naruto-kun membantuku. Lagi pula, aku tidak selalu berada di sini. Aku hanya datang untuk mengecek keadaan dan bahan-bahan makanan. Setelah itu pulang." Terdengar suara bel di pintu, dia mengedarkan pandangannya dan menemukan suaminya sedang menggendong putra kecilnya. Dia tersenyum sambil melambaikan tangannya.

Not AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang