***Maaf banyak typo
Ella melirik kearah suaminya yang terlihat menatap dalam diam kearah anaknya Hanin yang sedang makan dengan lahap saat ini.
Kedua manik hitam pekat suaminya, tak beranjak sedikit'pun dari wajah anaknya Hanin yang bersemangat dalam mengunyah makanannya dengan sangat-sangat lahap saat ini.
Ella yang sedang turun dari tangga untuk menuju ruang makan untuk menemani, dan menyuap anaknya makan, di kagetkan dengan kedatangan suaminya Serkan dengan berbagai macam makanan yang laki-lakinya itu tenteng tadi di tangannya.
Dan Ella yang sudah makan tadi, makan lagi dengan suami, dan anaknya dengan tak gairah karena perutnya sudah kencang.
Di tambah ia merasa mual, dan pusing setelah ia melihat bingkai besar yang berisi foto pernikahannya dengan suaminya jatuh begitu saja dari dinding. Padahal tidak ada angin atau, ah intinya itu terjatuh begitu saja. Itu... antara ada yang terjadi, dan hanya kebetulan, dan Ella berharap ini semua hanya kebetulan jatuhnya, dan posisinya memang sudah saatnya jatuh karena angin mungkin walau di dalam rumah kan?
Lamunan singkat Ella yang memperhatikan suaminya, dan anaknya buyar di saat ada telapak kaki hangat yang mengelus kaki telanjangnya di bawah sana. Sontak membuat Ella menatap kearah suaminya.
"Makan... Enak, Sayang."Bisik Serkan lembut di saat tatapan keduanya bertemu. Bahkan telapak kaki besar, dan hangat serkan di bawah sana, masih setia mengelus punggung kaki mungil , dan halus Ella. Membuat darah Ella seketika berdesir hangat.
"Iya, Ma. Nyam, enak banget. Hanin baru tau kalau usus bakar itu enak. Usus ayam, ya, Pa? Mama selalu buang, ya, selama ini. Sayang. "Ucap Hanin semangat, tapi di ucap dengan tak semangat di akhir katanya. Karena sesekali Hanin ikut membantu mamanya kerja, dan turun dapur, mama selalu buang begitu saja usus-usus panjang, dan kotor itu, banyak tai, tapi rasanya enak kalau sudah di bakar. Kalau mamanya beli ayam utuh-utuh masih ada kepala, dan kaki di pasar yang becek itu.
Ruapanya bisikan pelan Serkan tadi di dengar oleh anak mereka Hanin. Membuat Ella maupun Serkan menatap kearah Hanin saat ini, dan kaki nakal Serkan di bawah sana sudah melepaskan kaki Ella.
"Mama bakalan capek kalau harus masak kayak gini. Apalagi usus bakar. Beli aja, Sayang. Murah, harganya nggak seberapa."Ucap Serkan lembut.
Membuat Hanin menatap malu-malu kepada papapnya saat ini. Bahkan kedua pipi kecil bulatnya terlihat memerah. Papanya panggil dirinya dengan sayang barusan. Panggilan itu terasa asing di telinga Hanin, dan Hanin malu dengarnya, tapi hati kecilnya senang. Kayak Papa Bella. Papa Bella sering manggil Bella dengan panggilan sayang.
Manggil namanya aja, papanya jarang selama ini.
"Iyah. Maaf, ya, Ma. Ususnya beli aja. Biar mama nggak capek. Kan Mama udah capek urus adek yang suka nangis terus."Ucap Hanin lagi dengan nada semangatnya, dengan kedua ekor matanya yang melirik malu-malu kearah papanya yang masih menatap dirinya dengan tatapan sangat dalam saat ini.
Sedang Ella? Hatinya yang risau sedari tadi, merasa hangat melihat raut semangat, senang, dan malu-malu anaknya terhadap papanya sendiri. Ella gemas. Begitupun dengan Serkan.
Ya, tapi laki-laki itu menahan dirinya sebisa mungkin. Untuk menahan rasa gemasnya. Ia tidak boleh terlena. Kalau ia terlena, rasa sakit, luka, dan rindu akan semakin merecoki dirinya nanti.
"Mawar sangat rewel ya, tadi?"Tanya Serkan pelan dengan tatapan yang menatap penuh teliti pada wajah agak lelah Ella saat ini.
Ella mengangguk, karena itu memang kenyataannya.
"Iyah, padahal suhu badannya normal. Nggak ada yang aneh di tubuhnya. Mawar sehat. Tapi hari ini rewel, dan nangisnya parah. Buat aku takut Mas tadi. Tapi untung dia sudah tenang, dan tidur saat ini."Ucap Ella pelan, mengatakan semua yang ia rasakan sedari tadi dalam menenangkan anaknya susah payah sebelum anaknya Hanin pulang sekolah. Sebelum jatuh tertidur lelap hingga saat ini yang sedang di jaga oleh bibi di atas sana.
"Aku sepertinya nggak kembali ke kantor lagi. Kamu sangat kelelahan. Maafkan aku. "Ucap Serkan pelan.
Ella mematap suaminya dengan tatapan antara senang, dan bimbang. Haruskah ia menahan suaminya atau menyuruhnya agar kembali bekerja saat ini.
"Tapi kamu lagi kerja mas."Mulut Ella mengkhianati hatinya yang ingin suaminya tinggal di dalam sana.
"Udah nggak apa-apa. Hari ini nggak terlalu banyak pekerjaan di kantor. Aku mau nemanin kamu jaga anak kita yang rewel hari ini."Ucap Serkan lembut dengan senyum hangat, dan manis yang terbit begitu indah di kedua bibir sedikit tebal kecoklatan laki-laki itu.
"Tapi, Mas. Aku senang. Tapi, benar nggak apa-apa?"Tanya Ella lagi lembut untuk memastikan. Ella juga tidak mau egois. Suaminya bekerja untuk mereka kan?
"Aku bosnya, yang punya kantor juga. Terserah aku, sayang. Mau masuk atau ngga---"
Kring!
Ucapan Serkan di potong telak oleh suara ponsel laki-laki itu yang berbunyi dengan nyaring saat ini.
Membuat Serkan, dan Ella, dan Hanin sontak menatap keasal suara.
"Siapa tau penting."Ucap Ella pelan.
Dengan malas akhirnya Serkan melirik kearah ponselnya yang ada di atas meja. Shit! Membaca nama sang penelpon membuat tubuh Serkan menegang sangat kakut, dan wajahnya keras detik ini.
Dan mau tak mau, laki-laki itu terlihat bangkit dari dudukkannya dengan wajah yang semakin datar, dan keras.
Sharon, ya, Sharon la yang menelponnya barusan.
"Kolega penting, bentar ya, Sayang."Ucap Serkan dengan wajah tegangnya.
Berkali-kali ia bohong. Memang sialan dirinya. Serkan merutuk dirinya dalam hati.
Ella mengangguk pahit. Tumben suaminya mengangkat telepon harus menyingkir dari mereka? Sebelumnya nggak pernah walau sepenting, dan sebesar apapun orang-orang yang ingin bekerja sama dengan suaminya. Suaminya akan tetap mengangkat panggilan itu di depannya!
Singkat, Serkan sudah kembali ke meja makan. Tapi, laki-laki itu tak duduk. Masih berdiri menatap dengan tatpan bersalah kearah ella, dan Hanin.
"Maaf. Ada hal penting yang harus Mas kerjakan. Mas harus segera ke kantor. Mas, dan Papa pamit."Ucap Serkan terburu, dan tanpa menoleh lagi.
Laki-laki itu melangkah lebar, meninggalkan Ella yang terlihat sedang tertawa getir saat ini di tempat duduknya. Sudah 7 tahun lamanya Ella tinggal dengan suaminya, dan Ella merasa, sangat merasa ada hal yang sedang di sembunyikan oleh suaminya saat ini.
Serkan? Bahkan berlari terburu saat ini untuk segera masuk ke dalam mobilnya, dan melajukannya dengan kecepatan penuh. Sharon... wanita itu terjatuh di toilet, dan ada orang penting yang harus Serkan temui saat ini juga kalau bisa.
Benar-benar sialan!
Tbc !
Satu kata untuk Serkan?
Yg mau hujat Sharon? Satu kata utk dia apa?😉
Gerak-gerik suami kek Serkan kentara sekali kayak ada yg di sembunyikan. Isteri harus peka. Ella peka kok...
Serkan meninggalkan ella karena ... wkwkwk? Jejek lah laki-laki model gitu😂😅😅
Next part merupakan part boommmmmm yang akan membuat kakak2 meledak ke Serkan bacanya😅😆
Dan jelas, Ella pergii sama Hanin, dan mawar 😴 maaf ya kalau alurnya lambat. Maklum aku nulis apa yg ada di otak, saat itu juga, tanpa mikir panjang....😴 nggak ada kerangka atau outlinenya jg. Makanya ancur:)
Ada yg baca?
05-04-2020-21:45

KAMU SEDANG MEMBACA
Baby Boy (Repost)
RandomElla, adalah gadis desa yang awalnya sangat beruntung karena di peristeri oleh seorang laki-laki tampan, dan kaya pemilik sebuah perusahaan ternama di kota. Tapi, ternyata Ella tak seberuntung itu, di saat suaminya... laki-laki yang mengaku jatuh c...